NAGARAKERTAGAMA, ATLANTIS DAN EDEN
Analisa Geologi Teks Naskah Nagarakertagama
Pupuh 15 bait ke 2
Created
by Ejang Hadian Ridwan
I. Pendahuluan
Penulis
menggambil tema ini, berdasarkan teks Nagarakertagama yang mengungkapkan
perkiraan data geologi tentang adanya informasi perubahan geografis dan
geologis antara pulau Jawa dan Madura akibat perubahan ketinggian air laut, dan
mengapa pula dilihat sepintas dari judul yang diberikan seolah-olah bahwa
informasi dari pernyataan teks Nagarakertagama ini mendukung kedua buku
tersebut. Bisa ya bisa tidak, bisa juga menggagalkan tulisan tentang Altlantis
dan Eden. Yang dimaksud Atlantis dan Eden dalam ini adalah menunjuk kepada buku
yang berjudul Atlantis The Lost Continent Finally Found karya Prof Arsyio
Santos dan Eden In The East karya Stephen Oppenheimer. Dalam artikel ini
juga akhirnya membahas tentang hipotesa sejarah nusantara yang hilang di abad
awal masehi, disertai dengan pendapat dari ahli geologi terkemuka di Indonesia
yaitu Awang Harun Satyana, Artikel ini disertai cara perhitungan tahun saka
dengan metoda candra sengkala, termasuk aturan pembacaanya.
Artikel
ini bukan merupakan kajian keseluruhan dari kedua buku tersebut yang
dibandingkan dengan informasi dari teks nagarakertagama, tetapi hanya mengambil
bagian-bagian tertentu, yang mempunyai kemiripan ide dan bahasan dari sebuah
peristiwa geologi. Pengajuan topik ini tentunya didasarkan bahwa tesk naskah
Nagarakertagama mampu memberikan dan mengukapkan informasi perkiraan data
geologi yang disertai penandaan waktu yang tegas, angka kisaran tahun, walaupun
memang harus disertai tafsiran dan penjelasan lebih menyeluruh dari berbagai
sumber lainya yaitu mengenai penandaan waktu yang begitu jelas disampaikan
dalam teks naskah tersebut.
II Latar Belakang
Tentang
naskah Nagarakertagama silakan baca di wikipedia online, tentang Atlantis
silakan baca juga bukunya yang sudah beredar yang sudah diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia atau bisa juga dilihat secara online internet di www.atlan.org dan tentang Eden bukunya sudah
tersedia juga, kedua ide buku itu ringkasannya bisa dicari secara online
internet karena keberadaannya sedang menjadi pembicaraan yang hangat diberbagai
media.
Naskah
Nagarakertagama memberikan petunjuk dalam pupuh ke 15 bait 2, sebagai berikut:
“kunaɳ tekaɳ nusa madura tatan ilwiɳ parapuri, ri denyan tungal / mwaɳ yawadarani rakwaikana danu, samudra nanguɳ bhumi kta ça ka kalanya
karnö, teweknyan dadyapantara sasiki tatwanya tan adoh.”
Dan
pernyataan teks ini sangat sejalan dengan apa yang disampaikan oleh buku
Atlantis dan Eden, analisa teks akan dibahas dalam materi selanjutnya diartikel
ini.
Sekilas
tentang buku Atlantis dan Eden, kedua buku ini memberikan gambaran jelas
tentang mitos Surga di Timur, Surga Atlantis (Atlanti English Lamuria sam
dengan Eden, merupakan kata lain dari Atlantis itu sendiri) dan tentang Surga
di Timur ini pertama kali disampaikan oleh Plato. Plato dalam bahasa Yunani: Πλάτων,
lahir sekitar 427 SM dan meninggal sekitar 347 SM adalah seorang filsuf dan
matematikawan Yunani, dan pendiri dari Akademi Platonik di Athena, yang salah
satu anak didiknya yaitu Socrates, dengan memberikan gambaran atau petunjuk
bahwa telah terjadi suatu masa peradaban tinggi di muka bumi ini, yang ditandai
dengan adanya ke kaisaran agung yang mendunia.
Masa
itu hilang karena adanya perubahan geologi dari muka bumi. Plato menjelaskan
ciri-ciri dengan rinci mulai dari keadaan alam, flora dan faunanya serta ciri
geografis dominan dari Surga Atlantis tersebut, dengan kuil-kuil atau istananya
terbentuk dari emas. Berdasarkan apa yang disampaikan Plato inilah maka dimulai
pula penelusuran dan pencarian jejak tentang mitos surga Atlantis tersebut.
Para petualang meneyebar ke seantero jagat dengan misi dasar menemukan mitos
tentang Surga di Timur tersebut. Salah satu efek tidak langsung adalah
munculnya bangsa-bangsa barat yang menjajah di Indonesia dan negara-negara
lainya, misalnya penjajahan oleh Portugis, Inggris dan Belanda.
Berbagai
kajian dan penelitian tentang mitos Surga di Timur itu sungguh beraneka ragam,
tempat yang ditunjukannya pun berbeda-beda. Semua dilakukan dengan berbagai
metoda, dan semuanya pula mengaku yang paling ilmiah tentunya berdasarkan
bukti-bukti yang ajukan, dan tentunya pula pasti ada bantahan dan sanggahan
dari ilmuwan lainnya. Buku yang disebutkan diatas merupakan kajian dan
penelitian yang bisa dianggap paling mutahir, saat ini tentang Surga Atlantis.
Kedua buku ini mempunyai metoda yang berbeda dalam pembahasanya, tetapi
kedua buku ini pula menunjuk suatu posisi yang hampir serupa. Buku Atlantis
yang dikarang Prof Arsyio secara gamblang dan tegas menyatakan bahwa Surga
Atlantis itu adanya tepat di Indonesia, lebih spesifik yaitu di laut Jawa yang
kearah utaranya berbatasan dengan Laut China Selatan dan tentunya daratan China
Selatan sekarang, dengan mengatakan bahwa laut Jawa dulunya merupakan daratan
yang maha luas, termasuk katagori sangat langka dijumpai dimuka bumi ini
daratan seluas itu, sedangkan pulau-pulau yang mengelilinginya merupakan
dataran tinggi pada masa itu (Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Semenanjung
Malayu, dan yang lainnya, pulau besar Indonesia masa kini). Sedangkan buku Eden
in The East menujuk bahwa Surga Atlantis adanya di Asia bagian tenggara dan
tidak secara tegas menunjuk Indonesia.
Kedua pengarang buku tersebut mengajukan berbagai data,
mulai data geologis, geografis dan dan sosial budaya serta peninggalan
sejarah (artefak). Prof Arsyio lebih fokus di Filologi dan Linguistik dengan
memakai sumber-sumber mitos di berbagai belahan dunia dan dari berbagai agama,
sedangkan Oppenheimer lebih fokus dengan penelitian arkeologi, bukti artefak,
tentunya walaupun masing-masing mengandalkan metode-metoda yang menurut mereka
paling akurat tetap saja semua yang menjadikan fokus penelitian, tentu harus
komperehensif dengan semua sumber dan metode lain yang mendukungnya.
Dan satu hal lagi, kedua buku
sepakat bahwa kejadian itu terjadi ketika jaman terakhir es mencair yang ada
dipermukaan bumi, era pleistosin, yang disebabkan oleh sebuah ledakan maha
dasyat “a super colossal eruption” dari peristiwa vulkanik Gunung Krakatau,
sehingga terjadilah akhir jaman es mencair, dan permukaan air laut menjadi
pasang, melenyapkan dataran-dataran rendah. Pertistiwa lenyapnya daratan di
laut Jawa sekarang dipancing dengan adanya kubangan maha besar (kaldera
raksasa) diselat Sunda, efek kejadian vulkanik Gunung Krarakatu tersebut,
akhirnya air masuk dari samudera Hindia dan menenggelamkan Surga Atlantis, diperkirakan
oleh mereka yaitu kejadiannya sekitar 11.600 SM.
Bagi penulis, apapun mengenai
berbagai bahasan kedua buku itu atau dari berbagai pihak, yang pasti
berdasarkan data-data yang mereka sampaikan, bila ditarik kebelakang tentunya
dan diasumsikan bahwa permukaan air di laut Jawa (laut antara pulau Jawa,
Kalimantan dan Sumatera) menurun drastis hingga kisaran 150-200 meter (silakan
baca tentang cara mengukur
kedalaman laut), kasarannya dikuras habis sampai kedalaman tersebut, maka
akan didapati dataran seluas kira-kira 400 x 600 km persegi bahkan lebih, dan
ini memang daratan maha luas, hampir 3 kali luas pulau jawa sekarang.
Tentang kedalaman laut Jawa silakan baca di laporan Bakosurtanal, atau hasil pengamatan citra satelit laut Jawa yang menunjukan sebagian besar laut Jawa kedalamanya pada kisaran tersebut, yaitu 150-200 meter, walaupun memang ada juga palung-palung dalam yang merupakan hasil pertemuan lempeng-lempeng benua dengan kedalaman ribuan meter. Terdapat 4 (empat) sungai purba juga didaratan itu, dipermukaan dasar laut Jawa, yang diambil sebagai sebagai bukti refensi ilmiah tentang salah satu ciri Atlantis yang disampaikan Plato, dan itulah dalam berbagai mitos keagamaan sungai-sungai Surga dan Surganya Atlantis yang dimaksud, keempat sungai itu bersumber dari gunun Dempo Sumatera Selatan.
BAGIAN SELANJUTNYA>>>
Tentang kedalaman laut Jawa silakan baca di laporan Bakosurtanal, atau hasil pengamatan citra satelit laut Jawa yang menunjukan sebagian besar laut Jawa kedalamanya pada kisaran tersebut, yaitu 150-200 meter, walaupun memang ada juga palung-palung dalam yang merupakan hasil pertemuan lempeng-lempeng benua dengan kedalaman ribuan meter. Terdapat 4 (empat) sungai purba juga didaratan itu, dipermukaan dasar laut Jawa, yang diambil sebagai sebagai bukti refensi ilmiah tentang salah satu ciri Atlantis yang disampaikan Plato, dan itulah dalam berbagai mitos keagamaan sungai-sungai Surga dan Surganya Atlantis yang dimaksud, keempat sungai itu bersumber dari gunun Dempo Sumatera Selatan.
BAGIAN SELANJUTNYA>>>
sampurasun ngiring ngarojong kanu bahasan dulur?,,,,,,,
BalasHapussetiap menguak satu sejarah itu harus tau dasarnya dulu contohnya itu nusantara harusnya nusa...antara bukan disatukan nusantara mungkin itu menurut saya bagaymana pendapat orang lain itu haknya masing masing punteun ieu jisim abdi bilih kalangkungan saur sakali deui neda hapunteun.
BalasHapusMaaf mengkoreksi, letusan gunung Krakatau tidak menyebabkan zaman es mencair...
BalasHapusHal ini merupakan kekeliruan dari buku Atlantis dan tidak pernah disebut di buku Eden of the East...
Zaman es malah sesungguhnya dimulai setelah letusan Toba pada 75.000 sebelum masehi yang debunya menutupi atmosfer, menyebabkan suhu dunia turun 6 derajat celcius...
Setuju ....
HapusSilahkan di kunjungi ya teman teman 100% Memuaskan
BalasHapus> Hoki anda ada di sini <
1 USER ID UNTUK SEMUA GAME
Kami memberi bukti bukan Janji
Daftar sekarang juga di www.dewalotto.club
MIN DEPO & WD HANYA Rp.20.000,-
UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
WHATSAPP : ( +855 69312579 ) 24 JAM ONLINE
MELAYANI TRANSAKSI VIA BANK :
BCA - MANDIRI - BRI - BNI - DANAMON-NIAGA
Raihlah Mimpi Anda Setiap Hari & Jadilah Pemenang !!!