KAKAWIN NIRARTHA
PRAKRETA
teks, tafsir dan terjemahan
Pupuh I
1. Santawya ngwah i jon Bhatara Paramarthatyanta rih Niskala. Sah tan sah
sinamadhi mungwi tenahin hret-tikta syunyalaya. Suryopama siran prakasya menuhi
sarwatma diptojjwala. Byaktawas kahidep swa-dipa sumeno lumren manah niccala.
Aku memohon ampunan dibawah kaki
Bathara Paramaartha (Tuhan Penguasa Kenikmatan Dunia) Yang Maha Niskala
(Melampaui Segala Ukuran Duniawi), Yang merupakan tujuan samadi (dan) yang
bersemayam di pusat kegaiban yang sunyi hampa. Bagaikan Matahari yang perkasa
menyelimuti segala makhluk dengan cahayanya yang gemilang, Terang dan nyata
(Sang Bhatara) adalah (yang) bercahaya dengan sendirinya, penerang hati yang
tak tergoyahkan.
2. Ndah yan mankana lot sayojya hana rin cittatisyuddhottama. Mangeh
sadhananinwan amrih ateken lamban gumegwan karas Nahan donkun amuspa rin
pratidineh ratryamalar sanmatan. Pinten karananin wenan rumacananan syabdatemah
bhasita.
Maka sudah selayaknyalah (Bhatara
Paramaartha) terus menerus bersemayam di dalam hati yang suci dan utama,
sebagai pegangan bagi hamba yang hendak mempergunakan (keberadaan-Nya) sebagai
tongkat demi untuk memegang teguh Kesejatian. Demikian maksud hamba berdoa
siang dan malam hanya demi mohon perkenan (Bhatara Paramaartha), supaya memberi
segala kekuatan (kepada hamba, agar) mampu merangkai kata-kata menjadi syair (kebenaran).
3. Ngwan pwatyanta wimohitapan alewes tuccha kanisten sarat. Ndan duran wruha
marna-marna rasanin gastrartha-widyagama. Anhin duhkita kewalamrati sumok lwir
andhakaranasut. Tan wruh panlwananin laranupama hetunkwaniket lambana.
Hamba ini bodoh, karena
selama-lamanya (hamba) adalah (makhluk) yang rendah dan dinistakan oleh dunia.
Maka jauhkanlah hamba dari ilmu karang-mengarang (ilmu otak-atik); hamba (tak
tahu) makna sejati buku-buku ilmu Ketuhanan dan tak dapat memahami inti ilmu
agama. Hanya duka cita yang membebani (hati) dan meliputinya bagaikan gulita
yang merajalela. (Hamba) tak mampu meredakan keduanya (duka dan gulita) yang
tiada tara ini, oleh karena itulah hamba mengikatkan (diri dengan-Mu) sejak
ini.
4. Duran manduka yan pamuktya waninin tunjun prakirnen banu. Ekastha rahinen
kulem tathapi tan wruh punyanin pankaja. Bheda mwan gatinin madhubrata saken
doh ndan wawan spargaka. Himper mankana mudhaninwan anuker jon san widagdhen
naya.
Sangat mustahil katak dapat menikmati
wangi bunga tanjung yang banyak tumbuh di air. Berhari-hari dan bermalam-malam
ia tinggal di tempat yang sama, tetapi tak juga dapat memahami akan keindahan
bunga teratai. Lain halnya dengan lebah, dari kejauhan dia sudah dapat
mengetahui (keindahan dan harumnya bunga tanjung). Seperti itulah kebodohan
hamba (yang hanya) mengotori kaki para ahli (spiritualitas) yang bijaksana.
5. Rin prajnyadhika mitranin suka lawan swargatidiwyenusir. Yan rin durgati
duhka mitranikihen sthiraniket tan kasah. Yan rin buddhi mahaprakopa taya len
tan papa mitraniwo. Ndah yekin tri pamitra sancaya gegon tekan sayogyalapen.
Orang yang unggul dalam ilmu
Ketuhanan maka kebahagian adalah temannya dan akan pergi ke sorga yang amat
sangat tinggi (Moksha). Orang yang berhati jahat maka kedukaan yang sangat kuat
yang menyekat adalah temannya seolah tak dapat dipisahkan. Orang yang sangat
angkara maka teman yang dimanja-manjanya adalah dosa semata. Inilah ketiga
golongan teman, pilihlah teman yang baik dan ambillah.
6. Sanksepanya lana prihen pinaka mitra sadhu cantakreti. Lawan haywa minitra
tan kujana durtawas maweh wadhaka. Ton tan hansa mamitra wayasa sagotranyan
wisyirnapejah. Ndah manka jana durwiweka tumemu n wighna nda tanpopama.
Ringkasnya, berusahalah selalu bertemankan
denga orang yang baik budi bahasa dan sabar. Hindari berteman dengan orang yang
jahat dan tak dapat dipercaya, (karena) jelas-jelas akan membawa bencana.
Lihatlah si angsa yang berteman dengan burung gagak, seluruh keluarganya habis
mati. Demikianlah orang yang tidak berhati-hati (dalam mencari teman) maka akan
menemui bencana yang tak terhingga.
7. Anhin tan sipi mewehin wan iki tan prajna wiwekanulus. Prajnanindita towi
meweh ika san mahyun pamujen hayu. Yadyan pujita karma dura tan anemwa jnana
meweh temen. Sang Hyan Cakra tuwin winodhana sawetnyatyantanin durlabha.
Tetapi sangatlah susah untuk
mengetahui orang yang bijaksana yang penuh kehati-hatian dalam perilaku dan
yang tulus hati. Bagi orang yang sangat bijaksana pun amat susahlah untuk mencari
keselamatan; Bagi orang yang terpuji tingkah lakunya, masih jauh jugalah ia
dari mencapai kesempurnaan ilmu Ketuhanan, karena hal itu sangat sukar dicapai.
Bahkan Dewa Cakra pun harus diberi petunjuk untuk mencapainya, karena sangat
sulitnya.
8. Byaktekan kakanisycayan rusitikan twas nhin sudhairya n manah. Kadyangganin
amet bhinukti manarembha dhanya sanken lemah. Lot mritya. mateken paragraya
mijil wwahnin tinandurnira. Pangil rakwa samankanekana n asadhyahyun manemwan
phala.
Nyatalah bahwa kejernihan batin itu
sulit (dicapai), kecuali mencari dengan dilambari hati yang sangat teguh,
laksana orang mencari makan dengan menanam padi di tanah, (ia harus) sabar
sekali, dengan pertolongan orang lain (teman seperjalanan), maka tumbuhlah buah
dari pada (biji) yang ditanamnya. Barangkali demikianlah kiranya orang yang
ingin mendapatkan hasil (dalam Kesempurnaa hidup).
Pupuh II
1. Tan lyan rin manusir gunadhika canaih-canaih kramanika. Lawan tinkahi san
widagdha manamer su-ratna-wanita. Mwan buddhinta masewaken nrepati len maren
syiragiri. Ndah yekan pwa catur prakaranika tan dadi n geli-gelis.
Bagi orang yang hendak mencapai
keahlian yang tinggi tiada jalan lain kecuali bertindak dengan sabar. (Demikian
pula hendaknya) dikerjakan oleh orang pandai yang ingin memikat gadis jelita.
(Demikianlah pula hendaknya) hatimu bila mengabdi kepada raja atau hendak
mendaki puncak sebuah gunung. Itulah empat perkara yang tak dapat dicapai
dengan tergesa-gesa.
2. Rin cuklendu samatra tambayanikaweweii kedi-kedik. Riri plaksalpika suksma
wijanika ghora ta pwa tumuluy. Manka n satpada panhisepnya madhu nitya mogha
mapupul. Tadwat mankana rin lanotsaha temahnya purna wekasan.
Bulan pun bertambah besar wujudnya
dengan pelahan pada waktu paroh terang. Pohon beringin pun berasal dari biji
yang sangat kecil, (dan) tidak menajadi besar dengan seketika. Demikian pula
lebah penghisap madu (dengan penuh kesabaran menghisap sedikit demi sedikit,
tapi dengan teratur sehingga lama-lama banyak terkumpul). Orang yang berusaha
dengan tak berhenti-henti akan segera berhasil dan akhirnya menjadi sempurna.
3. Lawan salwiranin gunadyapi tan arghya yogya ya gegon. Drestan tan
kriya-banyageka wiwidha n swa-banda tinenet. Donyapet karananya mentasa ri
sarwa-bhumi n usiren. Donyasin pinalakwa tumbasenikan wwan aywa katunan.
Lagi pula segala kepandaian,
walaupun tampaknya tak berharga hendaknya dipegang kuat-kuat. Lihatlah kepada
si pedagang yang menyimpan baik-baik bermacam-macam benda. (Untuk) mendapatkannya
ia pergi ke berbagai daerah dan berbagai negeri; dengan maksud agar tidak ada
yang yang kurang bila ada orang yang hendak membelinya.
4. Sampunyan pada wreddhi n artha salekasnikaphala tuwin. Nda tan warsih amet
muwah sahananin minulya rin aji. Mamrih kwehani gatyanin gaway anindya lana
temunen. Rapwan panguhaken wisyesa-mani jiwa-tulya linika,
Sesudah banyak terkumpul hartanya,
apa juga yang dikehendakinya dimungkinkan dapat terlaksana; akan tetapi tiada
berhenti juga ia mencari benda-benda yang bernilai tinggi, agar ia senantiasa
dapat berhasil dalam melaksanakan berbagai pekerjaan yang utama. Katanya,
“Supaya dapat menemukan kehidupan yang laksana permata yang tiada tara.”
5. Sansiptan taya len sudharma wekasih hinuttama dhana. Kwehnin hema suratna
bhusana winasya-jati rasika. Stri len putra sawandhu santana nahan ya mogha
mapasah. Mukya h jiwita towi meweh ika rin ksana krama hilan.
Ringkasnya tidak ada kekayaan
berharga melebihi berdana. Emas, permata dan perhiasan semuanya dapat binasa.
Begitu juga istri, anak dan sanak saudara akan terpisah pada suatu ketika.
Bahkan yang terutama yaitu ‘jiwa’ (badan halus/keakuan) pada suatu ketika akan
musnah juga.
Pupuh III
1. Rin laksmi makahinan in greha taman winawa ri sedenin paratrika. Nkanen
gmasana hinanin swa-kula wandhawa weka-weka bharya tan waneh. Nbin tan karmika
purwa yan sukreta duskreta manuduhaken teken paran. Dharmadharma tinutnya
(selwana) salakwa dadi milu manuntun in henu.
Kejayaan akan tertinggal di rumah
pada waktu (kita) mati. Tiada lain hanyalah ditempat pembakaran mayat batasnya
sanak saudara, anak dan istri menemani kita; Hanya buah perbuatan baik atau
perbuatan jahat (pada waktu hidup) dahulu yang menjadi petunjuk jalan. Buah
karma baik atau buah karma jahat akan diikuti (oleh jiwa) kemanapun arahnya
(akan selalu) diturutkan.
2. Apan tan hana len nimittanin amanguh ala sinaputin putek hati. Sanken
karmika wreddhi kopa dadi lobha temahanika moha tan surud. Sanken moha si mada,
mada dadi matsarya kujana katungka garwita. Ndah yan mankana tan wurun tumemu
pataka saka ri wimudhanin hidep.
Karena tidak ada sebab mendapatkan
kecelakaan dan dukacita, selain dari buah ‘karma’ Kopa (angkara) yang
menjadi-jadi, yang menimbulkan Lobha (tamak) dan pada akhirnya menyebabkan Moha
(kebingungan) yang tak pernah reda. Moha menimbulkan Mada (kemabukan), Mada
menimbulkan Matsarya (iri) Kujana (pikiran jahat) Katungka (kebebalan) dan
Garwita (kecerobohan) di dalam hati. Bila demikian halnya, tentulah (kamu)
menemui bencana karena kebebalan itu sendiri.
3. Atyanten atighoranih tasik awas kalanuyan i gatinya mankana. Lawan
koddhretanin manik ri tutukin kupita-makara yeka tar manel. Krura n taksaka
dadya puspa sama rin hulu kasuhuna wastu pangihen. Tan manka n gata-buddhi ya
pratiniwista kadawutanikardha bhisana.
Jikalau dirimu mampu menyingkirkan
segala hal semacam itu, lautan yang hebat sekalipun akan mampu terseberangi dan
mutiara yang tersimpan dalam mulut ikan ‘Makara’ yang dahsyat pun (dapat
diambil) dengan mudah. Sungguh! Ular yang ganas akan mampu dijadikan karangan
bunga yang menghiasi kepala. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan orang
yang berhati jahat, ia sangat durhaka, (jangankan melakukan hal-hal seperti
tersebut tadi) pemberantasan (daripad sifat jahatnya itupun) sangat sukar
dilakukannya.
4. Chatra stambha ya tejanin rawi mawas katahenani panasniradbhuta. Byakta n
we wenananya yan mamejahen apuy atisyaya diptakojjwala. Matta n naga tan
arikucamatehaken, lara sabhaya si tamba panhreta. Ndan rin murka jugeki tan hana
pakosadha n amateha dadya mardawa.
Teranglah bahwa payung dapat menahan
panas matahari, betapapun juga teriknya. Teranglah bahwa air dapat memadamkan
api, betapapun juga berkobar nyalanya. Gajah yang buas dapat ditahan dengan
pengait; penyakit yang berbahaya dapat diobati. Tetapi orang yang pemarah tidak
ada obat baginya yang dapat meredakan dan mengubahnya menjadi sabar.
5. Tiksna n pawaka mogha tan salabha muhsira riya sahajan paweh suka. Mungwih
panjara towi tan papikat asran inusinikan arja paksika. Wetnih hyunya
manansyaye hayuni syabdanika lalita komalanulus. Keket rin wekasan tekapnin
atiharsanika karananih kaduhkitan.
Anai-anai mencari api yang panas
karena mengira cahaya dapat memberi sukacita. Burung-burung dengan bersemangat
mengunjungi burung pemikat di dalam jerat, karena terpikat akan suaranya yang
halus menyenangkan hati sehingga hilanglah kewaspadaannya. Akhirnya terjeratlah
mereka karena hatinya diliputi keinginan yang menyebabkan dukacita pada
akhirnya.
6. Tadwat mankana tan samasta-jana tan dadi wenana dhumarana n manah. Denin
raga lanahiket lewu subaddha ri hatinikanari sarat kabeh. Hetunyan mapageh keta
n mada withoha manah atisumok nirantara. Byaktande wiparita tan wurun anutaken
iki ri sasestinin hidep.
Sungguh manusia-pun akan demikian
pula manakala tidak mampu mengendalikan hatinya. Karena Raga (keinginan)
senantiasa membelenggu hati manusia dengan kokoh dan kuatnya. Menyebabkan sifat
Mada (Mabuk) dan Bingung bertahta dengan sangat kuat di hati dan memenuhinya
selama-lamanya. Teranglah, bahwa hal ini menimbulkan kekacuan manakala
(orang-orang yang bodoh) mencontoh dan menurut segala kehendak mereka.
7. Hinanyan lalu gaktinih hyun
iki yan linagan, in apa denya konkaba. Yapwan pinrih ilannya manhilanaken tutur
amuhara syoka mohita. Yan sinyuh magawe prapanca niyatandani turida manunsyahin
lutut. Yan winwan iniwo makin pinaka wisti pinaka hawanin kapataka.
Kekuatan keinginan itu terlampau kuat untuk diperangi. Dengan apakah ia dapat dikalahkan? Kalau dibunuh, pikiran pun akan hilang dan menimbulkan dukacita serta kelesuan hati. Kalau dihancurkan membuat hati tak peduli dan akan menimbulkan was-was yang dapat menggoncangkan kegairahan hati. Kalau dimanjakan dan diperturutkan akan menjadi makin berbahaya dan membawa (kita) ke neraka.
Apakah tulisan ini sudah dibukukan? Jika sudah dimana saya dapat membelinya atau diterbitkan di penerbit apa? Saya sangat tertarik dengan tulisan ini. Terima kasih
BalasHapusSudah. Cari di Facebook penulisnya atau
Hapus5. Kirim ke inbox akun Damar Shashangka, Damar Shashangka Kapindho, page DAMAR SHASHANGKA, Sms/Wa : 0819837685
Artikel bagus menambah wawasan saya mengenai keberagaman
BalasHapusSudah langka penulis yg bisa dapat sumber berita bagus2x, terima kasih artikelnya
BalasHapusJadi nambah wawasan saya, semoga aemua makhluk berbahagia
BalasHapusArtikel yg bagus, kaya akan budaya, terima kasih telah berbagi info
BalasHapusMengapa vokalnya banyak hilang misal wwang ditulis wan Niya ditulis nya.apa telah alih aksara Jawa kelatin?.dimana diperoleh naskah aslinya dg aksara aslinya?mohon petunjuk .trimakasi slm budaya.rshsyu
BalasHapus