DUSTA SEJARAH KISAH KEN AROK, PERANG
BUBAT & SUMPAH PALAPA
Latar Belakang
Dokumentasi-dokumentasi
sejarah inilah seharusnya sebagai acuan bagi siapa pun untuk menjadi sumber
inspirasi bagi pengembangan cerita sejarah. Dokumentasi-dokumentasi ini pun
mungkin sudah tereduksi oleh perjalanan perpolitikan negara dan sosial budaya
masyarakat, terutama lamanya waktu kita dijajah oleh bangsa asing, tentunya
mereka para penjajah mempunyai kepentingan-kepentingan politis, dan sangat
mungkin juga informasi sejarah yang valid bisa diubah sesuai kepentingan
mereka.
Pemerintah
dalam hal ini harus menjadi penengah bagi niat pelurusan sejarah yang telah
tereduksi, dengan cara melakukan riset sejarah, usaha untuk pengumpulan
bukti-bukti sejarah lagi secara maksimal. Dokumentasi-dokumntasi sejarah yang
disimpan di Museum Nasional Indonesia harus
dibuka ke publik, untuk dijadikan bahan dasar pengujian materil, bahan riset,
wacana dan lain sebagainya, sehingga informasi dari sejarah dari
dokumntasi-dokumentasi itu dapat dioptimalkan.
Pemerintah
tidak harus mengeluarkan biaya besar untuk sebuah riset dan uji materil dari
bukti-bukti dan dokumentasi-dokumnetasi sejarah itu, karena dengan
mempublikasikannya sebenaranya riset itu sendiri sudah dimulai dan publiklah
para pelaku utamanya.
Setidaknya
ada beberapa pertanyaan mendasar dalam rangka menelusuri jejak asal muasal dari
kebenaran apa yang ditulis dalam kitab Pararaton :
- Kapan kitab itu dibuat, atau pada kisaran jaman mana? kalo dalam kitab pararaton sendiri dalam bagian akhirnya dsebutkan bahwa kitab itu ditulis pada tahun saka 1535 atau ekuivalen dengan 1613 Masehi, pertanyaan selanjutnya apa benar data itu soalnya, kitab aslinya atau versi penerbitan terakhir pun menurut informasi ada di Museum Nasional Indonesia yang tahun pencetakanya tertera 1976 Masehi, dan awal mula kitab Pararaton itu ditemukan oleh bangsa asing Belanda, kemudian diteliti oleh sejarawan Belanda yaitu oleh DR Jan Laurens Andries Brandes disingkat DR JLA Brandes, dipanggil Brandes kisaran tahun 1800 sampai dengan 1920 Masehi.
- Bagai mana dengan identitas si pembuat atau si pengarang itu, apa dan bagai mana latar belakang budayanya, bagai mana juga tentang riwayat pendidikannya? ini akan menjadi curriculum vitai si pembuat, dan ini juga dalam rangka usaha dan upaya menilai sejauh mana keabsyahanya dari tingkat keraguan terhadap informasi yang diberikan
- Apa motif dasar yang melatarbelakangi dan menjadi tujuan penulisan kitab itu? Apakah hanya cerita fikisi yang didalamnya disertai dengan memuatan informasi-informasi sejarah? Atau memang buku itu tujuan utamanya untuk memberikan informasi catatan sejarah tetapi dibalut dengan narasi fiksi?
- Apakah isinya dan data-data yang dimuat dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya, bagai mana pula referensi pembuktian yang dia miliki seperti apa?, dan dari mana dia mendapat referensi sejarahnya itu?
Tapi
kelihatanya pertanyaan terakhir perlu waktu lama dan khusus untuk membahasnya,
soalnya sudah beberapa puluh atau ratus ahli sejarah sudah mencoba menganalisa
dan melakukan riset, tapi tetap pada akhirnya tidak ada justifiksi pasti
tentang kitab Pararaton.
Masih
memerlukan waktu diskusi dan pencarian lebih lanjut, lumayan memakan waktu dan
energi tidak sedikit, belum lagi pembuktian secara bukti sejarah. Itu yang
bikin repot, soalnya sangat minimnya dokumentasi-dokumentasi sejarah itu
tadi.
Selama ini
para sejarawan atau pengamat sejarah, hanya mampu kasak kusuk tidak bisa
membantah secara tegas dan langsung dengan karya bukti ilmiah, yang secara
keseluruhan dapat mengubah pola pandang masyarakat.
Ada memang
beberapa pihak yang melakukan itu, tapi masih bersifat parsial tidak bisa
mengubah secara keseluruhan. Tidak ada forum resmi yang terus menerus
mempublikasikan hasil akhir dari sebuah temuan dan kesimpulan tentang bagai
mana sejarah itu berlangsung dengan fakta yang benar, dan berani mengatakan
serta menjustifikasinya, dan tidak pernah ada pengumuman resmi tentang
pengelompokan kitab Pararaton. kitab Pararaton apakah itu masuk kedalam
kelompok jenis buku yang mana, sehingga ada filter dari masyarakat dalam
mensikapinya.
dengan hormat mas Enjang
BalasHapussaya bkn ahli sejarah, begitulah kondisi sejarah yang ada, ga usah jauh - jauh kebelakang yang sumber nya sudah kelewat waktu dan keadaan. coba buktikan kebenaran " Super Semar " yang sumber dan waktunya serta pelakunya masih ada toh blm bisa dibuktikan dengan benar. jadi jangan menyalahkan sejarah atau kitab - kitab yang ada, tapi tidak bisa memberi solusi yang benar malah menambah kebingungan yang membaca.mohon maaf
Maaf Kang kilmaung, Mas Enjang jelas2 mencoba mengupas kitab ini dari segala sudut pandang, dan itu berarti tidak berusaha mempersalahkan, mungkin saja pada akhirnya kitab itu mirip seperti Novel Three Kingdom yg dari china itu, secara kejadian bener plotnya bersejarah, tp kisahnya diromanisasi. coba simak kalimat terakhir diatas " ..... kitab Pararaton apakah itu masuk kedalam kelompok jenis buku yang mana, sehingga ada filter dari masyarakat dalam mensikapinya...."
BalasHapusjustru kallimat itu menghimbau untuk sejarahwan menggali lebih dalam dalam dan akhirnya menyimpulkan kitab2 similar termasuk jenis yang man, novel kah? buku sejarah kah? agar masyarakat jelas menyikapinya. CMIIW
sejarah itu menceritakan yang menang.....terserah mereka mau menulis apa.......
BalasHapusKarena untuk peristiwa yang samapun, kita akan menilai kejadian itu berbeda beda. Mau bukti? kalo kta lihat orang kena penalty...wasit/hakim garis/pemain lawan dan suporter akan berbeda dalam penilaianya. Jadi kalo memang anda mau membuktikan ketidak benaranya, anda berarti bias menunjukkan yg benarnya..
to anonim : suatu penemuan/berita jgn lgs dinilai salah ato benar, klo salah ato bener sll bersamaan.
BalasHapuskalo dari yang pernah saya dengar dari praktisi sejarah, mitos ken arok, ken dedes dll, dan perang bubat itu adalah rekayasa dan pembelokan sejarah oleh penjajah belanda waktu itu mengenai nenek moyang para raja mataram islam di jogja dan solo...
BalasHapusdan akan sangat masuk akal dari temuan sejarawan belanda yg mengidentifikasi bahwa kemungkinan kitab2 tersebut antara tahun 1800 sampai dengan 1920...
masa-masa tersebut adalah puncak perlawanan dari bangsa Indonesia dimulai dari perang Diponegoro 1825 sd 1830 dan juga pergerakan nasional mulai dari Budi Utomo 1920...dan seterusnya..
tujuan penjajah belanda dengan membuat kitab2 tersebut adalah ingin melemahkan mental dr bangsa Indonesia dengan menunjukan bukti "sejarah" bahwa nenek moyang bangsa Indonesia dalam hal ini pangeran Diponegoro itu adalah seorang berandalan, pembunuh, perampok dsb yang beruntung bisa menjadi raja singosari yang kemudian diteruskan menjadi majapahit sampai dengan mataram islam...
Analisis sejarah. Situ sejarawan ? arkeolog ?
BalasHapusBisa jadi si empunya blog memang sejarawan. Bisa jadi bukan, tapi memiliki tulisan ini dari seseorang yg mendalami sejarah. Nah...intinya, jangan selalu phobia dengan wacana baru. Karena phobia adalah warisan rezim militer. Waspadalah!
HapusHanya dengan tangan2 luhurlah bisa membuat rakyat berpikir tidak pakai akal akan tetapi sdh bisa memakai nalurinya untuk menelaah bahwa leluhur NUSWANTARA memang betul2 luhur budi pekertinya.....Rahayu.
BalasHapusTiap tiap wangsa,trah,ataupun dinasti penguasa pada jamannya pastilah mempunyai ahli2 sastra ataupun pujangga yang menyerat silsilah turun temurun leluhur penguasa pada jamanya berikut dengan adanya bukti2 peninggalan yang ada walaupun tinggal sedikit bukti peninggalan tsb untuk kita teliti lbh dalam pada jaman sekarang...analisa orang awam.mhn penjelasan..
BalasHapuspenulis benar,,, pararton kitab karangan wlaupun ngambil dikit dari sejarah,,,terutama ken arok, kendedes cuma mitos,,,,, andai benar pendirian sebuah negri (tumapel/singasari) pasti ada prasasti nya.. cerita arok dedes, gandring, ametung begitu gamblang seperti novel,,,,
BalasHapus