POLA HUBUNGAN KERAJAAN MAJAPAHIT
& SUNDA
Pembuktian Analisa Kitab Negara
Kertagama
Created by Ejang Hadian Ridwan
Latar Belakang
Suatu proses pencarian yang teramat sulit juga,
mencari sumber yang mampu mengatakan bahwa kerajaan Sunda dan kerajaan
Majapahit adalah 2 kerajaan yang bersahabat dan rukun. Berulangkali searching
dengan menggunakan keywords bermacam-macam seperti: persahabatan
kerajaan Majapahit dan Sunda, Persahabatan kerajaan Sunda dan Majapahit masa
Gajah Mada dan Hayam Wuruk, Persahabatan raja Majapahit Hayam Wuruk dengan raja
Sunda Lingga Buana dan lain sebagainya.
Kenyataannya semua hasil mengatakan hal yang sama, dengan kata lain tidak bersahabat, terjadi perselisishan alias permusuhan. Tetapi kalau dimasukan keywords seperti : Perang Bubat, Perang antara Majapahit dan Sunda, dan lain sebagainya yang mengarah ke perang Bubat, hasilnya hampir serentak semua link url atau situs web mengatakan hal sama yaitu ada perang Bubat, ada perselisihan dan permusuhan dengan berbagai versinya.
Kenyataannya semua hasil mengatakan hal yang sama, dengan kata lain tidak bersahabat, terjadi perselisishan alias permusuhan. Tetapi kalau dimasukan keywords seperti : Perang Bubat, Perang antara Majapahit dan Sunda, dan lain sebagainya yang mengarah ke perang Bubat, hasilnya hampir serentak semua link url atau situs web mengatakan hal sama yaitu ada perang Bubat, ada perselisihan dan permusuhan dengan berbagai versinya.
Artikel-artikel sebelumnya dari penulis sudah
gembar-gembor mengatakan bahwa kisah Ken Arok, Perang Bubat dan Sumpah Palapa
adalah dusta atau kebohongan sejarah, dengan pihak yang dirugikan adalah bangsa
Indonesia.
Sumber-sumber utama yaitu kitab Pararaton dan
kitab Kidung Sunda yang mengarah kepada kisah Ken Arok, terjadinya peristiwa
perang Bubat dan Sumpah Palapa, secara sendirinya adalah sumber-sumber yang
sudah tidak bisa dipercaya lagi sebagai sumber sejarah, dengan kata lain
sumber-sumber itu adalah sumber yang pada bagian-bagian tertentu sudah
direkayasa demi suatu kepentingan, yang akhirnya terjadi pembelokan arah
sejarah.
Pertanyaan selanjutnya adalah kalau memang tidak
terjadi hal-hal seperti disebutkan diatas semisal perang Bubat, kebohongan
persetruan yang mempunyai arti sama dengan tidak adanya persetruan antara
Majapahit dengan Sunda, itu memang telah terjadi, lantas pola hubungan seperti
apa yang diterapkan antara 2 kerajaan tersebut yaitu kerajaan Majapahit dan
kerajaan Sunda? yang masa itu pemerintahan kerajaan Majapahit dipimpin oleh Sri
Rajasanagara (Hayam Wuruk versi kitab Pararaton) dengan Mahapatihnya Gajah
Mada. Inilah pertanyaan yang harus ada jawaban sebagai korelasinya dan jawaban
itu tentunya harus ada, kalau tidak pernyataan kebohongan sejarah tentang
persetruan itu tetap tidak kuat.
Penyidikan suatu perkara hukum, selalu dalam
langkah awalnya adalah mencari barang bukti, yang kemudian dipelajari,
dianalisa dan dikembangkan. Berdasarkan barang bukti itulah penyidikan lebih
lanjut dapat dilakukan.
Bukti sejarah yang ada untuk perkara ini tiada
lain adalah berupa prasasti-prasasti dan beberapa kitab yang tingkat
kepercayaannya akan kebenarannya masih tinggi, atau sumber sejarah yang masih
relevan. Prasasti-prasati yang sudah ditemukan, hampir semuanya tidak bisa
memberikan informasi tentang hal pola hubungan kedua negara, kerajaan Majapahit
dan Sunda.
Bukti sejarah berikutnya adalah dengan mencoba
lagi mencri keterangan dengan mempelajari salah satu kitab tentang sejarah
yaitu kitab Negara Kertagama. Kitab Negara Kertagama, kitab resmi kerajaan
Majapahit karena dibuat pada masa itu, inilah yang menjadi harapan satu-satunya
bagi penulis untuk bisa mendapatkan informasi pola hubungan itu walaupun tidak
secara gamblang, tentunya untuk saat ini karena itulah bukti yang ada.
Wujud gajah mada yang ada sekarang saja bukan otentik kok....itu hanyalah rekaan M. Yamin...yang menemukan sebuah "celengan" dengan bentuk wajah seseorang....lalu di klaim lah bahwa itu adalah gajah mada..... bisa jadi juga sumpah palapa tidak terbukti kebenarannya...
BalasHapusTapi rujukan yg anda pakai untuk membantah pararaton pun masih kontroversi sampai saat ini (naskah wangsakerta).... dalam artian ada yg pro dan yang kontra akan ke beneran isi dari naskah tersebut berhubung isinya terlalu detail
Waaah sesama peneliti sejarah. Good job mas. Saya juga menemukan keganjilan kisah sejarah yang sama. Tetapi wilayah penelitian saya berada di zaman demak bintoro dengan sumber babad tanah jawa yg menceritakan sejarah dalam bentuk kiasan (tidak harfiah)
BalasHapus@ Anonim, waduhhh kalo wujud gajah mada sudah dipastikan itu boong kang, 70 tahun dari Gajah Mada meninggal juga dah pasti pada lupa, apalagi jaman kita. Hanya rujukan itu yang ane punya gan, kalo memang ada yang tahu rujukan otentik tentang nama negara YAWANA, ane berterima kasih sangat, bisa jadi kesimpulan ane salah...tp untuk sementara ini ane cuma bisa nulis itu. hatur nuhun
BalasHapus@ Gan Yudis, thanks gan supportnya, ane bukan peneliti sejarah, tp seneng baca sejarah...tulisan artikel ane bisa jadi sangat salah...mudah2an ada sumber rujukan atau yang lebih ahli dibidang ini, yang pasti kedepannya untuk sejarah bangsa mudah2n ada yang bisa memastikan jalannya sejarah ini...aminnnn, semua harus berlandaskan azas pra duga tak bersalah, tp selama bukti itu yang ada ya gmn lagi kita hrs bisa menganalisa bukti yang ada itu...sippp thanks gan Yudi
Artikel ini bikin terang dikit rasa penasaran ane selama ini tentang sejarah sumpah palapa dan perang bubat..hatur nuhun Kang Ejang..mudah2an ada tanggapan positif dari para peneliti sejarah yg punya kejujuran..tai kalao Akang berharap bpk eSBeYe mau menanggapi keluhan ini ane rasa Kang Ejang akan sia2..krn dipastikan beliau sedang sibuk ngurusin BBM & kepiawaian kader partainya yg lg digonjang-ganjing..bujeng2 urusi sejarah ah..sanes waktos we ceunah..punten ah..sekali lagi, LANJUTKAN ! hehe
BalasHapusMangga sami2 gan, hatur nuhun, wios ah da tukang masak, atanapi sopirna ge moal wantunen nyarios ka Pak esbeye na ge hehehe
BalasHapuswah mantab kang ezank,.. tadi iseng2 lihat republikan, jd nyambung kesini.. sok atuh ungkapkan faktanya hehe.. punten baru baca sebagian.. mugi tinekanan sagala pamaksadan...
BalasHapusSae pisan kang, tulisanna. Tapi kang...
BalasHapus1. Akang sendiri menulis bahwa memang ada negeri yang bernama Yawana. Masalah Yawana itu nama tempat atau nama kerajaan, mungkin sama kasusnya dengan Wilwatika yang menjadi Majapahit. Di jabar juga kan ada sunda, Sumedang, galuh, dll. Tapi kalau orang awam ditanya kerajaan yang terkenal di Jabar apa, jawabannya kemungkinan besar adalah Pajajaran. Pajajaran teh nu mana?
2. Kalau menurut akang Yawana itu sama dengan Sunda berdasarkan asal-usul nenek moyangnya yg berasal dari negri Yawana, berarti seluruh kerajaan di nusantara juga valid untuk disebut Yawana. Alasannya, akang sendiri yg menulis bahwa terdapat beberapa sumber bahwa kerajaan-kerajaan di nusantara berasal dari Sunda.
2. Bahwa Yawana dalam arti negri india tidak bisa diterima dengan alasan jarak yang terlalu jauh, sepertinya terlalu dipaksakan. India cukup "dekat" dengan nusantara. Buktinya, banyak prasasti yg menggunakan bahasa sanskrit. Selain itu nuansa India terasa kental di Jawa dan Bali baik dalam bidang agama ataupun budaya. Ini indikasi bahwa telah ada hubungan yang cukup kuat antara Nusantara dengan India.
3. Kalau akang menaruh kecurigaan yang kuat terhadap Serat Pararaton dan Kidung Sunda, bagaimana dengan Naskah Wangsakerta? Banyak ahli sejarah yang meragukan keaslian dari naskan tersebut dan keraguan mereka bukan tanpa alasan. Tapi deng... saya lihat akang juga mengkritisi naskah ini (meskipun masih mengutipnya sebagai sumber tambahan).
4. Manusia dengan segala keterbatasannya tidaklah mungkin merekonstruksi peristiwa yang terjadi ratusan tahun yang lalu secara tepat. Apalagi hanya didukung oleh sumber-sumber yang diragukan keabsahannya. Dengan modal pemikiran seperti itu, saya harap kalimat "... dan dipastikan itu benar dan akurat" dapat dihindari.
Hapunten bilih aya ungkara nu teu merenah ka na manah. Sayah mah cuman pembaca yang kataji sama tulisan akang.
Rahayu.
@ Kur kur alias Rahayu, maaf baru dibalas, untuk point 4, terima kasih atas masukannya dan tulisan saya diperbaiki menjadi:
Hapus-Nama Yawana, menurut penulis arahnya ini merujuk untuk sebuah nama lain, diduga yaitu kerajaan Sunda.
-Mengapa saya mengambil referensi dari Kitab Wangsakerta, soalnya melihat ada korelasi dengan sumber lain. mohon maaf juga refensi yang saya dapat cuma dari website.
-Masalah nama Yawana adalah sebuah negara yang adanya dalam mitologi Hindu abad sebelum masehi itu yang menjadi dasar penulis berani mengajukan dugaan bahwa nama lain yang disebut oleh Kitab Negara kertagama adalah kerajaan Sunda dilihat dari asal muasalnya, atu nenk moyangnya, Karena saya belum dapat referensi bahwa nama negara Yawana msh ada dalam masa Majapahit.
dalam petikan artikel saya juga:
Hapus"Ada juga yang merujuk bahwa Yawana adalah negara gabungan antara Kamboja dan Annam dengan sebutan Sya Pa Nao, istilah lain untuk Yawana di Vietnam, daratan Cina selatan. Menurut beberapa sumber kerajaan-kerajaan dikawasan daratan Asia Tenggara diantara, yaitu kerajaan Syan yang kemudian disebut Syanka atau Siam; kerajaan Syan Pao Cha yang kemudian disebut Kam Pao Cha atau Kamboja; dan kerajaan Syan Pao Nam yang kemudian disebut Syan Nam atau An Nam dan Syan Pao, Syan Pa atau Campa. Kamboja dan Anam bersatu juga disebut Syan Pao Nam, Sya Pa Nao atau Yawana.
Kerajaan-kerajaan seperti Siam, Kamboja, Annam dan Campa tersebut adalah istilah menurut pelafalan bahasa Indonesianya, dan hampir mirip dengan dialektika pelafalan aslinya, tetapi untuk pelafalan Syan Pao Nam, Sya Pa Nao menjadi Yawana, itu yang terasa janggal dan kelihatan tidak mirip sama sekali, seperti dipaksakan".
ada masukan tentang ini?
Istilah Nusantara, sering diartikan sebagai wilayah yang yang termasuk kedalamanya negara asing istilah dalam kitab Negara Kertagama yaitu
Hapus"Inilah nama negara asing yang mempunyai hubungan, Siam dengan Ayudyapura, begitu pun Darmanagari, Marutma, Rajapura, begitu juga Singanagari, Campa, Kamboja dan Yawana yalah negara sahabat"
Kamboja dan Annam kalo digabung menjadi San Pao Nao atau Yawana, tetapi kenapa dalam negara Kertagama dipisah
terlebih ada pernyataan :
"Tentang pulau Madura, tidak dipandang negara asing"
itu menandakan istilah negara asing bukanlah berdasarkan jarak dan saya menduga pernyataan tentang Pulau Madura ini ingin menjelaskan sesuatu yang akan menjadi pertanyaan sebelumnya, makanya ada penegasan itu bahwa Pulau madura bukan negara asing.
Spekulasi memang, tapi dugaan itu tidak ada salahnya penulis kira soalnya untuk menggagalkan dugaan ini harus jelas betul bukti sejarah Yawana itu negara mana?
thanks
Memang betul, sejarah tidak bisa direkontruksi ulang secara tepat, karena kontuksi ulang tidak bisa menggambarkan sisi emosional dan penjiwaanya.
HapusRekontruksi yang dilakukan polisi pun atas tetiap tidak melawan hukum tidak bisa secara tepat menggambarkan situasi itu, soalnya tarap penjiwaan dan emosionalnya berbeda dengan saat kejadian, hasilnya bisa dijadikan penyidikan untuk proses pencarian justifikasi hukum. Bisa jadi karena hal-hal mengarah kearah itu dan analisa pembuktian, menjadikan si terdakwa memperoleh vonis hukum yang tidak sebenarnya.
Sama halnya dengan sejarah, rekontruksi bisa dilakukan, tp tidak bisa menjustifikasi kebenaran dan ketepatan yang benar-benar hakiki.
Siip, thanks sumbang sarannya, hatur nuhun pisan, memang materi ini harus dikasi ulang lagi....mohon kalo ada sumber lainya yang menyangkut topik ini dikasih ya....tolong dikritisi juga dusta kitab pararaton ya...
BalasHapusSaya pernah baca di buku sejarah (lupa judulnya) bahwa Yawana adalah sebuah kerajaan di negeri Vietnam..duka tah ?
BalasHapusdiambil dari artikel ane gan untuk pertanyaan ini :
BalasHapus"Ada juga yang merujuk bahwa Yawana adalah negara gabungan antara Kamboja dan Annam dengan sebutan Sya Pa Nao, istilah lain untuk Yawana di Vietnam, daratan Cina selatan. Menurut beberapa sumber kerajaan-kerajaan dikawasan daratan Asia Tenggara diantara, yaitu kerajaan Syan yang kemudian disebut Syanka atau Siam; kerajaan Syan Pao Cha yang kemudian disebut Kam Pao Cha atau Kamboja; dan kerajaan Syan Pao Nam yang kemudian disebut Syan Nam atau An Nam dan Syan Pao, Syan Pa atau Campa. Kamboja dan Anam bersatu juga disebut Syan Pao Nam, Sya Pa Nao atau Yawana.
Kerajaan-kerajaan seperti Siam, Kamboja, Annam dan Campa tersebut adalah istilah menurut pelafalan bahasa Indonesianya, dan hampir mirip dengan dialektika pelafalan aslinya, tetapi untuk pelafalan Syan Pao Nam, Sya Pa Nao menjadi Yawana, itu yang terasa janggal dan kelihatan tidak mirip sama sekali, seperti dipaksakan." thanks
Kerajaan Yawana atau Yona merupakan kerajaan yang berada di wilayah India Barat, bersama dengan kerajaan Sindhu, Madra, Kekeya, Gandhara and Kamboja seperti yang diuraikan dalam Mahābhārata. Dalam catatan sejarah, nama tersebut merujuk kepada Yunani atau Arab, yang mengakibatkan banyak terjadi kesalahpahaman. Kemudian Kerajaan Yawana dalam Mahābhārata dianggap sebagai koloni bangsa Yunani di wilayah India Barat.
Hapus@Kang Depi, Hatur nuhun pisann kumaha damang euyy..??? sing mugiya sarehat sareng sukses atuhhh.....aminnnn
BalasHapusDipedar oge sejarah taruma negara ath kang,hoyong terang bener teu candi jiwa jeung citarum aya hubungan jeung tarumanagara
BalasHapusMdh2an kang nyampe kesana, udah beberapa kali pernah liat lokasinya langsung dan seperti apa bangunannya, tapi dulu gak coba cari bahan apa2, soalnya keberadaan disana cuma dalam rangka kerja tugas perusahann, selain candi yang sudah ditemukan dan dibersihkan, kegiatan pencarian dan penggalian sites lain trs dilakukan.
HapusCandi yang sudah ditemukan posisi puncaknya hampir sama dengan ketinggian lokasi pesawahan disekitarnya.
Tapi memprihatinkan sekali proses pencarian dan penggaliannya yang dilakukan, terlihat sprt kekuarangan dana, sehingga prosesnya sangat lambat...kadang lama tertunda.
Sering dikunjungi ramai2 oleh para penganut Agama Budha, dan skrng lokasi sdh berupa lokasi wisata, walau pun sangat sederhana.
thanks
maaf kang, saya blm paham isi artikel, sabenerna inti hubungan kerjaan sunda dan majapahit di mana kang..? rada lieur euy macana... punten ah simkuringmah orang awam.
BalasHapusDua negara yang bersahabat Kang, soalnya saya menduga bahwa Nama negara Yawana adalah kerajaan Sunda seperti dalam petikan kitab negara kertagama:
Hapus"Inilah nama negara asing yang mempunyai hubungan, Siam dengan Ayudyapura, begitu pun Darmanagari, Marutma, Rajapura, begitu juga Singanagari, Campa, Kamboja dan Yawana yalah negara sahabat.
Tentang pulau Madura, tidak dipandang negara asing,"
penjelasnya bisa dilihat dari jawaban ke @kur kur, hatur nuhun kang
Coba pelajari kisah perjalanan Bujang Manik, disitu tidak terlihat ada sisi permusuhan antara wilayah sunda dengan jawa
BalasHapusSippp, thanks gan infonya, mudah-mudahan ane bisa menemukannya
Hapusjadi bingung sya sebagai calon sejarawan harus gimana kalau sejarah yang ada juga dan sudah diakui banyak orang malah sampai keluar negeri sekarang ada pertanyaan sejarah kontarversi majapahit dan sunda itu salah jadi yang benar itu yang mana?padahal ciri negara sukses itu harus melihat latarbelakang sejarahnya kaya bung karno aja dengan kata2 jasmer
BalasHapusIya gan, mohon maaf membuat Agan jd bingung.
HapusTerkadang kita sudah memantapkan diri bahwa sejarah yg menurut sepengetahuan kita sudah benar, ehhh tiba2 ada analisa lain, contoh sederhana ketika era orde baru kita mempunyai pemahaman pemahaman sejarah sprti itu, tp setelah era itu gak ada lagi, baru muncul banyak buku2 hasil analisa-analisa para sejarawan yg terkadang berbeda dari pemahaman kita, sebelumnya tentang berbagai hal.
Itulah sejarah, analisa dan tafsiranya gak akan pernah tetap, pastie terus akan ada analisa dan teori-teori baru.
Tentang sejarah, akan sangat bermanfaat jika pemahaman sejarah itu menimbulkan efek kebaikan bagi masa-masa yg kita lewati sekarang atau saat ini dan berguna pula bagi masa yang akan datang.
Saya pikir penulis terlalu menggunakan sisi emosional buat melakukan penelitian....jadi latar belakang penulis sebenarnya men-semukan sejarah dengan alasan atau tujuan tertentu yang hanya penulis sendiri yang tau.
BalasHapusInsya Allah, ane gan gak ada niatan untuk men-semukan sejarah, ini hanya opini pribadi atas analisa dari bahan yang ane punya.
HapusAne yakin pastie ada benteng besar kalo catatan dalam artikel ane ini seolah-olah ingin mengkaburkan sejarah, banyak para ahli sejarah mumpuni yang bisa menyangkal semua yg ane tulis.
Latar belakang ane memang asli suku Sunda, tepatnya lahir di Bandung, tp mohon maaf ane kira latar belakang ane jgn dijadikan motivasi knp ane membuat artikel ini.
kalo ada petunjuk dari agan, ane ucapkan terima kasih tak terhingga...thanks gan
sejarah adalah sejarah kalau saya lihat anda begitu emosi dan semangat sekali untuk mencari celah dan kesalahan atas sejarah majapahit, kenapa ?.... apa anda merasa terganggu dengan sejarah majapahit ?...
BalasHapusSemangat tuk menggali sejarah ya gan, semangat mencari celah dan kesalahan atas sejarah Majapahit "No" gan....
HapusSejarah Majapahit adalah salah satu sumber kekayaan sejarah bangsa kita gan, dan ane bangga dengannya. Gak mungkin juga ane mengubah sejarah, karena sejarah memang bgtu adanya, cuma cerita ttg sejarah ini yg hrs dianalisa kembali sama2.
Kebesaran Majapahit ya karena sumber yg mengatakan demikian, Nagarakertagama. Tp ttg cerita kebesaran Majapahit baru terpublikasi era 1850-1920 M, ketika Brandes mempublikasikan karya penelitiannya (Pararaton), sebelumnya, cerita itu biasa2 saja.
Bisa jadi Kebesaran Majapahit lebih besar daripada ceritanya orang Belanda itu.
Kita jgn bgtu saja menerima kebesaran nama yg diberikan mereka, ttg Majapahit, padahal kebesaran itu sendiri dibatasi....lihat Sumpah Palapa, bukan kah itu pengkerdilan dari luas wilayah Majapahit yg diterangkan Nagarakertagama?
Liat jg upaya mereka supaya Irian Barat tidak di klaim ke wilayah Indonesia, secara sejarah dianggap mereka tidak masuk dlm wilayah Nusantara yg pernah dikuasai Majapahit.
Indikasinya Berg mengatakan bahwa pengarang negarakertagama adalah orang yg sinting, penuh hayalan. Berg bahkan mengatakan wilayah Majapahit hanya terdiri dari 4 Pulau, tidak luas. Berg adalah penerus Brandes (Berg yg mempublikasikan Kidung Sunda dan Kidung Sundayana).
Tp Cerita Kebesaran Majapahit jgn sampai kita menutup mata dengan data sejarah lainnya yg sama2 besar.
Perbandingannya gini gan, Sriwijaya berhasil menaklukan dan Menjajah ratusan tahun lamanya wilayah Kamboja, kekuasaannya tercatat sampai kepulauan Maluku, silakan cek berita arab. bandingkan dengan Berita NegaraKertagama yg mengatakan bahwa kerajaan2 diwilayah Kamboja hanya sebagai negara sahabat, bukan daerah taklukan, apalagi di jajah. silakan cek Nagarakertagama.
Liat juga Medang yg diakui kekuasaanya oleh kerajaan di Filipina, apa Majapahit sampai kesana?
Liat juga karya Besar Borobudur dan Prambanan, indikasi Maha Karya Peradaban Manusia, era Sriwijaya dan Medang, Masa Keemasan Agama Hindu dan Budha, apakah ada karya besar sprt itu masa Majapahit?
Liat juga Raja Purnawarman yg bisa menyumbang 1000 ekor sapi/lembu? apakah ada catatan sejarah di Majapahit rajanya menyumbang hewan ternak sebanyak itu?
Oleh karena itu perlu pengkajian ulang tentang sejarah masa lampau....sekian dulu ya gan, thanks
ahhh teuingggggggggggggg
BalasHapusabdi terang na ukur "sampah palapa" punten ah,guyon!
Hapuspunten sanes sampah palapa tp "sampah kalapa"
HapusSebenarnya persahabatan antara Sunda dan Majapahit berjalan lebih lama dari pada negara ini berdiri,bahkan sebelum ke-2 negara ini berubah nama menjadi yang disebutkan.Kesalahan politik Gajah Mada lah yang membuat muramnya hubungun baik yang terjalin menjadi hancur.Memang ada perbedaan penerapan politik di antara ke-2 kerajaan besar ini.Sunda lebih memilih merevisi kepada kesejahteraan di dalam kerajaan,sedangkan Gajah Mada lebih memilih untuk "Lebih di akui di luar" sehingga dengan sangat terpaksa memaksakan apa yang di anutnya.
BalasHapusMemang sangat aneh,ketika seorang Hayam Wuruk dengan begitu saja mempercayakan politik Majapahit kepada seorang ambisius yang sebenarnya merusak citra mereka sendiri di negara taklukan nya.
Yavanas were described to be beyond Gandhara. There was another country mentioned in the epic as Parama Yona, in the far west of Yavana. This could be the Ionia of Greece, somehow related to Indian Ionians or Yavanas.
BalasHapushttp://en.wikipedia.org/wiki/Yavana_Kingdom
bohong atau tidaknya perang bubat kuncinya ada pada kata "DYAH"
BalasHapushttp://bumibuton.blogspot.com/2012/09/semakin-sangat-jelas-kisah-maha-patih.html...tolong dibaca dan apa pendapat saudara2
BalasHapusPunten kang Ejang, bade tumaros...
BalasHapusAya hubungana teu kerajaan Tarumanaga sareng Yawana..??
Hatur nuhun
cuma kasih saran dikit, menurut saya peneliti sejarah kerajaan jawa sebaiknya orang yang masih memegang keyakinan ajaran leluhur jawa, agar rasa sejatinya ikut meneliti, tidak cuman pikiran dan bukti materi yang di jadikan acuan kebenarannya,
BalasHapuskarena zaman kerajaan jawa dahulu kala tidak sama dengan zaman sekarang yang mengandalkan teknologi,
meneliti sebuah zaman yang kental dengan sistem spiritual tidak akan pernah terungkap kebenaranya jika masih ngotot mneggunakan intelektual saja
Bgus
BalasHapusMeneliti tentang sejarah kerajaan Majapahit yang sangat kental dengan nuansa spiritualnya tidak akan pernah bisa diselesaikan oleh kaum intelektual yang hanya mengandalkan buah-buah pikiran kosong tanpa isi (tidak melibatkan sanubari yang terdalam). Nuansa spritual sangat kental melingkupi kerajaan Majapahit, hal ini terrbukti dengan banyaknya peninggalan-peninggalan kerajaan Majapahit yang terpendam bukan karena 'kemampuan manusia', namun lebih karena kedekatan orang-orang Majapahit dengan Sang Penciptanya. Orang-orang sekarang (para ahli sejarah dan arkeologi sekalipun) pada dasarnya hanya bisa menganalisa dan menerka-nerka serta merekonstruksi sejarah Majapahit berdasarkan versinya masing-masing, dan oleh karena itu tabir kerajaan Majapahit tidak akan mudah terkuak bilamana hanya mengandalkan sisi intelektual saja.
BalasHapusBuktinya sudah jelas, salah satu contohnya adalah tentang Candi Makam pendiri kerajaan Majapahit (Nararyya Sanggramawijaya). Dalam kitab Negarakretagama telah jelas dituliskan beliau 'ditanam' di Antahwulan dan di Simping ditegakkan arca Siwa. Namun pada faktanya, bilamana kita menuju ke situs Siti Hinggil (Trowulan) kita akan mendapati makam Raden Wijaya dalam bentuk makam Islam dan dibangun dengan kondisi yang cukup bagus. Hal ini saja sudah membuktikan adanya kekeliruan yang mendasar, Nararyya Sanggramawijaya adalah pemeluk agama Siwa-Budha yang taat (senjata Trisula sebagai buktinya), namun kenapa makamnya menjadi ber-corak Islam ?
Sementara Candi Simping (di Sumberjati, Blitar) yang jelas-jelas disebutkan dalam kitab Negarakretagama, kondisinya berantakan dan sama sekali tidak berbentuk.
Selanjutnya para ahli sejarah dan arkeologi, hingga saat ini belumlah dapat mengidentifikasi lokasi "Antahwulan" tersebut.
Dengan demikian, jelaslah bahwa meneliti sejarah Majapahit, tidak akan dapat diselesaikan dengan mengandalkan senjata "intelektual" semata.
Salam persahabatan dari Bhumi Majapahit.