AKHIR DAN KESIMPULAN
Judul artikel ini, “Mari Belajar
Sejarah dari Filipina”, bukan dimaksudkan mengatakan bahwa di Nusantara tercinta
telah terjadi kepalsuan sejarah terhadap bangsa kita sendiri secara besar-besaran, tetapi penulis
mencoba menggugah kesadaran untuk penulis secara pribadi atau kita semua yang peduli
terhadap sejarah yang kita banggakan dan kita cintai untuk tetap terus kreatif menggali dan
jangan segan untuk bersikap kritis.
Pada bagian pendahuluan telah disampaikan
bahwa terdapat beberapa kesamaan antara sejarah Filipina dengan Indonesia,
kesamaanya sebagai berikut:
- Mengalami masa-masa penjajahan, hanya beda bangsa yang menjajahnya, Filipina oleh Sepanyol. Bisa jadi ada kepentingan secara politik dari bangsa-bangsa yang menjajahnya, dan sejarahlah alat propagandanya.
- Terdapat asimilasi budaya dan agama.
- Dipungkiri atau tidak, sama-sama dipengaruhi oleh para sejarawan yang berasal dari para penjajahnya.
- Minimnya dokumentasi sejarah, yang menyebabkan terbukanya celah lebar untuk memungkinkan dimasuki oleh cerita sejarah yang tidak diketahui asal muasalnya, palsu atau Hoax.
- Kepercayaan terhadap mitos atau legenda, yang pada akhirnya dianggap sebagai kebenaran umum, dan sulit untuk diklarifikasi.
- Dan lain sebagainya.
Sikap kritis yang besandarkan
terhadap pengkajian dan penelitian sejarah, dengan melampirkan bukti-bukti dari
sumber sejarah yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah, sungguh
sejatinya adalah sikap kepedulian kita terhadap hasanah budaya dan sejarah
tanah air tercinta, memperkuat bukan melemahkan. Penulis yakin akan hal itu.
Sikap berpaling, taqlid atau fanatik
mem”kucing” buta (daripada nyebut “babi” hehehe) justru memperjelas posisi kita
yang sesungguhnya merupakan bentuk ketidakpedulian terhadap sejarah tanah air
tercinta, bukan memperkaya justru sebaliknya, sikap seperti ini memperlemah
bahkan pada akhirnya tidak membuat maju, jalan ditempat. Akhirnya sejarah menjadi sesuatu yang tidak
berdampak, bermakna dan bernilai bagi kehidupan saat ini apalagi untuk masa yang akan
datang.
Penulis tidak bermaksud juga
untuk mengatakan bahwa artikel-artikel yang penulis telah tulis sebelumnya dan
kemungkinan yang akan datang harus dimaknai sebagai sesuatu yang benar, tidak
terbantahkan. Jelas itu tidak benar! Sekali lagi “tidak benar”, penulis hanya mencoba
mengajak pembaca yang budiman untuk “berbagi” dan sungguh penulis rela menhapusnya jika ada
koreksi terhadap apa yang sudah penulis tulis dalam artikel-artikel yang sudah
dipublikasikan jika terjadi kesalahan, baik analisa maupun data. Harapannya seperti
itu.
Ada pepatah yang mengatakan ”sekali
kebohongan itu dibuat, maka akan ditutupi dengan kebohongan-kebohongan
berikutnya”, dan itu benar, bisa jadi suatu fakta kebohongan sejarah ditutupi
dengan fakta lain untuk memperkuat alibinya, padahal sebenarnya tetap bohong.
Pepatah tersebut belaku untuk siapapun, mendunia, lintas agama pun mengakui hal
itu. Ini “starting point” untuk analisa dugaan terhadap suatu fakta kebohongan,
artinya analisanya harus komperehensif, dilihat dari berbagai sisi dan data secara menyeluruh.
Pada artikel “Nagarakertagama, Atlantis
dan Eden” telah dinyatakan bahwa diakui atau tidak pada awal abad masehi
kisaran abad 1-5 Masehi bahkan sebelumnya, catatan sejarah Nusantara berdasarkan bukti primer telah
hilang, lemyap atau belum diketemukan mudah-mudahan, artinya ini awal pijakan kita untuk bersikap
kritis terhadap informasi sejarah yang muncul dikemudian hari atau selanjutnya,
tapi bukan juga mengandalkan aji libas alias “sapu bersih”, tetap harus sama-sama diteliti
kebenaranya, bisa jadi itu membawa informasi sejarah yang benar pada
kenyataanya, tetap berikan peluang sekecil apapun peluang itu, intinya seperti itu dalam mensikapi informasi sejarah yang bermunculan.
Pada bagian akhir artikel “Ken
Angrok Menggugat Mbah Google” penulis menyatakan bahwa bahkan Presiden Soekarno, Presiden RI Pertama, Bapak Ploklamator
sekalipun pernah menyampaikan bahwa kita harus berlaku bijak terhadap bukti
sejarah yang sudah ada, dengan pernyataan simbolisasi memburu untuk membunuh tikus, jangan lumbung
atau rumahnya yang dibakar, cukup cari dan bunuh tikusnya. Tentu hal ini harus dimaknai bahwa tidak semua
informasi sejarah itu bohong belaka, perinsip dasarnya tetap disandarkan
terhadap pembuktian yang bisa dipertanggungjawabkan.
Mari kita menjadi agen-agen
perubah, perubahan penuh makna dan dapat dipertangungjawabkan secara moral
dan keilmuan, menjadi manusia unggul dengan kreatifitas, tentunya kreatifitas yang
progresif demi kebaikan dan kebenaran. Aminnn....!
Sekian dari terima kasih.
Salam Damai Negeriku, Salam
Sejahtera Nusantaraku.
Wassalam
Penulis.
Referensi :
- Abeto, Isidro Escare. Philippine History Reassessed, 1989.
- Alip, Eufronio M. Political & Cultural History of the Philippines Vol: 1. Revised Edition, 1954.
- Arellano Law Foundation - The Lawphil Project, Presidential Decrees No. 105 January 24, 1973
- Columbia Encyclopedia, Sixth Edition.2001 www.encyclopedia.com
- De la Costa, Horacio. Readings in Philippine History. 1965.
- Del Ayre, Art. ABdA's Philippine Philatelic Website. http://www.geocities.com/abda/index.html
- Dagdag, Edgardo E. Kasaysayan at Pamahalaan ng Pilipinas, 1997
- Leogardo, Felicitas T., Vicente R. Leogardo, M.R. Jacobo, A History of the Philippines, New Edition, 1986.
- National Commission on Culture and the Arts. Time Chart of Philippine Museum Development. www.ncca.gov.ph. Source: NCCA. Guidebook to Museums Series. 1990-1997.
- National Historical Institute. Datu Bendahara Kalantiaw, 1976
- Robertson, Megan C. Medals of the World, www.medals.org.uk 2001.
- Scott, William Henry. Prehispanic Source Material for the Study of Philippine History. 1968.
- Scott, William Henry. Looking for the Prehispanic Filipino. 1992.
- Scott, William Henry. Barangay, Sixteenth-Century Philippine Culture and Society. 1994
- version of the Code of Kalantiaw: “Political and Cultural History of the Philippines”, Volume 1 published as fact by Eufronio M. Alip, 1954
- National Historical Institute. Datu Bendahara Kalantiaw, 1976
- Robertson, Megan C. Medals of the World, www.medals.org.uk 2001.
- Scott, William Henry. Prehispanic Source Material for the Study of Philippine History. 1968.
- Scott, William Henry. Looking for the Prehispanic Filipino. 1992.
- Scott, William Henry. Barangay, Sixteenth-Century Philippine Culture and Society. 1994.
- Villanueva, Rene O. Apat na Dula. 1998.
- Yarnall, Paul R. DE-170 USS Booth. www.navsource.org. 2001.
- Zaide, Gregorio F. & Sonia M. Zaide. History of the Republic of the Philippines. revised edition, 1987.
- Zaide, Gregorio F. & Sonia M. Zaide. Philippine History. corrected edition, 1987.
bagus sekali artikelnya mas gan
BalasHapuskutil
kutil
kutil
kutil
kutil
wasir
BalasHapuskeluar nanah
epriyanto
sipilis
kutil