DUSTA SEJARAH KISAH KEN AROK, PERANG BUBAT & SUMPAH
PALAPA
Analisa Data Statistik
Dari statistik yang coba dikumpulkan,
berdasarkan nama-nama orang atau para pelaku dalam Kitab Pararaton, terlihat
hampir 85% nama-nama dalam nuansa yang biasa dalam pelafalan dan keseharian
orang-orang Sunda, dari jumlah nama yang ada. Sekitar 55% nama-nama dalam
nuansa yang biasa dalam pelafalan dan keseharian orang-orang jawa. Maka, ada
selisih 30% adalah ada nama-nama yang biasa dipakai oleh kedua suku bangsa itu.
Berdasarkan data ini, dicoba untuk disimpulkan
bahwa yang membuat kitab Pararaton adalah mereka yang kental sekali atau
paham/fasih berbahasa Sunda. Dilihat dari daftar jumlah para pelaku yang
terlibat dalam kitab Pararaton sungguh fantastis, terlihat dengan jumlah total
lebih dari 200 nama, dengan nama-nama berbeda, walau pun dalam kitab Pararaton
sendiri sering mengambil nama alias, artinnya 1 orang bisa mendapat nama 2 atau
lebih nama, atau bisa juga 1 orang hanya mewaliki 1 nama.
Statistik ini memberikan ukuran jumlah nama,
bukan jumlah orang, untuk sebuah buku yang hanya berjumlah 35-an lembar dengan
format tulisan misal Tahoma dan skala font 11, sungguh fantastis bisa menghasilkan
lebih dari 200 nama, sementara isi dari kitab pararaton sendiri bersifat semi
fiksi, artinya si pengarang akan ada kesulitan besar dalam membuat dan
menyesuaikan nama-nama tersebut sesuai urutan waktu kejadian dan tempat, dan
diyakini akan muncul deviasi atau penyimpangan dari pemilihan-pemilihan
nama-nama itu.
Penyimpangan-penyimpangan nama itu adalah
keuntungan untuk para penganalisa, soalnya kecendrungan nama yang diberikan
akan sangat terpengaruh oleh latarbelakang si pengarang atau pembuat, keuntungannya
itu yaitu untuk menganalisa identitasnya walaupun hanya secara garis besar.
Dilihat dari nama-nama yang muncul dan hasil
prosentase yang coba dilakukan, terlihat nama-nama dalam nuansa Sunda yang
paling dominan, seperti yang tadi disampaikan, bahwa si pembuat adalah mereka
yang paham dan terbiasa dengan nama-nama keseharian dari orang Sunda.
Dalam hal ini bukan bermaksud untuk mengatakan
bahwa ini rekayasa dari orang-orang suku Sunda, tapi bisa jadi oknum, yang
mungkin dari para sastrawan Sunda atau pihak lain yang sangat paham tentang
adat dan kebiasaan dari orang Sunda.
Satu hal lagi, ada beberapa nama yang ditemukan
yang biasanya nama-nama itu terdapat dalam kehidupan masa kini suku Sunda (red,
penulis asli Sunda juga), seperti : Cucu, Kebayan, Tita, Tati, dan Macan
Kuping. Paling tidak nama-nama itu, nama-nama yang diperkirakan muncul dan
biasa tersebar pada kisaran abad sekarang ini atau satu abad sebelumnya paling
tidak.
Apakah ini salah penerjemahan atau memang begitu
adanya. Kalau memang begitu adanya berarti kitab ini belum lama diciptakan atau
dibuat, masih dalam kisaran 1 sampai dengan 2 abad sebelumnya atau sekitar abad
19 dan abad 20.
penulis bener pisan,,,, pararaton di tulis sperti yg sudah hapal, tau kejadian detil tiap orang nya.. aneh,, klu jamaan sekrang komik lah.
BalasHapus