KEPUTUSAN POLITIK SANG JOKO DOLOG
LATAR BELAKANG PERTAMA
Pada akhir masa
pemerintahan Raja Airlangga, (raja keturunan Bali, memerintah tahun 990-1049 Masehi)
Kerajaan Medang, daerah kekuasaannya terbagi menjadi dua, Kerajaan Panjalu
(Pamjalu) disebelah barat dan Jenggala disebelah timur, batas wilayah antara
keduanya adalah sepanjang Kali Brantas yang berasal dari Gunung Kelud dan
Gunung Semeru dengan luas Daerah Aliran Sungai-nya (DAS) 11.800 km² atau ¼ dari
luas Provinsi Jawa Timur dan berakhir di Muara sungai Porong, terkenal dengan
Delta Mas Kali Brantas.
Tujuan dari pembagian
wilayah kerajaan ini tiada lain adalah untuk menghindari terjadinya konflik
keluarga kerajaan, perang saudara diantara keturunan raja Airlangga. Tapi pada
kenyataanya, walaupun niat baik itu dilakukan dengan maksud perdamaian dengan
cara-cara dirasa cukup adil, tapi tetap saja kedua belah pihak saling mengklaim
sebagai pewaris kekuasaan tunggal Kerajaan Medang, perang saudara pun terus
berkelanjutan, saling mengalahkan bergantian, sampai pada kisaran tahun 1144
saka atau 1222 Masehi, kerajaan-kerajaan itu dikuasai oleh Panjalu, nama kerajaan
yang pada akhirnya, saat itu, telah berubah menjadi Kerajaan Kediri dengan nama rajanya
Kertajaya (nagarakertagama pupuh 44 bait 2).
Mitos pembagian darerah
ini diberitakan pula oleh Naskah Nagarakertagama, berita itu sebagai berikut:
Pupuh ke- 68
- nahan tatwanikaɳ kamal/ widita deniɳ sampradaya sthiti, mwaɳ çri pañjalunatha riɳ daha te- (122a) wekniɳ yawabhumy/ apalih, çri airlanghya sirandani ryyasihiran/ panak/ ri saɳ rwa prabhu.
- wanten bodda mahayanabrata pgat/ riɳ tantra yogiçwara, saɳ mungwiɳ tnah i çmaçana ri lmah citrenusir niɳ jagat, saɳ prapteɳ bali toyamargga manapak/ wwainiɳ tasik nirbhaya, kyatiɳ hyaɳ mpu bharada woda ri hatitadi trikalapageh.
- rahyaɳ tekhi pinintakasihan amarwaɳ bhumi tan langhyana, inanyeki tlas/ cinihnanira toyeɳ kundi sankeɳ lanit, kulwan/ purwwa dudug rin arnnawa maparwaɳ lor kidul tan madoh, kadyadoh mahlet/ samudra tewekiɳ bhumi jawa rwa prabhu.
- nkai riɳ tik/ tiki wrksa rakwa sutapararyyan/ sankeɳ ambara, naɳ deçeɳ palunan tikaɳ pasalahan/ kundi praçasteɳ jagat, kandeg/ deni ruhur nikaɳ kamal i puñcaknyanawit/ ciwara, na hetunya sinapa dadyalita tekwan/ mungwiri pantara.
- tugwangöh nika tambayiɳ jana padars mintareɳ swasana, etunyan/ winanun sudarmma waluyaɳ bhumi jawatungala, sthityaraja sabhumi kawruhananin rat (122b) dlaha tan lingara, cihna çri nrapatin jayeɳ sakhalabhumin/ cakrawartti prabhu.
Tafsir dan terjemahan menurut Prof. DR Slamet
Mulyana, sebagai berikut:
- Demikian sejarah Kamal menurut tutur yang dipercaya, Dan Sri Nata Panjalu di Daha, waktu bumi Jawa dibelah, Karena cinta raja Erlangga kepada dua puteranya.
- Ada pendeta Budamajana putus dalam tantra dan yoga, Diam di tengah kuburan Lemah Citra, jadi pelindung rakyat, Waktu ke Bali berjalan kaki, tenang menapak di air lautan, Hyang Mpu Barada nama beliau, faham tentang tiga zaman.
- Girang beliau menyambut permintaan Erlangga membelah negara, Tapal batas negara ditandai air kendi, mancur dari langit, Dari barat ke timur sampai laut; sebelah utara, selatan, Yang tidak jauh, bagaikan dipisahkan oleh samudera besar.
- Turun dari angkasa sang pendeta berhenti di pohon asam, Selesai tugas kendi suci ditaruhkan di dusun Palungan, Marah terhambat pohon asam tinggi yang puncaknya mengait jubah, Mpu Barada terbang lagi, mengutuk asam agar jadi kerdil.
- Itulah tugu batas gaib, yang tidak akan mereka lalui, Itu pula sebabnya dibangun candi, memadu Jawa lagi, Semoga Baginda serta rakyat tetap tegak, teguh, waspada, Berjaya dalam memimpin negara, yang sudah bersatu padu.
Tercatatlah seorang yang
bernama Arya Bharada, disebut juga Mpu Bharada adalah penasihat keagamaan dari
Airlangga, peristiwa itu seolah-olah ingin menggambarkan bahwa pembagian
kerajaan menjadi dua kerajaan itu sudah mendapatkan restu dari Sang Maha
Pencipta, dengan berpatokan pada hal tersebut diharapkan semua pihak bisa
menerima pembagian tersebut, karena bukan hanya keinginan Airlangga, tetapi
kehendak Langit.
Jika benar apa yang
disampaikan oleh Nagarakertagama, rasionalisasi untuk hal ini, terlihat jelas
bahwa Mpu Bharada seolah-olah diutus ke Bali oleh Airlangga untuk mencari sumber
ilham tentang cara terbaik, adil dan mempertimbangkan luas wilayah pembagian yang
dihitung pantas untuk kedua kerajaan yang akan dibentuk nantinya.
Perlu dicatat ini tujuan
kamuflase, strategi dari Raja Airlangga. Kita tidak harus berpatokan terhadap
alur kisah pupuh 68 diatas, soalnya itu adalah pengkisahan, alias konon
katanya, artinya penceritaan dari pengarang Nagarakertagama memberikan alur
cerita secantik mungkin atau Se-Lebay mungkin hehehe.
Eitsss, ada cerita
sisipan nie.....tentang asal muasal pohon asam kenapa kerdil, di pupuh 68
tersebut diceritakan karena disebabkan oleh kekesalan Mpu Bharada yang kainnya
terkait oleh pohon asem ketika terbang sehingga marah dan mengutuk pohon asem
jadi kerdil. Terlihat jelas bahwa ini adalah hayalan nyata dari pengarang
Nagarakertagama, Patut diingat pohon asem bukan di Jawa saja kan? Hehehe,
diseluruh dunia pun ada, apa dikutuk juga oleh Mpu Bharada? Jelas fiksi, jangan
dipikirin terlalu seriuslah, nyatai aja. Sungai di Indonesia terlalu banyak, ntar kecapaian sang Mpu terus-terusan terbang hehehe. Sebenarnya pinter juga yang bikin kisah, air suci si pemutus bumi tiada lain adalah hujan....ya emang bener alias emberr kalo getoohhh.
Nama
Mpu Bharada muncul juga dalam Serat
Calon Arang sebagai tokoh yang berhasil mengalahkan musuh Airlangga,
yaitu Calon Arang, seorang janda sakti dari desa Girah. Raja lawan seorang janda...cekcekcek...ada-ada
aja hehehe
Dikisahkan
pula Mpu Bharada dalam perjalanan menyeberang laut, Mpu Bharada cukup dengan
menumpang sehelai daun, wooowww! Kerennn Boo, kaya kisah Aladin, bedanya Aladin
bisa duduk nyaman diatas karpet, nah Mpu Barada bisa-bisa pegel, kalau duduk takut basah
kena air hehehe. Maaf pembaca, bukan penulis melecehkan hal-hal seperti ini,
tapi tolonglah cerita ini jangan dimaknai benar adanya. Biarkan kisah ini
keberadaanya hanya sebagai kisah fantasi yang menghiasi dunia tidur anak-anak.
Perlu digaris bawahi
kembali bahwa cerita ini sekali lagi menegaskan bahwa pembagian wilayah sudah direstui
oleh kehendak Sang Pencipta, sehingga kedua belah pihak, masyarakat beserta
seluruh komponennya harus menerima kenyataan ini. Siapa pun itu, bagi yang
melanggar harus siap-siap menerima sangsi agama, kasaranya berarti harus berurusan dengan akhirat kelak.
Sampai disini
apakah sudah clear pembaca yang budiman? Gak jelas juga, ya lanjutin aja lah ke bagian selanjutnya
latar belakang yang kedua hehehe.
LATAR BELAKANG KEDUA
Pada tahun 1211 saka
atau 1289 Masehi, Raja Kertanegara kedatangan tamu asing, tiada lain panglima Men
Shi atau Meng-qi (孟琪) beserta rombongan
lainya sebagai utusan dari Kerajaan Mongol. Jumlah pimpinan utusan utama bertiga,
termasuk pimpinan utamanya Men Shi dan konon katanya bahwa salah satu diantara
mereka bertiga itu mendapat perlakuan tidak manusiawi, dianiaya oleh Sri
Kertanegara sebagai bentuk penolakan untuk tunduk dibawah perintah atau kontrol
dari Kekaisaran Mongol yang Agung, Sang Kubilai Khan.
Raja Kertanegara sendiri
adalah raja keturunan ke-4 dari Dinasti Rajasa, dengan raja pertamanya Sri
Rajasa Sang Amurwabhumi, Kerajaan Tumapel yang kemudian berubah namanya menjadi
Singosari seiring kepindahan kotaprajanya ke Singosari yang akhirnya nama ini
lebih dikenal menjadi nama kerajaan, lalu kemudian Majapahit masih merupakan
satu garis keturunan raja-raja dengan nama Dinasti Rajasa. Diawali perebutan
kekuasaan tahun 1222 Masehi oleh Sri Rajasa terhadap penguasa Kerajaan Kediri
(Panjalu), Kertajaya.
Proses perebutan
kekuasaan yang dilakukan oleh Sri Rajasa, tidak lah sepenuhnya clear, bersih atau sempurna alias
paripurna. Tapi tetap menimbulkan gejolak politik yang terus membayangi kerajaan
baru itu dalam perjalannya, tentunya dari sisa-sisa basis kekuatan yang
dikalahkan. Terbukti dari beberapa peristiwa pemberontakan yang dilancarkan dan
masih terdapatnya bahaya laten dari keturunan para penguasa yang notabene
dulunya ditaklukan tetapi tidak dimusnahkan.
Apa yang dilakukan oleh
Sri Kertanegara dengan menikahkan putrinya dengan anak Jayakatwang, Pangeran
Ardharaja adalah kebijakan untuk meredam bahaya laten itu sendiri, dengan metode
melakukan perkawinan atas dasar kepentingan politik.
Kembali lagi ke masalah
penghinaan utusan tentara Mongol, tindakan itu merupakan genderang perang yang
sudah terlanjur ditabuh oleh Sri Kertanegara terhadap pasukan besar Kekaisaran
Mongol, artinya Singosari harus segera dan sudah siap-siap dengan segala resiko
untuk mempertahankan diri dari serangan yang diperkirakan tidak akan lama lagi
tiba. Situasi seperti inilah yang memaksa Sri Kertanegara berpikir keras,
merencanakan strategi, melakukan berbagai manuver dan langkah politik baik itu
ke dalam negeri dan ke luar negeri.
Langhah politik ke dalam
negeri, Sri Kertanegara harus segera mendapatkan solusi menangani konflik atau
ancaman disintegrasi dari bangsanya sendiri. Langhah politik ke luar negeri, Sri
Kertanegara harus segera melakuan lobi politik ataupun penghimpuan kekuatan
yang didukung oleh kerajaan lain di nusantara.
Penghimpunan kekuatan
itu dilakukan dengan perintah Ekspedisi Pamalayu, salah satu program kebijakan
politik luar negeri yang dicanangkan oleh Kertanegara jauh-jauh hari, sejumlah
kekuatan pasukan besar Singosari dikerahkan keluar negara untuk menunjukan
superioritas kerajaan, dengan harapan selain perluasan wilayah juga cara ini tidak
akan banyak perlawanan berarti dari kerajaan-kerajaan lain, dan kerajaan lain
akan tunduk dengan sendirinya, tanpa harus melakukan perang. Pada saat
menyatakan perang inilah rintisan yang sebelumnya sudah dibuat harus dihimpun
kembali segera, dan Ekspedisi Pamalayu semakin ditingkatkan.
Tapi apapun bentuk
kebijakan politik luar negeri haruslah terlebih dahulu membereskan perpolitikan
dalam negeri, harus mendapat dukungan politik dari masyarakatnya, dan akhirnya
faktor dalam negeri inilah terlebih dahulu harus diyakini tidak akan bermasalah.
Maka dengan ini disinyalir bahwa yang menjadi sebab mengapa dilakukan penobatan
Sri Kertanegara sebagai Jina (Budha Agung) dengan dilambangkan oleh patung atau
arca Mahaksobhya atau seperti diawal artikel lebih dikenal dengah nama JOKO
DOLOG untuk sebutan Arca Mahaksobhya ini.
Baik. Selanjutnya akan
dibahasa bahan materi tentang prasasti Wurare yang lebih terkenal dengan patung
Joko Dolog. Tentu akan ada hubungannya dengan latar belakang yang barusan
dibahas. Mulai serius nie....hehehe
Kunjung balik yaa :D
BalasHapussalut utk penulis.
BalasHapusmaaf rupanya penulis memahami benar " laku Jawa ". sehingga pemisahan wilayah, kemampuan Mpu Bharada seperti hal yg fiktif.
mohon perdalam " laku Jawa " yang Hinggil.
referensi saja, sekarang masih banyak pinisepu desa awan hujan diminggirkan. untuk hajatan semntara cuaca bisa terang.
dengan kondisi modern kemampuan itu masih ada.
sedikit pengingat, kalau penulis berkelana benar.
masih ada di wilayah Indonesia manusia seperti berkelebat antar pohon di nutan. masih ada manusia berjalan diata sungai.
maaf beliau manusia lungit,myg sudah menghindari keramaian modernitas.
sekedar refernsi " laku Jawa ".
terimakasih infonya gan...
BalasHapuswasir
online 24 jam
kewanitaan
peninggi pelangsing
zenith grow up usa
I particularly like about the picture / article / presentation that you describe. Very unique, interesting and useful.
BalasHapusobat air kencing berdarah semasa hamil
obat air kencing campur nanah
obat air kencing keluar bersama darah
obat air kencing keluar gumpalan darah
obat air kencing keluar sedikit dan sakit
obat air kencing kotor dan berdarah
obat air kencing kotor sakit pinggang
obat air kencing sedikit berdarah
obat air kencing sedikit dan sakit
obat air kencing sedikit tapi sakit
success always broder
Ilmu yg dimiliki calon arang sampai detik ini masih banyak dimiliki penekun spiritual di Bali. Cobalah sekali kali main ke Bali, nanti dibuktikan sendiri. Bisa dibayangkan bagaimana cerdasnya nyai calonarang pada masanya, walaupun hanya seorang janda. Dan mohon lebih byk baca referensi lg agar tau apa hubungan calonarang dan Mpu baradah. Mereka adalah ipar sekaligus besan. Karena kakak Mpu baradah yaitu Mpu Kutukan adalah mantan suami nyai calon arang. Anak calon arang yg bernama Ratna mangali adalah istri dari Mpu bahula yg merupakan anak Mpu baradah. Itu kenapa Mpu baradah dan nyai calonarang adalah ipar sekaligus besan. Lalu mengapa Meraka berperang? Silahkan cari referensi atau datang ke Bali untuk menonton pementasan seni calonarang...salam rahayu
BalasHapusKoreksi typo "Mpu Kutukan - Mpu Kuturan"
BalasHapus