NAGARAKERTAGAMA, ATLANTIS DAN EDEN
V. Akhir Dan Kesimpulan
Teks naskah Nagarakertagama memberikan petunjuk
tentang adanya peristiwa geologi dimasa lampau, abad awal masehi. Buku Atlantis
dan Buku Eden yang disebutkan diawal memakai dasar pemberitaan “Pustaka Raja
Purwa” dan teori “a Super Colossal Eruption” dari
gunung Krakatau untuk dibuat terori dasar tentang Surga Atlantis yang tenggelam
pada era akhir jaman es mencair 11.600 SM, padahal jelas-jelas Pustaka Raja
Purwa mengatakan tahun 416 M untuk kejadian peristiwa vulkanik Gunung Krakatau,
tentang teori “a Super Colossal Eruption”, bisa jadi memang terjadi tahap vulkanik tahap pertama, dan tahap
kedua diprediksi pada abad ke-6 Masehi, karena terbukti bahwa Gunung Krakatau
adalah gunung yang hidup dan peristiwa tahun 1883 memberikan kesaksian nyata
bahwa Gunung Krakatau adalah sumber malapetaka, bencana dahsyat.
Tafsiran tahun dari teks naskah
nagarakertagama memang kalau dibandingkan dengan bahasan peristiwa geologi
terkini untuk awal abad ke-6 tidaklah sesuai, ini bisa dimaklumi karena dalam
teks itu sendiri dijelaskan bahwa berita tersebut “konon” yang berarti berita
yang tidak dengan keyakinan pasti. Tapi istilah tafsiran yang menyatakan
“lautan menantang bumi” ini bisa dirasionalkan bahwa dengan terjadinya ledakan
Krakatau itu terjadi perubahan geografis wilayah-wilayah nusantara dengan
terjadinya peningkatan tinggi permukaan air laut, wajar kalau pun hitungan
tahun saka 124 atau 202 M dari teks nasakah nagarakertagama menurut metoda
candra sengkala itu diabaikan. Error atau deviasi atau penyimpangan seperti ini
bisa dilihat juga dengan data yang diberikan Pustaka Raja Purwa yang mengatakan
peristiwa itu terjadi tahun 416 M. Atau kalau seandainya boleh lepas dari
aturan candra sengkala dikarenakan kesusahan untuk membalikan pernyataan
"lautan menantang bumi", dengan kaidah pembacaan diabaikan itu
tentunya akan lebih mendekati, yaitu asumsi kisaran tahun saka 421 atau 499 M,
tentunya lebih sejalan dan mendekati dengan waktu kejadian yang diperkirakan
tersebut.
Hipotesa tentang “a Super Colossal Eruption” dari Krakatau pada kisaran tahun 535-540 M dan ditambah dengan
peristiwa vulkanik tahun 1883 menurut ahli geologi Indonesia, Awang Satyana,
hipotesa ini bisa jadi penyebab hilangnya peradaban awal abad masehi di
nusantara tercinta ini termasuk catatan-catatan dan bukti-bukti sejarah
didalamnya. Catatan sejarah yang menjadi penyelamat tentang sejarah sebelumnya
adalah bukti prasasti Ciaruteun yang dibuat tahun 536 M, dan perlu diperhatikan
bahwa tahun tersebut adalah satu tahun setelah hipotesa kejadian “a Super Colossal
Eruption” dari Krakatau 535 M, dengan
catatan jika hal itu benar.
Tentunya akan terjadi eksodus
besar-besaran masyarakat dari wilayah tatar Sunda, efek traumatis secara
psikologis untuk menjauh dari sumber bencana besar yang telah terjadi, arah
yang mungkinkan adalah kearah pulau Jawa bagian Timur, hal ini mungkin bisa
dilogikakan terus dengan bukti kemunculan kerajaan baru di Jepara, Jawa tengah
yaitu Kalingga kisaran abad 6 atau 7 M sesuai dengan catatan sejarah, salah
satu yang terkenal sebagai peminpin pemerintahanya yaitu dengan munculnya ratu
legendari Shima, dengan cerita keadilan dalam kehidupan bernegaranya sungguh
mengagumkan.
Alasan ketatanegaraan yang mengagumkan itu
menurut penulis, oleh karena seusai bencana biasanya terjadi kepanikan setiap
masyarakat untuk mempertahankan hidup, sehingga akan timbul prilaku kriminal,
penjarahan, kompliksosial dan lain sebagainya, untuk itu diperlukan hukum yang
pasti, disertai ketegasan yang absolut, dan ini dibuktikan dengan adanya
peristiwa dipotongnya tangan anak Ratu Sima yang melanggar ketentuan
perundangan yang sudah diberlakukan tentang pencurian atau mengambil hak orang
lain. Didaerah Jawa Bagian tengah dan timur sendiri catatan sejarah dimulai
abad ke-7 dengan diawali oleh kerajaan Kalingga tersebut, sedangkan di Tatar
Sunda catatan sejarah dimulai setelah abad ke-7 juga, disini penulis lebih
mendasarkan keterangan terhadap bukti fisik yaitu prasasti. Tentang catatan
prasasti tertua di Nusantara diantaranya:
- Prasati Kawi, tertanda tahun 584 M yang dikirim Raffles ke Bengal di tahun 1813,”for the Earl of Minto. Memorial stone praising the kingdom of Srivijaya, describing the veneration of statues and religious attitudes.”Raffles, 2, p. cxxvii-viii, yang menjadi aneh mengapa prasasti ini ditemukan di dekat kota Surabaya. Prasasti ini merupakan tanda memperingati keagungan kerajaan Sriwijaya, artinya Kerajaan Sriwijaya sudah lama berkembang dan boleh dikatakan semasa dengan kerajaan tua lainya di nusantara seperti halnya Tarumanagara dan Kutai.
- Prasasti Talang Tuwo ditemukan oleh Louis Constant Westenenk (residen Palembang kontemporer) pada tanggal 17 November 1920 di kaki Bukit Seguntang, dan dikenal sebagai peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Keadaan fisiknya masih baik dengan bidang datar yang ditulisi berukuran 50cm × 80 cm. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (23 Maret 684 Masehi), ditulis dalam aksara Pallawa, berbahasa Melayu Kuna, dan terdiri dari 14 baris. Sarjana pertama yang berhasil membaca dan mengalihaksarakan prasasti tersebut adalah van Ronkel dan Bosch, yang dimuat dalam Acta Orientalia. Sejak tahun 1920 prasasti tersebut disimpan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, dengan nomor D.145.
- Prasasti Karang Brahi adalah sebuah prasasti dari zaman kerajaan Sriwijaya yang ditemukan pada tahun 1904 oleh Kontrolir L.M. Berkhout di tepian Batang Merangin. Prasasti ini terletak pada Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi. Prasasti ini tidak berangka tahun, namun teridentifikasi menggunakan aksara Pallawa dan bahasanya Melayu Kuna. Isinya tentang kutukan bagi orang yang tidak tunduk atau setia kepada raja dan orang-orang yang berbuat jahat. Kutukan pada isi prasasti ini mirip dengan yang terdapat pada Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Telaga Batu.
Sebagai catatan, sumber berita dari
Arab tentang nusantara dimulai abad ke-9 oleh Ibn Khurdadhbih kisah
kisaran 850 M, Abu Zaid kisah kisaran 916 M dan Mas'udi kisah kisaran 956 M,
Catatan lainya mengenai kerajaan Kalingga, dapat dilihat dari prasasti Canggal,
atau disebut juga prasasti
Gunung Wukir atau Prasasti Sanjaya dan prasasti Tukmas. Kalingga disebut
Ho-Ling dalam berita catatan China pada masa dinasti Tang (618 M - 906 M), dan
catatan I-Tsing kisaran berita tahun 664-665 M. Silakan baca kelengkapan
tentang kerajaan Kalingga di wikipedia online.
Hal yang mungkin bisa dijadikan diperbadingkan
pula sebagai catatan sejarah tentang kisah burung Ababil yang sudah sangat melegenda dalam
ummat Islam. Terutama masyarakat Arab yang tinggal tak jauh dari Baitullah
Ka’bah Al Mukarramah. Cerita tentang burung Ababil merupakan cerita dahsyat
yang selama ini menghiasi keberadaan Ka’bah dimana pada masa lalu sebelum
Rasulullah Muhammad SAW terlahir maka Ka’bah mendapat ancaman dari raja Abrahah
yang ingin menghancurkannya. Kelahiran Rasulullah Muhammad SAW tercatat 571 M
atau selisih 36 tahun dengan hipotesa “a Super Colossal Eruption” gunung Krakatau 535 M, dan tahun kelahirannya disebut Tahun Gajah.
Silakan pembaca untuk menafsirkan peristiwa tersebut.
Peristiwa geologi yang termasuk katagori
terdasyat seperti “a Super Colossal
Eruption” Krakatau, tentunya selain
melenyapkan peradaban ditempat sekitar lokasi peristiwa juga akan sangat
mungkin melenyapkan catatan-catatan dan bukti-bukti sejarah fisik sebagai bukti
primer kalau berbicara sejarah masa lampau, mengingat konon katanya ketebalan
lapisan akibat timbunan abu vulkanik dan material lainnya minimal bisa mencapai
80 m.
Mari perhatikan nama-nama gelaran
raja-raja sesudah abad ke-6 masehi yang beredar di tatar Sunda seperti
Suryawarman, Candrawarman, dan raja-raja lainya yang sebagiannya terdapat kata
lingga, seperti Lingga Buana. Candra artinya bulan, surya artinya matahari dan
lingga mempunyai arti sumbat, nama-nama ini bisa jadi personifikasi dengan
kejadian alam sebelumnya, lingga buana bisa mengandung arti penyumbat bumi,
dalam buku Atlantis ini ditunjukan untuk gunung Krakatau. yang merupakan
penghalang untuk batas laut Jawa dan lautan Hindia, yang berada diselat Sunda.
Kalau hanya berdasarkan bukti fisik dan
lain sebagainya sebagai bukti catatan sejarah, tentunya awal abad masehi atau pun
sebelumnya di nusantara ini akan tetap jadi misteri, hanya Tuhan-lah yang tahu
tentang peristiwa kehidupan pada masa itu. Sekali lagi kita harus berterima
kasih terhadap catatan sejarah prasasti yang ditemukan di abad ke-6 Masehi
mengenai data sejarah tentang telah berdirinya kerajaan atau peradaban yang
cemerlang dikisaran abad ke-4 dengan keberadaan Kerajaan Tarumanagara dengan
rajanya Purnawarman, bukti peradaan tinggi pada saat itu adalah dengan
pernyataan bahwa tehnologi baju besi beliau tidak akan bisa ditembus oleh
panah. Walaupun prasasti Kutai meninggalkan catatan sejarah dengan bukti
arkeolog berupa prasti tersebut yang memberikan keterangan tentang Raja
Mulawarman, kemudian Asyawarman dan Kudungga, tapi kelanjutanya kerajaan
tersebut masih menjadi misteri, bahkan nama Kerajaan Kutai juga bukan kerajaan
yang diterangkan oleh prasasti tersebut, karena memang tidak terdapat nama
kerajaan Kutai di prasasti itu.
Ukiran kepala gajah bermahkota teratai diprasasti yang
ditemukan di Bogor tentang raja Purnawarman yang oleh para ahli diduga sebagai
"huruf ikal" yang masih belum terpecahkan bacaanya sampai sekarang.
Demikian pula tentang ukiran sepasang tanda di depan telapak kaki ada yang
menduganya sebagai lambang labah-labah, matahari kembar atau kombinasi
surya-candra (matahari dan bulan). Menurut penulis adalah lambang atau simbol
yang menunjukan telah terjadi peristiwa masa gelapnya bumi, ketika matahari dan
bulan berada dalam satu posisi tentunya peristiwa alam yang terjadi adalah
gerhana Matahari dengan efek bahwa cahaya tidak bisa diterima dibumi, kondisi
menjadi gelap, dan itu sejalan dengan efek hipotesa dari peristiwa maha dasyat
vulkanik gunung Krakatau 535 M, Bishop Siria, John dari Efesus bahkan
dijelaskan masa kegelapan itu berlangsung selama 18 bulan sehingga suhu bumi
berkisar di 10 derajat celsius dan efek lainnya ditandai dengan kemunduran
peradaban diberbagai belahan bumi, sekaligus berkurangnya populasi manusia
secara dramatis pada masa itu.
Demikian yang bisa penulis sampaikan, bukan
berarti penulis tidak menghargai usaha yang telah ada mengumpulkan bukti-bukti
dan hipotesa sejarah tentang masa awal abad masehi di nusantara tercinta ini,
tapi ini hanyalah pendapat dari sisi lainya. Semoga pembaca yang budiman
berkenan memberikan masukan terhadap penulis kalau ada bahan yang berkenaan
dengan artikel ini.
Salam Damai Negeriku, Salam Sejahtera
Nusantaraku.
Wassalam
Penulis
Referensi :
- Wikipedia online.
- Prof Arsyio, "Atlantis, The Lost Continent Finally Found", penerbit Ufuk.
- Stephen Oppenheimer, "Eden in The East", penerbit Ufuk.
- Hugh Tredennick and Harload Tarrant, "Plato, Hari-hari Terakhir Socrates", penerbit PT Elex Media Komputindo.
- http://geologi.iagi.or.id/
- Indonesia - Nusantara - Dwipantara
Panjang skali pak..izin bookmark dulu ah.. ^^ -andri
BalasHapusKeren. Indonesia jaya di sebelum masehi. Mesias belum lahir
BalasHapusmesias ya blm lahirlah
HapusCatatan Sejarah Tertulis saya kira ada.... da di belanda dan ada di Universitas Michigan USA.... Coba sejarawan Indonesia meminta kembali Catatan/Teks2 Kuno yang ada di luar Negri.... wong bahasa Kromo Inggil 6-9 itu ada... Bahkan sekarang kita tidak tau (orang jawa) bahasa Krama Inggilnya 6-9.... ada kok di Luar Negri.... Kita aja yang Sengaja Dilupakan oleh Keadaan... (dibuat Lupa) sehingga kayak orang Bloon yang tidak tau Sejarah...
BalasHapusTantrіc Massage Tоmato16 oz. few apρliсations аnԁ the magnеtіc taρе keeps
BalasHapusopеrativе fοг 24 houгs a daу, whereaѕ the manual techniqueѕ еnd lateг on the
treatment. Stаnd fоllowing Get thе clams Manufacturіng buѕinеss
that makeѕ it еаsуgoіng tο
bаkе like a prо anԁ reallу bring ԁωеlling the
baκery.
Feel fгee to ѕurf tο my page sensual massage london
Ulasan sejarahnya sangat menarik, ini yang membuat saya betah untuk mengunjungi blog ini. ditunggu perkembangan-perkembangan selanjutnya.
BalasHapus