Jumat, 04 Mei 2012

NAGARAKERTAGAMA, ATLANTIS DAN EDEN 3

NAGARAKERTAGAMA, ATLANTIS DAN EDEN


B. Sumber-sumber berita Geologi Abad 1-5 Masehi

Semua bahasan dalam halaman ini merupakan saduran dari keterangan yang disampaikan oleh ahli geologi terkemuka di Indonesia, Awang Harun Satyana dalam kajiannya yang berjudul “Krakatau Purba 535 AD : a Super Colossal Eruption”, menyatakan bahwa pada hari Senin 27 Agustus 1883 pukul 10.00 WIB adalah saat terakhir penduduk di sekitar Selat Sunda melihat Matahari tengah naik ke puncaknya. Setengah jam kemudian, mereka meregang nyawa diseret gelombang laut setinggi sampai 40 meter… !! Jumlah seluruhnya 36.417 orang berasal dari 295 kampung di kawasan pantai Banten dan Lampung. Keesokan harinya dan keesokan harinya lagi, penduduk sejauh sampai Jakarta dan Lampung tak melihat lagi Matahari - gelap gulita. Apa yang terjadi di hari yang seperti kiamat itu adalah letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda. Suara letusannya terdengar sampai sejauh 4600 km dan di dengar di kawasan seluas 1/8 permukaan bumi. Telah banyak tulisan dan film di seluruh dunia dibuat tentang kedahsyatan letusan Krakatau ini. University of North Dakota Volcanic Explosivity Index (VEI) mencantumkan dua gunung api di seluruh dunia yang letusannya paling hebat dalam sejarah moderen : Krakatau 1883 (VEI : 6) dan Tambora 1815 (VEI : 7). Dua-duanya ada di Indonesia, tak jauh dari kita. Semoga kita, bangsa Indonesia - terlebih yang menamakan dirinya geologist, mengenal dengan baik dua gunung api ini.

Tetapi, banyak dokumen menunjukkan bahwa Krakatau 1883 bukanlah satu-satunya letusan dahsyatnya. Sebelumnya, masih di Krakatau juga, ada letusannya yang kelihatannya jauh lebih dahsyat lagi daripada letusan 1883, yang terjadi pada masa sejarah, pada masa kerajaan-kerajaan Hindu pertama di Indonesia tahun 400-an atau 500-an AD (Anno Domini, Masehi). Tentu saja letusan ini tak banyak ditulis apalagi difilmkan sebab pengetahuan kita tentangnya masih samar-samar, walaupun nyata. Adalah B.G. Escher (1919, 1948) yang berdasarkan penyelidikannya dan penyelidikan Verbeek (1885) - dua-duanya adalah ahli geologi Belanda yang lama bekerja di Indonesia yang menyusun sejarah letusan Krakatau sejak zaman prasejarah hingga modern.

Saat ini, di Selat Sunda ada Gunung Anak Krakatau (lahir Desember 1927, 44 tahun setelah letusan Krakatau 1883 terjadi), yang dikelilingi tiga pulau : Sertung (Verlaten Eiland, Escher 1919), Rakata Kecil (Lang Eiland, Escher, 1919) dan Rakata. Berdasarkan penelitian geologi, ketiga pulau ini adalah tepi-tepi kawah atau kaldera hasil letusan Gunung Krakatau (Purba, 400-an sampai 500-an AD). Escher kemudian melakukan rekonstruksi berdasarkan penelitian geologi batu-batuan di ketiga pulau itu dan karakteristik letusan Krakatau 1883, maka keluarlah evolusi erupsi Krakatau yang menakjubkan (skema evolusi Krakatau dari Escher ini bisa dilihat di buku van Bemmelen, 1949, 1972, atau di semua buku modern tentang Krakatau).

B.G. Escher berkisah, dulu ada sebuah gunung api besar di tengah Selat Sunda, kita namakan saja Krakatau Purba yang disusun oleh batuan andesitik. Lalu, gunungapi ini meletus hebat (kapan? ada dokumen-dokumen sejarah tentang ini,ditulis di bawah) dan membuat kawah yang besar di Selat Sunda yang tepi-tepinya menjadi pulau Sertung, Rakata Kecil dan Rakata. Lalu sebuah kerucut gunung api tumbuh berasal dari pinggir kawah dari pulau Rakata, sebutsaja gunung api Rakata, terbuat dari batuan basaltik. Kemudian, dua gunung api muncul di tengah kawah, bernama gunung api Danan dan gunung api Perbuwatan.

Kedua gunung api ini kemudian menyatu dengan gunung api di Rakata yang muncul terlebih dahulu. Persatuan ketiga gunung api inilah yang disebut Krakatau. Tahun 1680, gunung Krakatau meletus menghasilkan lava andesitik asam. Tanggal 20 Mei 1883, setelah 200 tahun tertidur, sebuah erupsi besar terjadi, dan terus-menerus sampai puncak erupsi terjadi antara 26-28 Agustus 1883 (Inilah letusan Krakatau 1883 yang terkenal itu). Erupsi ini telah melemparkan 18 km3 batu apung dan abu volkanik. Gunung api Danan dan Perbuwatan hilang karena erupsi dan runtuh, dan setengah kerucut gunung api Rakata hilang karena runtuh, membuat cekungan kaldera selebar 7 km sedalam 250 meter. Desember 1927, Anak Krakatau muncul di tengah-tengah kaldera.

Seberapa besar dan kapan erupsi Krakatau Purba terjadi ? Inilah tujuan utama tulisan saya (red, Awang H Satyana) kali ini. Tulisan2 yang berhasil dikumpulkan (buku-buku dan paper-paper lepas) menunjuk ke dua angka tahun : 416 AD atau 535 AD. Angka 416 AD adalah berasal dari sebuah teks Jawa kuno berjudul “Pustaka Raja Purwa” yang bila diterjemahkan bertuliskan:

Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada goncangan Bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Lalu datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula. Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatra”.

Di tempat lain, seorang bishop Siria, John dari Efesus, menulis sebuah chronicle di antara tahun 535 - 536 AD, ” Ada tanda-tanda dari matahari, tanda-tanda yang belum pernah dilihat atau dilaporkan sebelumnya. Matahari menjadi gelap, dan kegelapannya berlangsung sampai 18 bulan. Setiap harinya hanya terlihat selama empat jam, itu pun samar-samar. Setiap orang mengatakan bahwa matahari tak akan pernah mendapatkan terangnya lagi. Dokumen di Dinasti Cina mencatat : “suara guntur yang sangat keras terdengar ribuan mil jauhnya ke baratdaya Cina”. (Semua kutipan diambil dari buku Keys, 1999 : Catastrophe : A Quest for the Origins of the Modern Worls, Ballentine Books, New York).

Itu catatan-catatan dokumen sejarah yang bisa benar atau diragukan. Tetapi, penelitian selanjutnya menemukan banyak jejak-jejak ion belerang yang berasal dari asam belerang volkanik di temukan di contoh-contoh batuan inti (core) di lapisan es Antartika dan Greenland, ketika ditera umurnya : 535-540 AD. Jejak-jejak belerang volkanik tersebar ke kedua belahan Bumi : selatan dan utara. Dari mana lagi kalau bukan berasal dari sebuah gunung api di wilayah Equator? Kumpulan-kumpulan data, sana-sini, maka semua data menunjuk ke satu titik di Selat Sunda : Krakatau ! Adalah letusan Krakatau Purba penyebab semua itu.

Letusan Krakatau Purba begitu dahsyat, sehingga dituduh sebagai penyebab semua abad kegelapan di dunia. Penyakit sampar Bubonic (Bubonic plague) terjadi karena temperatur mendingin. Sampar ini secara signifikan telah mengurangi jumlah penduduk di seluruh dunia. Kota-kota super dunia segera berakhir, abad kejayaan Persia purba berakhir, transmutasi Kerajaan Romawi ke Kerajaan Bizantium terjadi, peradaban South Arabian selesai, berakhirnya rival Katolik terbesar (Arian Crhistianity), runtuhnya peradaban-peradaban purba di Dunia baru - berakhirnya negara metropolis Teotihuacan, punahnya kota besar Maya Tikal, dan jatuhnya peradaban Nazca di Amerika Selatan yang penuh teka-teki. Kata Keys (1999), semua peristiwa abad kegelapan dunia ini terjadi karena bencana alam yang maha besar, yang sangat mengurangi cahaya dan panas matahari selama 18 bulan, menyebabkan iklim global mendingin.

K. Wohletz, seorang ahli volkanologi di Los Alamos National Laboratory, mendukung penelitian David Keys, melalui serangkaian simulasi erupsi Krakatau Purba yang terjadi pada abad ke enam Masehi tersebut. Artikelnya (Wohletz, 2000 : "Were the Dark Ages Triggered by Volcano-Related Climate Changes in the Sixth Century ? - If So, Was Krakatau Volcano the Culprit ?" EOS Trans American Geophys Union 48/81, F1305) menunjukkan simulasi betapa dahsyatnya erupsi ini. Inilah beberapa petikannya. Erupsi sebesar itu telah melontarkan 200 km3 magma (bandingkan dengan Krakatau 1883 yang 18 km3), membuat kawah 40-60 km, letusan hebat terjadi selama 34 jam, tetapi terus terjadi selama 10 hari dengan mass discharge 1 miliar kg/detik. Eruption plume telah membentuk perisai di atmosfer setebal 20-150 meter, menurunkan temperatur 5-10 derajat selama 10-20 tahun.

Begitulah, Escher dan Verbeek menyelidiki ada erupsi Krakatau Purba; dokumen-dokumen sejarah dari Indonesia (Pustaka Raja Purwa), Siria, dan Cina mencatat sebuah bencana yang sangat dahsyat terjadi di abad 5 atau 6 Masehi; ice cores di Antarktika dan Greenland mencatat jejak-jejak ion sulfat volkanik dengan umur 535-540 AD, peristiwa-peristiwa Abad Kegelapan d seluruh dunia terjadi pada abad ke-6, dan simulasi volkanologi erupsi Krakatau Purba : semuanya kelihatannya bisa saling mendukung untuk "a Super Collosal Eruption of proto-Krakatau 535 AD".

Kalau benar, gunungapi itu hanya di Selat Sunda, tak jauh dari kita, semoga kita mengenalnya dengan lebih baik, dan makin banyak ahli2 Indonesia yang meneliti serta menuliskannya (sebab kini sedikit sekali bilangan ahli kita yang mempelajari dan menuliskannya, cukup dihitung dengan jari-jari di satu tangan.

BAGIAN SELANJUTNYA >>>


4 komentar:

  1. gan mau nanya menurut teori anda, ledakan besar krakatau purba, kalo saya baca suatu artikel cincin api tentang gunung toba purba, yang mendekati bahwa peradaban nusantara kuno hancur tuch oleh letusan krakatau purba apa gunung toba purba.terima kasih buat artikelnya and tetap berkarya

    BalasHapus
  2. Ledakan Toba Purba diperkirakan 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2.800 km³, dengan 800 km³ batuan ignimbrit dan 2.000 km³ abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama 2 minggu. Debu vulkanik yang ditiup angin telah menyebar ke separuh bumi, dari Cina sampai ke Afrika Selatan. Letusannya terjadi selama 1 minggu dan lontaran debunya mencapai 10 km di atas permukaan laut.

    Dengan kisaran tahun seperti itu, sejarah manusia belum dimulai (prasejarah) sebab sejarah itu dimulai ketika ada catatan tentang peradaban kehidupan manusia dimuka bumi.

    Sedangkan Krakatau purba era 535 AD sudah masuk kedalam masa sejarah umat manusia, dari situlah diduga catatan sejarah nusantara hilang pada masanya.

    demikian gan, thanks

    BalasHapus
  3. saya suka sejarah,
    dan selalu penasaran tentang sejarah,
    terimakasih atas infonya bang @Ejang,
    menarik sekali...

    BalasHapus

Komentarlah dengan baik dan sopan. Pasti akan dibalas oleh pemilik. Mohon jangan mengandung unsur kasar dan sara, mari berbagi pengetahuan, silakan kritik karena kritik itu membangun dan membuat sesuatu menjadi lebih baik

Creative Commons License
MENGUAK TABIR SEJARAH NUSANTARA by Ejang Hadian Ridwan is licensed under a Creative Commons Attribution 3.0 Unported License.
Based on a work at menguaktabirsejarah.blogspot.com.
Permissions beyond the scope of this license may be available at http://menguaktabirsejarah.blogspot.com.