KEPUTUSAN POLITIK SANG JOKO DOLOG
SRI KERTANEGARA
SERI
ANALISA PRASASTI BAGIAN I, PRASASTI
WURARE
PENDAHULUAN
Dengan mengucapkan “bismillahirohmannirohim”,
izinkan penulis untuk mencoba melakukan analisa, sedikit demi sedikit, setahap
demi setahap dari bukti-bukti sejarah yang ada dan sudah diketemukan,
melengkapi rangkaian pengkajian dan penelitian serta analisa yang sudah
dilakukan oleh para pakar sejarah. Analisa ini hanya sekedar opini pribadi
penulis dengan tujuan menambah wawasan serta keingintahuan dari peninggalan bukti-bukti
sejarah. Semoga ada guna dan manfaatnya, sebagai mana tujuan dari mempelajari
sejarah itu sendiri supaya berguna untuk masa sekarang ataupun masa depan.
Analisa prasasti ini dilakukan secara
acak, tidak runut, tidak berdasarkan tingkatan dan tahapan waktu, hanya berdasarkan
inspirasi seketika ketika penulis membaca sesuatu, alih-alih supaya tidak lupa,
masih kepikiran dan kecendrungan bahan bacaan yang tersedia. Mohon maaf oleh
karenanya. Mudah-mudahan suatu saat bisa dirangkai dengan sistematis, terpola
baik, berdasarkan urutan waktu ataupun dilihat dari tahapan perkembangan
sejarah di Nunsantara.
Baik. Langsung ke sasaran. Joko
Dolog, begitulah panggilan terkenalnya adalah sebutan untuk sebuah patung atau
arca yang bernama Mahaksobhya, berada ditengah Kota Surabaya, di Taman Apsari, di
depan Gedung Grahadi. Patung yang sesungguhnya merupakan Arca Budha Mahaksobhya
ini dulu diletakkan didepan rumah Residen Belanda, Baron A.M. Th. de Salis, di
Surabaya.
Banyak yang bilang raut mukanya
teduh dan tangannya membentuk sikap bhumisparsamudra atau telapak tangan kiri tertutup
dan seolah ingin menyentuh bumi. Soalnya penulis belum liat langsung hehehe,
mohon maaf.
Pada batur alas sandarannya
terdapat serangkaian tulisan yang dikenal dengan sebutan prasasti yang disebut
Wurare, karena ditemukannya di suatu tempat yang bernama Wurare, tepatnya di
daerah Kandang Gajah wilayah Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten
Mojokerto pada tahun 1817 Masehi. Prasasti ditulis dalam bahasa Sansekerta tapi
sudah mengarah ke Jawa kuno-Kawi, dan bertarikh 1211 Saka atau 21 November 1289
Masehi itu memuat beberapa fakta sejarah di jaman Kerajaan Singosari, nama lain
untuk Kerajaan Tumapel yang didirikan oleh Sri Rajasa Sang Amurwabhumi, pendiri
Dinasti Rajasa (alias ken Arok, versi Pararaton) pada tahun 1222 Masehi.
Inti
sebenarnya dari artikel ini adalah membahas tentang Prasasti Wurare ini. Sebuah
prasasti yang isinya memperingati penobatan Arca Budha Mahaksobhya sebagai
penghormatan dan perlambang bagi seorang raja bernama Sri Kertanagara bergelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanagara Wikrama Dharmatunggadewa dari
kerajaan Singhasari, yang dianggap berdasarkan keturunannya telah mencapai
derajat Jina atau Jina
Mahaksobya (Budha Agung). Sedangkan tulisan prasastinya terletak di alas
lapik Arca Budha tersebut, yang ditulis bidang melingkar di bagian bawahnya.
Letak dari pertanyaan
selanjutnya terdapat disini, yang namanya penobatan adalah sebuah acara resmi yang dilakukan
oleh pejabat pemerintah dalam rangka pengesahan suatu gelaran atau jabatan, apa
maksud, tujuannya dan latar belakangnya? Itulah pertanyaannya. Dalam arti kamus
penobatan diartikan: 1. proses, cara, perbuatan menobatkan; 2. pelantikan
menjadi raja. Tentunya mempunyai tujuan politis supaya gelaran atau jabatan itu
diketahui dan dipahami oleh khalayak, dalam hal ini masyarakat Kerajaan
Singosari. Kalau penobatan itu untuk pengangkatan seorang raja, dalam konteks
ini tidaklah tepat, soalnya Raja Kertanegara sendiri mulai memerintah atau
dinobatkan menjadi raja pada tahun 1176 saka atau 1254 Masehi (Nagarakertagama
pupuh 41 bait 3).
Diatas sudah disebutkan tentang Sri Kertanagara sebagai
seorang raja yang sudah mencapai derajat Jina (Budha Agung) dan inilah
sebenarnya tujuan dari penobatan tersebut yaitu upacara resmi kenegaraan, lebih
tepatnya upacara keagamaan untuk penobatan Sri Kertanagara dengan gelaran Jina,
gelaran keagamaan yang diberikan bagi seseorang yang mempunyai derajat
tertinggi dalam keagamaan Budha, Jina atau Buddha Agung, baik dari sisi pribadi
maupun peran serta atau kontribusinya terhadap kehidupan keagamaan.
Biasanya, sesorang mempunyai gelaran keagamaan semacam
Kyai, Ustad, Pendeta, Fastour, Paus, Wali dan lain sebagainya diberikan bagi
mereka yang fokus, teristimewa dalam bidang keagamaan. Walau pun ada misalnya Kyai
Abdurrahman Wahid pernah menjabat presiden, tapi gelaran itu bukan diberikan
pada saat menjabat presiden, tapi sebelumnya. Ada juga Wali Sunan Gunung Jati
yang pernah menjabat Sultan atau Raja Banten, tapi sebutan wali itu jauh
sesudah masa hidupnya, pada masanya Sunan Gunung Jati tidaklah disebut wali,
sebutan wali diberikan beberapa abad sesudahnya.
Sama halnya dengan gelaran Jina, Budha Agung,
harusnyalah diberikan bagi mereka yang fokus dalam kegiatan keagamaan dalam
agama Budha, walaupun bukan sesuatu hal yang absolut ataupun terlarang bagi seorang
kepala pemerintahan, seorang raja, untuk menerima gelar itu, pada dasarnya
mereka pun berhak, selama dimungkinkan dan dirasakan mempunyai kepantasan dan kelayakan
untuk menyandang gelaran penobatan tersebut. Muhammad SAW sendiri, selain
menjadi nabi, juga bertindak sebagai kepala pemerintahan. Tapi tetap nabi sendiri diberikan sebelum menjabat sebagai kepala pemerintahan, tapi tidak apa-apa yang penting tujuan pokoknya bahwa hal itu sah-sah saja.
Tapi biasanya, penobatan seperti ini banyak yang
mencurigai adanya muatan politis, apalagi diberikan pada masa kepemerintahannya,
lebih banyak buruk sangkanya dari pada baik sangkanya hehehe, ini bisa benar
bisa juga tidak. Biasanya bentuk simbolis untuk mempertahankan kedudukan dan
jabatanya, serta pengakuan yang lebih luas dari masyarakat, kampaye.
Sebagai catatan! Sebenarnya arca Mahaksobya ini pada awal mulanya berada di tempat dimakamkannya Sri Kertanagara sendiri, sekarang dikenal dengan Candi Singosari, entah kenapa sampai berada di daerah Wurare, tidak tanggung-tanggung sejak Hayam Wuruk melakukan Tour Wisata dan Napak Tilas keberadaan arca ini sudah hilang, diberitakan dalam Negarakertagama pupuh 55 bait ke-3, pupuh 56 bait dan pupuh 57. Hal yang patut diingat dalam pupuh tersebut bahwa kehilangan Arca Mahaksobya ini sudah dianggap sepantasnya atau layak dan diduga telah hilang ke Nirwana....hehehee Nirwananya ternyata di Wurare. Terlihat sekali kan pengarang Nagarakertagama begitu kental kepercayananya terhadap hal-hal mistis. Diceritakan bahwa hilangnya ketika ada petir tahun saka 1253 atau 1331 Masehi, 1 satu tahun setelah Hayam Wuruk lahir.
Satu lagi, Kalau diperhatikan Candi Singosari, alas kaki-kakinya, bagian bawah candi terbentuk dengan desain agama Siwa tetapi bagian atasnya berbentuk desain bangunan Budha, penulis gak perlu melihat dan gak perlu tahu tentang bangunan bentuk ciri khas Siwa dan Budha, tapi penulis bisa memastikan itu benar candi Singosari merupakan perpaduan antara desain agama Siwa dan Budha, pengen tahu alasanya dari mana penulis mempunyai keyakinan itu, ya karena diberitakan juga dalam Negarakertagama tentang bentuk candi tersebut, Negarakertagama pupuh 56 bait ke-2 hehehe. Silakan buktikan sama pembaca kalau penasaran, lihat bentuk candi itu dan pelajari.
Arca yang ada di candi Singosari itu sebenarnya bukan hanya Arca Mahasobya saja, tetapi juga ada arca Siwa dan keduanya hilang. yang satu dibawa ke Leiden, Belanda dan yang satu lagi jalan-jalan dan nyasar di Wurare, berat soalnya sedangkan arca Siwanya lebih kecil, gak ribet kalau dibawa, sama diberitakan juga oleh Negarakertagama pupuh 56 bait ke-2 tentang arca Siwa tersebut.
Sebagai catatan! Sebenarnya arca Mahaksobya ini pada awal mulanya berada di tempat dimakamkannya Sri Kertanagara sendiri, sekarang dikenal dengan Candi Singosari, entah kenapa sampai berada di daerah Wurare, tidak tanggung-tanggung sejak Hayam Wuruk melakukan Tour Wisata dan Napak Tilas keberadaan arca ini sudah hilang, diberitakan dalam Negarakertagama pupuh 55 bait ke-3, pupuh 56 bait dan pupuh 57. Hal yang patut diingat dalam pupuh tersebut bahwa kehilangan Arca Mahaksobya ini sudah dianggap sepantasnya atau layak dan diduga telah hilang ke Nirwana....hehehee Nirwananya ternyata di Wurare. Terlihat sekali kan pengarang Nagarakertagama begitu kental kepercayananya terhadap hal-hal mistis. Diceritakan bahwa hilangnya ketika ada petir tahun saka 1253 atau 1331 Masehi, 1 satu tahun setelah Hayam Wuruk lahir.
Satu lagi, Kalau diperhatikan Candi Singosari, alas kaki-kakinya, bagian bawah candi terbentuk dengan desain agama Siwa tetapi bagian atasnya berbentuk desain bangunan Budha, penulis gak perlu melihat dan gak perlu tahu tentang bangunan bentuk ciri khas Siwa dan Budha, tapi penulis bisa memastikan itu benar candi Singosari merupakan perpaduan antara desain agama Siwa dan Budha, pengen tahu alasanya dari mana penulis mempunyai keyakinan itu, ya karena diberitakan juga dalam Negarakertagama tentang bentuk candi tersebut, Negarakertagama pupuh 56 bait ke-2 hehehe. Silakan buktikan sama pembaca kalau penasaran, lihat bentuk candi itu dan pelajari.
Arca yang ada di candi Singosari itu sebenarnya bukan hanya Arca Mahasobya saja, tetapi juga ada arca Siwa dan keduanya hilang. yang satu dibawa ke Leiden, Belanda dan yang satu lagi jalan-jalan dan nyasar di Wurare, berat soalnya sedangkan arca Siwanya lebih kecil, gak ribet kalau dibawa, sama diberitakan juga oleh Negarakertagama pupuh 56 bait ke-2 tentang arca Siwa tersebut.
Baiklah. Mari kita lihat bahasan selanjutnya, apakah
benar ada atau tidak muatan politis dalam rangka penobatan tersebut. Ingin tahu
bocoranya...ya pasti ada, stsstt tapi jangan bilang-bilang ya, gak percaya? Makanya baca aja
terus, judulnya juga emang gitu kok hehehe.
BAGIAN SELANJUTNYA >>>
Arca Joko Dolog memang harus tetap dijaga, karena merupakan sejarah yang punya nilai tinggi
BalasHapuspatung mahakshobya ini memang harus dijaga karena peninggalan sejarah dari yang terdahulu dan harus kita lestarikan
BalasHapusSilahkan di kunjungi ya teman teman 100% Memuaskan
BalasHapus> Hoki anda ada di sini <
1 USER ID UNTUK SEMUA GAME
Kami memberi bukti bukan Janji
Daftar sekarang juga di www.dewalotto.club
MIN DEPO & WD HANYA Rp.20.000,-
UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
WHATSAPP : ( +855 69312579 ) 24 JAM ONLINE
MELAYANI TRANSAKSI VIA BANK :
BCA - MANDIRI - BRI - BNI - DANAMON-NIAGA
Raihlah Mimpi Anda Setiap Hari & Jadilah Pemenang !!!