Selasa, 29 Mei 2012

MARI BELAJAR SEJARAH DARI FILIPINA III

MARI BELAJAR SEJARAH DARI FILIPINA 

AKHIR DAN KESIMPULAN

Judul artikel ini, “Mari Belajar Sejarah dari Filipina”, bukan dimaksudkan mengatakan bahwa di Nusantara tercinta telah terjadi kepalsuan sejarah terhadap bangsa kita sendiri secara besar-besaran, tetapi penulis mencoba menggugah kesadaran untuk penulis secara pribadi atau kita semua yang peduli terhadap sejarah yang kita banggakan dan kita cintai untuk tetap terus kreatif menggali dan jangan segan untuk bersikap kritis.

Pada bagian pendahuluan telah disampaikan bahwa terdapat beberapa kesamaan antara sejarah Filipina dengan Indonesia, kesamaanya sebagai berikut:
  1. Mengalami masa-masa penjajahan, hanya beda bangsa yang menjajahnya, Filipina oleh Sepanyol. Bisa jadi ada kepentingan secara politik dari bangsa-bangsa yang menjajahnya, dan sejarahlah alat propagandanya.
  2. Terdapat asimilasi budaya dan agama.
  3. Dipungkiri atau tidak, sama-sama dipengaruhi oleh para sejarawan yang berasal dari para penjajahnya.
  4. Minimnya dokumentasi sejarah, yang menyebabkan terbukanya celah lebar untuk memungkinkan dimasuki oleh cerita sejarah yang tidak diketahui asal muasalnya, palsu atau Hoax.
  5. Kepercayaan terhadap mitos atau legenda, yang pada akhirnya dianggap sebagai kebenaran umum, dan sulit untuk diklarifikasi.
  6. Dan lain sebagainya.
Sikap kritis yang besandarkan terhadap pengkajian dan penelitian sejarah, dengan melampirkan bukti-bukti dari sumber sejarah yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah, sungguh sejatinya adalah sikap kepedulian kita terhadap hasanah budaya dan sejarah tanah air tercinta, memperkuat bukan melemahkan. Penulis yakin akan hal itu.

Sikap berpaling, taqlid atau fanatik mem”kucing” buta (daripada nyebut “babi” hehehe) justru memperjelas posisi kita yang sesungguhnya merupakan bentuk ketidakpedulian terhadap sejarah tanah air tercinta, bukan memperkaya justru sebaliknya, sikap seperti ini memperlemah bahkan pada akhirnya tidak membuat maju, jalan ditempat. Akhirnya sejarah menjadi sesuatu yang tidak berdampak, bermakna dan bernilai bagi kehidupan saat ini apalagi untuk masa yang akan datang.

Penulis tidak bermaksud juga untuk mengatakan bahwa artikel-artikel yang penulis telah tulis sebelumnya dan kemungkinan yang akan datang harus dimaknai sebagai sesuatu yang benar, tidak terbantahkan. Jelas itu tidak benar! Sekali lagi “tidak benar”, penulis hanya mencoba mengajak pembaca yang budiman untuk “berbagi” dan sungguh penulis rela menhapusnya jika ada koreksi terhadap apa yang sudah penulis tulis dalam artikel-artikel yang sudah dipublikasikan jika terjadi kesalahan, baik analisa maupun data. Harapannya seperti itu.

Ada pepatah yang mengatakan ”sekali kebohongan itu dibuat, maka akan ditutupi dengan kebohongan-kebohongan berikutnya”, dan itu benar, bisa jadi suatu fakta kebohongan sejarah ditutupi dengan fakta lain untuk memperkuat alibinya, padahal sebenarnya tetap bohong. Pepatah tersebut belaku untuk siapapun, mendunia, lintas agama pun mengakui hal itu. Ini “starting point” untuk analisa dugaan terhadap suatu fakta kebohongan, artinya analisanya harus komperehensif, dilihat dari berbagai sisi dan data secara menyeluruh.

Pada artikel “Nagarakertagama, Atlantis dan Eden” telah dinyatakan bahwa diakui atau tidak pada awal abad masehi kisaran abad 1-5 Masehi bahkan sebelumnya, catatan sejarah Nusantara berdasarkan bukti primer telah hilang, lemyap atau belum diketemukan mudah-mudahan, artinya ini awal pijakan kita untuk bersikap kritis terhadap informasi sejarah yang muncul dikemudian hari atau selanjutnya, tapi bukan juga mengandalkan aji libas alias “sapu bersih”, tetap harus sama-sama diteliti kebenaranya, bisa jadi itu membawa informasi sejarah yang benar pada kenyataanya, tetap berikan peluang sekecil apapun peluang itu, intinya seperti itu dalam mensikapi informasi sejarah yang bermunculan.

Pada bagian akhir artikel “Ken Angrok Menggugat Mbah Google” penulis menyatakan bahwa bahkan Presiden Soekarno, Presiden RI Pertama, Bapak Ploklamator sekalipun pernah menyampaikan bahwa kita harus berlaku bijak terhadap bukti sejarah yang sudah ada, dengan pernyataan simbolisasi memburu untuk membunuh tikus, jangan lumbung atau rumahnya yang dibakar, cukup cari dan bunuh tikusnya. Tentu hal ini harus dimaknai bahwa tidak semua informasi sejarah itu bohong belaka, perinsip dasarnya tetap disandarkan terhadap pembuktian yang bisa dipertanggungjawabkan.

Mari kita menjadi agen-agen perubah, perubahan penuh makna dan dapat dipertangungjawabkan secara moral dan keilmuan, menjadi manusia unggul dengan kreatifitas, tentunya kreatifitas yang progresif demi kebaikan dan kebenaran. Aminnn....!

Sekian dari terima kasih.

Salam Damai Negeriku, Salam Sejahtera Nusantaraku.

Wassalam
Penulis.

Referensi :
  1. Abeto, Isidro Escare. Philippine History Reassessed, 1989.
  2. Alip, Eufronio M. Political & Cultural History of the Philippines Vol: 1. Revised Edition, 1954.
  3. Arellano Law Foundation - The Lawphil Project, Presidential Decrees No. 105 January 24, 1973
  4. Columbia Encyclopedia, Sixth Edition.2001 www.encyclopedia.com
  5. De la Costa, Horacio. Readings in Philippine History. 1965.
  6. Del Ayre, Art. ABdA's Philippine Philatelic Website. http://www.geocities.com/abda/index.html
  7.  Dagdag, Edgardo E. Kasaysayan at Pamahalaan ng Pilipinas, 1997
  8. Leogardo, Felicitas T., Vicente R. Leogardo, M.R. Jacobo, A History of the Philippines, New Edition, 1986.
  9. National Commission on Culture and the Arts. Time Chart of Philippine Museum Development. www.ncca.gov.ph. Source: NCCA. Guidebook to Museums Series. 1990-1997.
  10. National Historical Institute. Datu Bendahara Kalantiaw, 1976
  11.  Robertson, Megan C. Medals of the World, www.medals.org.uk 2001.
  12. Scott, William Henry. Prehispanic Source Material for the Study of Philippine History. 1968.
  13.  Scott, William Henry. Looking for the Prehispanic Filipino. 1992.
  14. Scott, William Henry. Barangay, Sixteenth-Century Philippine Culture and Society. 1994
  15. version of the Code of Kalantiaw: “Political and Cultural History of the Philippines”, Volume 1 published as fact by Eufronio M. Alip, 1954
  16.  National Historical Institute. Datu Bendahara Kalantiaw, 1976
  17. Robertson, Megan C. Medals of the World, www.medals.org.uk 2001.
  18. Scott, William Henry. Prehispanic Source Material for the Study of Philippine History. 1968.
  19.  Scott, William Henry. Looking for the Prehispanic Filipino. 1992.
  20. Scott, William Henry. Barangay, Sixteenth-Century Philippine Culture and Society. 1994.
  21. Villanueva, Rene O. Apat na Dula. 1998.
  22. Yarnall, Paul R. DE-170 USS Booth. www.navsource.org. 2001.
  23. Zaide, Gregorio F. & Sonia M. Zaide. History of the Republic of the Philippines. revised edition, 1987.
  24. Zaide, Gregorio F. & Sonia M. Zaide. Philippine History. corrected edition, 1987.

2 komentar:

Komentarlah dengan baik dan sopan. Pasti akan dibalas oleh pemilik. Mohon jangan mengandung unsur kasar dan sara, mari berbagi pengetahuan, silakan kritik karena kritik itu membangun dan membuat sesuatu menjadi lebih baik

Creative Commons License
MENGUAK TABIR SEJARAH NUSANTARA by Ejang Hadian Ridwan is licensed under a Creative Commons Attribution 3.0 Unported License.
Based on a work at menguaktabirsejarah.blogspot.com.
Permissions beyond the scope of this license may be available at http://menguaktabirsejarah.blogspot.com.