DUSTA SEJARAH KISAH KEN AROK, PERANG BUBAT & SUMPAH
PALAPA
Pengumpulan Bahan Uji Materi
Asumsikan kasus hukum yang dihadapi adalah
pembuktian kebenaran kitab Pararaton beserta isinya dan terdakwanya adalah si
pembuat kitab Pararaton tersebut.
Seperti dijelaskan dalam proses pembuktian maka
harus dilakukan sebuah penyidikan perkara oleh penyidik. Proses penyidikan ini
harus dimulai dari flash back
atau kembali menelusuri ke alur cerita sejarah asal ususl kitab itu ditemukan,
dibuat atau diterbitkan pada kali pertamanya, biasanya para penyidik
dalam kepolisan juga akan menelusuri mulai kesaksian orang pertama dari orang
terakhir yang diduga menyaksikan atau melihat atau yang mendapat informasi
langsung kejadian perkara, lalu proses selanjutnya diurut terbalik.
Flash
back pertama, berdasarkan
tulisan yang disadur dari web online http://www.parisada.org/ tentang “Kitab
Negarakertagama, Manuskrip Kuno Tentang Sejarah Majapahit (I)”, adalah sebagai
berikut:
"Bali
bukan saja sebagai penyumbang besar dalam upaya melestarikan arisitektur zaman
Majapahit (abad 13-15), tapi juga pelestari budaya, agama, bahasa, dan sastra
nenek moyang Majapahit. Bahkan, Kitab Negarakertagama manuskrip kuno tentang
sejarah kerajaan Majapahit, bukannya ditemukan di Pulau Jawa, melainkan di
Pulau Bali dan Lombok.
Naskah pujasastra itu cukup otentik,
karena digubah oleh pujangga yang hidup di zamannya. Bayangkan jika manuskrip
kuno itu tidak dilestarikan masyarakat Bali, bangsa Indonesia pastinya akan
kehilangan referensi besar tentang sejarah Majapahit.
Negarakertagama adalah salah satu naskah
kuno sebagai referensi sejarah Majapahit. Namun, untuk mempelajari sejarah Jawa
(Majapahit), pada saat itu para sarjana Belanda hanya mengandalkan transkripsi
prasasti dan naskah kuna Babat Tanah Jawi (BTJ) gubahan abad ke-19, seperti
yang dilakukan Dr JLA Brandes.
Sebagai perbandingan, Brandes yang ahli bahasa
Jawa Kuno, juga mempelajari tiga eksemplar manuskrip Pararaton dalam bentuk
kropak abad ke-17. Terdapat juga naskah asing yang juga dijadikan referensi
tentang sejarah Jawa, di antaranya, sejarah Dinasti Yuan dan Ying-yai
Sheng-lan, catatan perjalanan Ma Huan dari Tiongkok ke Indonesia.
Hasil penelitian Brandes tentang naskah
Pararaton, sebenarnya telah siap 1893 silam, namun baru dimuat pada 1896 dalam
seri VBG No XLIX dengan judul Pararaton (Ken Arok) Of het boek der koningen van
Tumapel en van Majapahit
Usaha Brandes menerbitkan terjemahan Pararaton
itu begitu mengagumkan masyarakat sejarah, karena waktu itu merupakan
satu-satunya karya sejarah ilmiah tentang Singasari dan Majapahit."
Bahan uji materi 1
Menurut hasil penelitian GP Rouffaer, sahabat
karib Brandes, uraian Pararaton karya Brandes tentang Singasari dan Majapahit
memang berbeda jauh dengan uraian dalam Babat Tanah Jawi yang lebih banyak
cerita fiksi dan legendanya. Karena banyak legendanya, Babat Tanah Jawi sangat
populer di kalangan masyarakat Jawa.
Bahan uji materi 2
Sayangnya,
kegemerlapan itu tak bertahan lama. Pandangan masyarakat sejarah berubah
setelah ditemukan naskah sejarah Majapahit yang jauh lebih otentik dan akurat
di Pulau Lombok. Tahun 1894, Pemerintah Hindia Belanda mengirim ekspedisi
militer ke Pulau Lombok. Lombok pun ditundukkan, sementara rajanya yang
ber-istana di Puri Cakranegara dipaksa menyerahkan naskah-naskah lontar yang
disimpannya.
Di antara
naskah-naskah yang diserahkan kepada Belanda itu terdapat naskah
Negarakertagama (Nagarakretagama) yang disalin dan naskah asli pada tahun Saka
1662 (1710 M). Penemuan manuskrip kuno tentang Majapahit mi merupakan sumbangan
terbesar dalam merekonstruksi sejarah Majapahit dan Singasari.
Bukan cuma
Negarakertagama yang ditemukan di Puri Cakranegara itu, tapi juga beberapa
manuskrip kuno lainnya. Katalog Juynboll menyatakan bahwa naskah
Negarakertagama itu ditemukan dalam berkas yang berisi bermacam-macam kakawin,
di antaranya Nirathaptakreta dan Kakawin Kunjarakama. Kunjarakama adalah serat
dalam bahasa Jawa Kuna sezaman dengan serat-serat Parwa seperti Adipartva,
rathaparwa, Bhismaparwa, dan sebagainya. Kunjarakama pernah dicetak dua kali
oleh Prof Dr H Kem. Pertama, dicetak dalam aksara Jawa, dan kedua dalam aksara
Latin dengan keterangan bahasa Belanda.
Sampai
pertengahan tahun 1978, naskah Negarakertagama yang ditemukan di Puri
Cakranegara itu dianggap sebagai satu-satunya naskah Negarakertagama karya Empu
Prapanca, sehingga naskah itu menjadi kurang populer.
Menurut
Drs Ngurah Bagus, dan Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Cabang
Singaraja, di media cetak ibukota terbitan 7 Juli 1978, pelbagai naskah
Negarakertagama ternyata banyak tersimpan di Bali.
Satu
naskah Negarakertagama tersimpan di Amlapura (Karangasem), satu di Geriya
Pidada (Klungkung), dan dua lagi di Geriya Carik (Sideman, Karangasem).
Penemuan empat naskah Negarakertagama di Bali dan satu di Lombok ini
membangkitkan kepopuleran Negarakertagama yang berbeda sekali dengan waktu
sebelumnya.
Meski naskah Negarakertagama ditemukan tahun
1894 di Puri Caknanegara Lombok tapi Dr JLA Brandes belum tertarik untuk
mempelajarinya. Barulah enam tahun kemudian, setelah naskah terjemahan Pararaton
selesai, yakni 1902, Brandes mulai mempelajari Negarakertagama dengan
menerbitkan teksnya dalam huruf Bali dalam seni VBG LIV bagian I. Terjemahan
Negerakertagama oleh Brandes itu selesai tahun 1898 dan kemudian diterbitkan
oleh FDK Bosch dalamTBG LVIII, halaman 528 dan seterusny.
Bahan uji materi 3
Setelah
melihat teks Negarakertagama, tahun 1903 H Kem menulis makalah berjudul De
Nagarakretagama, Oud-Javaansc lofdicht op Koning Hayam Wuruk van Majapahit
dalam Indische Gids. Namun, sampai Brandes meninggal pada 26 Juni 1905 di
Jakarta, dia tak pernah menerbitkan Negarakretagama dalam bentuk buku.
Bermaksud
menandingi Brandes, H Kem menerbitkan teks dan terjemahan Negarakertagama dalam
BKI sejak 1910 sampai 1914, yang kemudian dikumpulkan dalam Verspreide
Geschriften (VG) VII dan VIII yang terbit tahun 1917 dengan judul De
Nagarakretagama, Oud Javaansch lofdicht op Koning Hayam Wuruk van Majapahit. Pada 1910, NJ Krom datang ke Hindia
Belanda melanjutkan pekerjaan Brandes. Dengan
membahas transkripsi prasasti-prasasti peninggalan Brandes, pada 1913 dia
menerbitkannya dalam seri VBG LX dengan judul Oud-Javaansche Oorkonden.
Nagelaten transcripties van wljlen Dr JIA Brandes.
Bahan uji materi 4
Di antara prasasti-prasasti yang dipelajari Krom
itu, berasal dari zaman Singasari dan Majapahit. Dengan demikian, terbitan Krom
menambah sumber sejarah penting tentang Singasari dan Majapahit yang lebih
dapat dipercaya daripada Pararaton dan Negarakretagama. Di samping itu, Krom
juga berhasil menerbitkan terjemahan Prasati Prapancasarapura (1912), Prasasti
Berumbung (1916). Prasasti Batur (1916), dan Prasasti Trowulan (1919), disamping
Het Oud-Javaansche lofdicht Nagarakretagama van Prapanca (1365 AD), di
‘sGiavenhage, 1919.
Bahan uji materi 5
Sepeninggal
H Kem tahun 1917, Negarkertagama terbitannya digarap NJ Krom dengan beberapa
perbaikan dan tambahan yang diterbitkan pada 1919. Juga, Pararaton karya Brandes digarap lagi dengan bantuan beberapa sarjana
lain dan diterbitkan dalam seri VBG LXII tahun 1920. Yang perlu dicatat di
sini, kepercayaan Krom terhadap Negarakertagama terlalu besar, lebih besar dari
kepercayaannya kepada Pararaton.
Bahan uji materi 6
Kepercayaan masyarakat sejarah terhadap
Negarakertagama semakin kuat akibat penemuan empat naskah Negarakertagama di
Bali dan Lombok. Penemuan ini juga membangkitkan kepopuleran Negarakertagama
yang berbeda sekali dengan waktu sebelumnya. Apalagi setelah diketahui bahwa
naskah-naskah itu berada di tangan masyarakat biasa dan bukan semuanya disimpan
di puri/keraton. Hal ini menunjukkan bahwa naskah Negarakertagama memang sudah
dikenal di masyarakat Bali Kuno sampai sekarang. Tapi, mengapa naskah
Negarakertagama banyak ditemukan di Bali? Ikuti kisahnya pada edisi berikutnya.
(RM Yunani Prawiranegara, Pengamat Sejarah dan Kebudayaan). NusaBali – Selasa,
19 Mei 2009.
Bahan uji materi 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarlah dengan baik dan sopan. Pasti akan dibalas oleh pemilik. Mohon jangan mengandung unsur kasar dan sara, mari berbagi pengetahuan, silakan kritik karena kritik itu membangun dan membuat sesuatu menjadi lebih baik