KITAB NEGARA
KERTAGAMA
PUPUH I - XVII
Pupuh I
1.
Om! Sembah
pujiku orang hina ke bawah telapak kaki Pelindung jagat Siwa-Buda Janma-Batara
sentiasa tenang tenggelam dalam Samadi Sang Sri Prawatanata, pelindung para
miskin, raja adiraja dunia Dewa-Batara, lebih khayal dari yang khayal, tapi
tampak di atas tanah.
2.
Merata serta
meresapi segala makhluk, nirguna bagi kaum Wisnawa Iswara bagi Yogi, Purusa
bagi Kapila, hartawan bagai Jambala Wagindra dalam segala ilmu, dewa Asmara di
dalam cinta berahi Dewa Yama di dalam menghilangkan penghalang dan menjamin
damai dunia.
3.
Begitulah
pujian pujangga penggubah sejarah raja, kepada Sri Nata Rajasanagara, Sri Nata
Wilwatikta yang sedang memegang tampuk negara Bagai titisan Dewa-Batara beliau
menyapu duka rakyat semua Tunduk setia segenap bumi Jawa, bahkan malah seluruh
nusantara.
4.
Tahun Saka masa
memanah surya (1256) beliau lahir untuk jadi narpati Selama dalam kandungan di
Kahuripan, telah tampak tanda keluhuran Gempa bumi, kepul asap, hujan abu,
guruh halilintar menyambar-nyambar Gunung Kampud gemuruh membunuh durjana,
penjahat musnah dari Negara.
5.
Itulah tanda
bahwa Batara Girinata menjelma bagai raja besar Terbukti, selama bertakhta,
seluruh tanah Jawa tunduk menadah p’rintah Wipra, satria, waisya, sudra, keempat
kasta sempurna dalam pengabdian Durjana berhenti berbuat jahat, takut akan
keberanian Sri Nata.
Pupuh II
1.
Sang Sri
Rajapatni yang ternama adalah nenekanda Sri Baginda Seperti titisan Parama
Bagawati memayungi jagat raya Selaku wikuni tua tekun berlatih yoga menyembah
Buda
Tahun Saka
dresti saptaruna (1272) kembali beliau ke Budaloka.
2.
Ketika Sri
Rajapatni pulang ke Jinapada, dunia berkabung Kembali gembira bersembah bakti
semenjak Baginda mendaki takhta Girang ibunda Tribuwana Wijayatunggadewi mengemban
takhta Bagai rani di Jiwana resmi mewakili Sri Narendra-putera.
Pupuh III
1.
Beliau
bersembah bakti kepada ibunda Sri Rajapatni Setia mengikuti ajaran Buda,
menyekar yang telah mangkat Ayahanda Baginda raja yalah Sri Kertawardana raja
Keduanya teguh beriman Buda demi perdamaian praja.
2.
Ayahnya Sri
Baginda raja bersemayam di Singasari Bagai Ratnasambawa menambah kesejahteraan
bersama Teguh tawakal memajukan kemakmuran rakyat dan negara Mahir mengemudikan
perdata, bijak dalam segala kerja.
Pupuh IV
1.
Puteri Rajadewi
Maharajasa, ternama rupawan Bertakhta di Daha, cantik tak bertara, bersandar
nam guna Adalah bibi Baginda, adik maharani di Jiwana Rani Daha dan rani Jiwana
bagai bidadari kembar.
2.
Laki sang rani
Sri Wijayarajasa dari negeri Wengker Rupawan bagai titisan Upendra, mashur
bagai sarjana Setara raja Singasari, sama teguh di dalam agama Sangat mashurlah
nama beliau di seluruh tanah Jawa.
Pupuh V
1.
Adinda Baginda
raja di Wilwatikta: Puteri jelita, bersemayam di Lasem Puteri jelita Daha,
cantik ternama Indudewi puteri Wijayarajasa.
2.
Dan lagi puteri
bungsu Kertawardana Bertakhta di Pajang, cantik tidak bertara Puteri Sri
Narapati Jiwana yang mashur Terkenal sebagai adinda Sri Baginda.
Pupuh VI
1.
Telah
dinobatkan sebagai raja tepat menurut rencana Laki tangkas rani Lasem bagai
raja daerah Matahun Bergelar Rajasawardana sangat bagus lagi putus dalam naya
Raja dan rani terpuji laksana Asmara dengan Pinggala.
2.
Sri
Singawardana, rupawan, bagus, muda, sopan dan perwira Bergelar raja Paguhan,
beliaulah suami rani Pajang Mulia perkawinannya laksana Sanatkumara dan Dewi
Ida Bakti kepada raja, cinta sesama, membuat puas rakyat.
3.
Bhre Lasem
Menurunkan puteri jelita Nagarawardani Bersemayam sebagai permaisuri pangeran
di Wirabumi Rani Pajang menurunkan Bhre Mataram Sri Wikramawardana Bagaikan
titisan Hyang Kumara, wakil utama Sri Narendra.
4.
Puteri bungsu
rani Pajang mem’rintah daerah Pawanuhan Berjuluk Surawardani masih muda indah
laksana gambar Para raja pulau Jawa masing-masing mempunyai negara Dan
Wilwatikta tempat mereka bersama menghamba Sri Nata.
Pupuh VII
1.
Melambung
kidung merdu pujian sang prabu, beliau membunuh musuh-musuh, Bagai matahari
menghembus kabut, menghimpun negara di dalam kuasa Girang janma utama bagai
bunga tunjung, musnah durjana bagai kumuda Dari semua desa di wilayah negara
pajak mengalir bagai air.
2.
Raja menghapus
duka si murba sebagai Satamanyu menghujani bumi Menghukum penjahat bagai dewa
Yana, menimbun harta bagaikan Waruna Para telik masuk menembus segala tempat
laksana Hyang Batara Bayu Menjaga pura sebagai dewi Pretiwi, rupanya bagus
seperti bulan.
3.
Seolah-olah
Sang Hyang Kama menjelma, tertarik oleh keindahan pura Semua para puteri dan
isteri sibiran dahi Sri Ratih Namun sang permaisuri, keturunan Wijayarajasa,
tetap paling cantik Paling jelita bagaikan Susumna, memang pantas jadi imbangan
Baginda.
4.
Berputeralah
beliau puteri mahkota Kusumawardani, sangat cantik Sangat rupawan jelita mata,
lengkung lampai, bersemayam di Kabalan Sang menantu Sri Wikramawardana memegang
perdata seluruh negara Sebagai dewa-dewi mereka bertemu tangan, menggirangkan
pandang.
Pupuh VIII
1.
Tersebut
keajaiban kota: tembok batu merah, tebal tinggi, mengitari pura Pintu barat
bernama Pura Waktra, menghadap ke lapangan luas, bersabuk parit. Pohon
brahmastana berkaki bodi, berjajar panjang, rapi berbentuk aneka ragam. Di
situlah tempat tunggu para tanda terus-menerus meronda, jaga paseban.
2.
Di sebelah
utara bertegak gapura permai dengan pintu besi penuh berukir Di sebelah timur:
panggung luhur, lantainya berlapis batu, putih-putih mengkilat, Di bagian
utara, di selatan pekan, rumah berjejal jauh memanjang, sangat indah, Di
selatan jalan perempat: balai prajurit tempat pertemuan tiap Caitra.
3.
Balai agung
Manguntur dengan balai Witana di tengah, menghadap padang watangan Yang meluas
ke empat arah; bagaian utara paseban pujangga dan menteri. Bagian timur paseban
pendeta Siwa-Buda, yang bertugas membahas upacara. Pada masa grehana bulan
Palguna demi keselamatan seluruh dunia.
4.
Di sebelah timur
pahoman berkelompok tiga-tiga mengitari kuil siwa Di sebelah tempat tinggal
wipra utama, tinggi bertingkat, menghadap panggung korban. Bertegak di halaman
sebelah barat; di utara tempat Buda bersusun tiga. Puncaknya penuh berukir;
berhamburan bunga waktu raja turun Berkorban.
5.
Di dalam,
sebelah selatan Manguntur tersekat pintu, itulah paseban Rumah bagus berjajar
mengapit jalan ke barat, disela tanjung berbunga Lebat. Agak jauh di sebelah
barat daya: panggung tempat berkeliaran para perwira Tepat di tengah-tengah
halaman bertegak mandapa penuh burung ramai Berkicau.
6.
Di dalam, di
selatan ada lagi paseban memanjang ke pintu keluar pura yang kedua.
Dibuat
bertingkat-tangga, tersekat-sekat, masing-masing berpintu sendiri Semua balai
bertulang kuat bertiang kokoh, papan rusuknya tiada tercela Para prajurit silih
berganti, bergilir menjaga pintu, sambil bertukar Tutur.
Pupuh IX
1.
Inilah para
penghadap: pengalasan Ngaran, jumlahnya tak terbilang Nyu Gading
Janggala-Kediri, Panglarang, Rajadewi, tanpa upama Waisangka kapanewon Sinelir,
para perwira Jayengprang Jayagung Dan utusan Pareyok Kayu Apu, orang Gajahan,
dan banyak lagi.
2.
Begini
keindahan lapang watangan luas bagaikan tak berbatas Menteri, bangsawan,
pembantu raja di Jawa, di deret paling muka Bhayangkari tingkat tinggi berjejal
menyusul di deret yang kedua, Di sebelah utara pintu istana, di selatan satria
dan pujangga.
3.
Di bagian
barat: beberapa balai memanjang sampai mercudesa, Penuh sesak pegawai dan
pembantu serta para perwira penjaga, Di bagian selatan agak jauh: beberapa
ruang, mandapa dan balai, Tempat tinggal abdi Sri narapati Paguhan, bertugas
menghadap.
4.
Masuk pintu
kedua, terbentang halaman istana berseri-seri, Rata dan luas, dengan rumah
indah berisi kursi-kursi berhias, Di sebelah timur menjulang rumah tinggi
berhias lambang kerajaan, Itulah balai tempat terima tatamu Sri nata di
Wilwatikta.
Pupuh X
1.
Inilah pembesar
yang sering menghadap di balai witana, Wredamentri, tanda menteri pasangguhan
dengan pengiring, Sang Panca Wilwatikta: mapatih, demung, kanuruhan, rangga,
Tumenggung, lima priyayi agung yang akrab dengan istana.
2.
Semua patih,
demung negara bawahan dan pengalasan, Semua pembesar daerah yang berhati tetap
dan teguh, Jika datang, berkumpul di kepatihan seluruh negara, Lima menteri
utama, yang mengawal urusan negara.
3.
Satria,
pendeta, pujangga, para wipra, jika menghadap, Berdiri di bawah lindungan asoka
di sisi witana, Begitu juga dua dharmadhyaksa dan tujuh pembantunya, Bergelar
arya, tangkas tingkahnya, pantas menjadi teladan.
Pupuh XI
1.
Itulah
penghadap balai witana, tempat takhta, yang terhias serba bergas, Pantangan
masuk ke dalam istana timur, agak jauh dari pintu pertama, Ke Istana Selatan,
tempat Singawardana, permaisuri, putra dan putrinya, Ke Istana Utara, tempat
Kertawardana. Ketiganya bagai kahyangan.
2.
Semua rumah
bertiang kuat, berukir indah, dibuat berwarna-warni, Kakinya dari batu merah
pating berunjul, bergambar aneka lukisan, Genting atapnya bersemarak serba
meresapkan pandang, menarik Perhatian, Bunga tanjung, kesara, campaka dan
lain-lainnya terpencar di halaman.
Pupuh XII
1.
Teratur rapi
semua perumahan sepanjang tepi benteng Timur tempat tinggal pemuka pendeta Siwa
Hyang Brahmaraja, Selatan Buda-sangga dengan Rangkanadi sebagai pemuka Barat
tempat arya, menteri dan sanak-kadang adiraja.
2.
Di timur,
tersekat lapangan, menjulang istana ajaib, Raja Wengker dan rani Daha penaka
Indra dan Dewi Saci, Berdekatan dengan istana raja Matahun dan rani Lasem, Tak
jauh di sebelah selatan raja Wilwatikta.
3.
Di sebelah
utara pasar: rumah besar bagus lagi tinggi, Di situ menetap patih Daha, adinda
Baginda di wengker, Batara Narapati, termashur sebagai tulang punggung praja,
Cinta taat kepada raja, perwira, sangat tangkas dan bijak.
4.
Di timur laut
rumah patih Wilwatikta, bernama Gajah Mada, Menteri wira, bijaksana, setia
bakti kepada Negara, Fasih bicara, teguh tangkas, tenang tegas, cerdik lagi
jujur, Tangan kanan maharaja sebagai, penggerak roda Negara.
5.
Sebelah selatan
puri, gedung kejaksaan tinggi bagus, Sebelah timur perumahan Siwa, sebelah
barat Buda, Terlangkahi rumah para menteri, para arya dan satria, Perbedaan
ragam pelbagai rumah menambah indahnya pura.
6.
Semua rumah
memancarkan sinar warnanya gilang-cemerlang, Menandingi bulan dan matahari,
indah tanpa upama, Negara-negara di nusantara, dengan Daha bagai pemuka, Tunduk
menengadah, berlindung di bawah Wilwatika.
Pupuh XIII
1.
Terperinci demi
pulau negara bawahan, paling dulu M’layu: Jambi, Palembang, Toba dan Darmasraya
pun ikut juga disebut Daerah Kandis, Kahwas, Minangkabau, Siak, Rokan, Kampar
dan Pane Kampe, Haru serta Mandailing, Tamihang, negara Perlak dan Padang.
2.
Lwas dengan
Samudra serta Lamuri, Batan, Lampung dan juga Barus Itulah terutama
negara-negara Melayu yang t’lah tunduk, Negara-negara di pulau Tanjungnegara:
Kapuas-Katingan Sampit, Kota Lingga, Kota Waringin, Sambas, Lawai ikut
tersebut.
Pupuh XIV
1.
Kadandangan,
Landa Samadang dan Tirem tak terlupakan Sedu, Barune (ng), Kalka, Saludung,
Solot dan juga Pasir, Barito, Sawaku, Tabalung, ikut juga Tanjung Kutei, Malano
tetap yang terpenting di pulau Tanjungpura.
2.
Di Hujung
Medini Pahang yang disebut paling dahulu, Berikut Langkasuka, Saimwang,
Kelantan serta Trengganu, Johor, Paka, Muar, Dungun, Tumasik, Kelang serta
Kedah, Jerai, Kanjapiniran, semua sudah lama terhimpun.
3.
Di sebelah
timur Jawa seperti yang berikut: Bali dengan negara yang penting Badahulu dan
Lo Gajah, Gurun serta Sukun, Taliwang, pulau Sapi dan Dompo, Sang Hyang Api,
Bima, Seran, Hutan Kendali sekaligus.
4.
Pulau Gurun,
yang juga biasa disebut Lombok Merah, Dengan daerah makmur Sasak diperintah
seluruhnya, Bantayan di wilayah Bantayan beserta kota Luwuk, Sampai
Udamakatraya dan pulau lain-lainnya tunduk.
5.
Tersebut pula
pulau-pulau Makasar, Buton, Banggawi, Kunir, Galian serta Salayar, Sumba,
Solot, Muar, Lagi pula Wanda (n), Ambon atau pulau Maluku, Wanin, Seran, Timor,
dan beberapa lagi pulau-pulau lain.
Pupuh XV
1.
Inilah nama
negara asing yang mempunyai hubungan, Siam dengan Ayudyapura, begitu pun
Darmanagari, Marutma, Rajapura, begitu juga Singanagari, Campa, Kamboja dan
Yawana yalah negara sahabat.
2.
Tentang pulau
Madura, tidak dipandang negara asing, Karena sejak dahulu dengan Jawa menjadi
satu, Konon tahun Saka lautan menantang bumi, itu saat, Jawa dan Madura
terpisah meskipun tidak sangat jauh.
3.
Semenjak
nusantara menadah perintah Sri Baginda, Tiap musim tertentu mempersembahkan
pajak upeti, Terdorong keinginan akan menambah kebahagiaan, Pujangga dan
pegawai diperintah menarik upeti.
Pupuh XVI
1.
Pujangga-pujangga
yang lama berkunjung di nusantara, Dilarang mengabaikan urusan negara, mengejar
untung, Seyogyanya, jika mengemban perintah ke mana juga, Menegakkan agama
Siwa, menolak ajaran sesat.
2.
Konon kabarnya
para pendeta penganut Sang Sugata, Dalam perjalanan mengemban perintah Baginda
Nata, Dilarang menginjak tanah sebelah barat pulau Jawa, Karena penghuninya
bukan penganut ajaran Buda.
3.
Tanah sebelah
timur Jawa terutama Gurun, Bali, Boleh dijelajah tanpa ada yang dikecualikan,
Bahkan menurut kabaran mahamuni Empu Barada, Serta raja pendeta Kuturan telah
bersumpah teguh.
4.
Para pendeta
yang mendapat perintah untuk bekerja, Dikirim ke timur ke barat, di mana mereka
sempat, Melakukan persajian seperti perintah Sri Nata, Resap terpandang mata
jika mereka sedang mengajar.
5.
Semua negara
yang tunduk setia menganut perintah, Dijaga dan dilindungi Sri Nata dari pulau
Jawa, Tapi yang membangkang, melanggar perintah, dibinasakan, Pimpinan angkatan
laut, yang telah mashur lagi berjasa.
Pupuh XVII
1.
Telah tegak
teguh kuasa Sri Nata di Jawa dan wilayah nusantara, Di Sripalatikta tempat
beliau bersemayam, menggerakkan roda dunia, Tersebar luas nama beliau, semua
penduduk puas, girang dan lega, Wipra, pujangga dan semua penguasa ikut
menumpang menjadi mashur.
2.
Sungguh besar
kuasa dan jasa beliau, raja agung dan raja utama, Lepas dari segala duka,
mengeyam hidup penuh segala kenikmatan, Terpilih semua gadis manis di seluruh
wilayah Janggala Kediri, Berkumpul di istana bersama yang terampas dari negara
tetangga.
3.
Segenap tanah
Jawa bagaikan satu kota di bawah kuasa Baginda, Ribuan orang berkunjung laksana
bilangan tentara yang mengepung pura, Semua pulau laksana daerah pedusunan
tempat menimbun bahan makanan, Gunung dan rimba hutan penaka taman hiburan
terlintas tak berbahaya.
4.
Tiap bulan
sehabis musim hujan beliau biasa pesiar keliling, Desa Sima di sebelah selatan
Jalagiri, di sebelah timur pura, Ramai tak ada hentinya selama pertemuan dan
upacara prasetyan, Girang melancong mengunjungi Wewe Pikatan setempat dengan
candi Lima.
5.
Atau pergilah
beliau bersembah bakti ke hadapan Hyang Acalapati, Biasanya terus menuju
Blitar, Jimur mengunjungi gunung-gunung permai, Di Daha terutama ke Polaman, ke
Kuwu dan Lingga hingga desa Bangin, Jika sampai di Jenggala, singgah di
Surabaya, terus menuju Buwun.
6.
Tahun
Aksatisurya (1275) sang prabu menuju Pajang membawa banyak pengiring, Tahun
Saka angga-naga-aryama (1276) ke Lasem, melintasi pantai samudra, Tahun Saka
pintu-gunung-mendengar-indu (1279) ke laut selatan menembus hutan, Lega
menikmati pemandangan alam indah Lodaya, Tetu dan Sideman.
7.
Tahun Saka
seekor-naga-menelan bulan (1281) di Badrapada bulan tambah, Sri Nata pesiar
keliling seluruh negara menuju kota Lumajang, Naik kereta diiringi semua raja
Jawa serta permaisuri dan abdi, Menteri, tanda, pendeta, pujangga, semua para
pembesar ikut serta.
8.
Juga yang
menyamar Prapanca girang turut mengiring paduka Maharaja, Tak tersangkal girang
sang kawi, putera pujangga, juga pencinta kakawin, Dipilih Sri Baginda sebagai
pembesar kebudaan mengganti sang ayah, Semua pendeta Buda umerak membicarakan
tingkah lakunya dulu.
9.
Tingkah sang
kawi waktu muda menghadap raja, berkata, berdamping, tak lain, Maksudnya
mengambil hati, agar disuruh ikut beliau ke mana juga, Namun belum mampu
menikmati alam, membinanya, mengolah dan menggubah, Karya kakawin; begitu warna
desa sepanjang marga terkarang berturut.
10.
Mula-mula
melalui Japan dengan asrama dan candi-candi ruk-rebah, Sebelah timur Tebu,
hutan Pandawa, Daluwang, Bebala di dekat Kanci, Ratnapangkaja serta Kuti Haji
Pangkaja memanjang bersambung-sambungan, Mandala Panjrak, Pongging serta
Jingan, Kuwu Hanyar letaknya di tepi Jalan.
11.
Habis
berkunjung pada candi makam Pancasara, menginap di Kapulungan, Selanjutnya sang
kawi bermalam di Waru, di Hering, tidak jauh dari pantai, Yang mengikuti
ketetapan hukum jadi milik kepala asrama Saraya, Tetapi masih tetap dalam
tangan lain, rindu termenung-menung menunggu.
Sumber: Prof.
Dr. Slamet Mulyana (Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya)
http://padepokan-dewandaru.blogspot.com/2010/11/terjemahan-kitab-negara-kertagama.html
http://padepokan-dewandaru.blogspot.com/2010/11/terjemahan-kitab-negara-kertagama.html
Sangat bermanfaat...
BalasHapusAda sejara tentang Raden Wiaya dan keturunannya hingga sekarang gak ?
Trims...
Orang2 jawa banyak intrik. makanya negara tak ernah maju di pimpin orang jawa.
BalasHapusLain dengan singapur danmalaysia
intrik da di mana2 gan, bahkan orang melayu dan china itu sumber intrik asia.Baca hikayat hang tuah dan naskah2 kuno china bagaimana mereka melakukan intrik
HapusBosan gwa dari kecil denger cerita jawa mulu... lha kami di luar pulau jawa ini di anggap apa ??? mang yg paling hebat di indonesia ini cuma jawa aja ???
BalasHapuskomentar-komentar diatas, mohon dijadikan masukan untuk mengungkap sejarah kerajaan lain diluar pulau jawa seperti di kalimantan, sulawesi, maluku ntt dan papua, Agar tidak ada rasa iri
BalasHapusSejarah adalah fakta yang terjadi dimasa lalu untuk dapat diambil hikmah bagi kemajuan bangsa INDONESIA dimasa depan........ saya mengapresiasi dan berterima kasih kepada semua pihak yang mau berbagi pengetahuan sejarah demi kemajuan INDONESIA.
BalasHapus