Selasa, 27 Maret 2012

DUSTA SEJARAH 10

DUSTA SEJARAH KISAH KEN AROK, PERANG BUBAT & SUMPAH PALAPA

Analisa Keseluruhan Uji Materi I
  1. Para tersangka pembuat kitab Pararaton adalah Dr JLA Brandes dan Para Sarjana, dan ditetapkan lebih lanjut bahwa tersangka utamanya adalah Para Sarjana, yang identitas mereka tidak terungkap. Brendes bisa membela diri bahwa kitab Pararaton yang dia buat itu tidak sama atau berbeda dengan kitab Pararaton yang beredar sekarang yang sudah diubah oleh Para Sarjana, kalau dia bisa membuktikan naskah asli yang pernah dia buat, status tersangkanya bisa dicabut.
  2. Tetapi menurut kesaksian para ahli itu bahwa karya Brandes ada indikasi sebagai kerangka ke arah terciptanya kitab Pararaton yang sekarang ada, artinya Brandes haruslah tetap jadi tersangka. Selama naskah aslinya tidak dihadirkan, tetap termasuk kedalam katagori tersangka.
  3. Ditambah tidak ada itikad baik untuk mempelajari kitab Negara Kertagama serta referensi lainnya dalam pembuatan karya kitab Pararaton yang dia buat, yaitu dari prasasti-prasasti sejarah yang telah ditemukan dan kitab Negara Kertagama. Judul karyanya pun yang dia terbitkan, nama Ken Arok muncul pada karya pertamanya. Itu bukti langsung sekaligus jawaban bahwa mengapa dia tetap termasuk dalam katagori tersangka.
  4. 4.      NJ Krom bisa dikatagorikan sebagai saksi ahli kedua setelah GP Rouffer, yang keterangannya bisa memberatkan para tersangka, dengan alasan tingkat kepercayaan terhadap kitab Negara kertagama lebih tinggi dari pada kitab Pararaton, dengan kata lain Nj Krom meragukan keaslian dan kebenaran kandungan isi kitab Pararaton. Sebagai ahli sejarah tentunya dia akan sama-sama tertarik dan menghasilkan karya kalau dirasa kitab Pararaton itu bisa dipercaya dan bisa dijadikan referensi sebuah sejarah. 
  5. Tersangka utamanya adalah Para Sarjana, diduga kuat nama Singhosari muncul pada saat mereka mengubah karya Brendes, dan diduga pula nama-nama alias yang dimunculkan dalam nama-nama yang terdapat dalam kitab Pararaton yang sekarang adalah buatan para sarjana itu.
  6. Melihat alur cerita dan tahun penyelesaian pembuatan kitab Pararaton 1920 sedangkan kitab Negara Kertagama dan prasasti-prasasti sebagai bukti sejarah sudah ditemukan sebelumnya, diduga pula bahwa ini alasan para sarjana menyesuaikan penamaan para pelaku sejarah, penandaan tahun, penamaan tempat dengan bukti-bukti sejarah yang ada.
  7. Mengapa pula ada ketidak cocokan tahun dibeberapa bagian semisal meninggalnya ken Arok (Sri Rajasa Amurwabhumi) yang dalam kitab Negara kertagama dan prasasti tahun 1227 sedangkan dalam pararaton tahun 1247, perbedaan yang mencolok yaitu 20 tahun. Diduga alasanya adalah untuk membuat sesauatu yang beda dengan keterangan sejarah yang lainnya supaya tidak dianggap meniru, atau juga menyelaraskan dengan kisah Ken Arok dalam cerita didalamnya supaya terindikasi dia mati muda dan itu cocok dengan alur cerita bahwa Ken Arok dibunuh Anusapati dengan mengunakan keris sakti Mpu Gandring.
  8. Perbedaan tahun, nama-nama, dan tempat-tempat ini terjadi dibeberapa bagian juga. Tapi kekurangan itu bisa mereka tutupi dengan memberikan fakta peristiwa geologi yang hampir tepat, tapi fakta mengenai peristiwa geologi bisa saja diambil dari para pakar geologi pada waktu itu. Fakta ini tidak bisa menguatkan pembelaan.
  9. Para Sarjana yang menjadi tersangka utama pembuatan kitab Pararaton versi terakhir sebagai mana hasil kesimpulan dari analisa dari isi kitab Pararaton diatas, diduga bahwa mereka adalah si pembuat yang menurut sumber saduran (dari bahan uji materi 5) alias para sarjana adalah mereka yang dipaksa membuat dan mengubah kitab Pararaton dari hasil karya Brandes supaya lebih disesuaikan dengan kondisi terkini, demi kepentingan si penyuruh (red- pihak tertentu yaitu pihak penjajah Belanda) untuk kepentingan politik mereka pada waktu itu

3 komentar:

  1. semua yang di buat manusia termasuk dalam penulisan sejarah sudah barang tentu banyak salah kaprahnya, ini di dasari pada banyak aspek yang mempengaruhi si pembuatnya terlepas dari apakah dia sarjana atau bukan, yang jelas sejauh mana niat maksud dan tujuan si pembuat. Dalam disiplin ilmu sejarah tentu ada kode etiknya setiap kejadian yang akan di angkat ke dalam panggung sejarah tentunya harus ada pembuktian secara ilmiah, bukti otentik berupa peninggalan tempat kejadian,prasasti dsb. Sekarang timbul pertanyaan kita membaca sejarah seperti layaknya membaca cerita dongeng, alurnya di susun sedemikian rupa mengganti nama tokoh seenaknya seolah olah pembuatnya hidup pada jaman yang Ia ceritakan..kalau semua itu bisa di buktikan kenapa tidak,,tapi kalau tidak dosa yang bakal dia tanggung seumur umur..terima kasih

    BalasHapus
  2. ya mau bagaimanapun yang namanya orang lain (bukan bangsa sendiri) haruslah kita waspadai. Dulu kita terlalu percaya dengan belanda, sampai sekarangpun di otak kita lebih percaya belanda dari pada bangsa sendiri

    BalasHapus

Komentarlah dengan baik dan sopan. Pasti akan dibalas oleh pemilik. Mohon jangan mengandung unsur kasar dan sara, mari berbagi pengetahuan, silakan kritik karena kritik itu membangun dan membuat sesuatu menjadi lebih baik

Creative Commons License
MENGUAK TABIR SEJARAH NUSANTARA by Ejang Hadian Ridwan is licensed under a Creative Commons Attribution 3.0 Unported License.
Based on a work at menguaktabirsejarah.blogspot.com.
Permissions beyond the scope of this license may be available at http://menguaktabirsejarah.blogspot.com.