DUSTA SEJARAH KISAH KEN AROK, PERANG
BUBAT & SUMPAH PALAPA
Kesimpulan dan Akhir
Kesimpulan
akhir dalam proses penyidikan yang sudah dilakukan adalah sebagai berikut:
- Bahwa melalui bukti-bukti materil yang didapat, kemudian dianalisa dari beberapa sumber terkait dan atas dasar kesaksian para ahli sejarah (Nj Krom dan GP Rouffer) pada waktu itu, serta didukung dengan fakta-fakta yang telah dianalisa pada penyidikan, bisa ditarik kesimpulan bahwa kitab-kitab Pararaton, kitab Kidung Sunda, dan kitab Sundayana adalah kitab-kitab penuh rekayasa.
- Para tersangkanya adalah DR. JLA Brandes, para sarjana sekaligus sebagai tersangka utama pemalsuan kitab Pararaton dan C.C Berg tersangka sekaligus tersangka utama juga untuk perbuatan pemalsuan kitab Kidung Sunda dan kitab Kidung Sundaya
- Kecuali ada pembuktian lain yang memberikan dan mengatakan keasliannya dari kitab-kitab yang disebutkan diatas sebagai data otentik bahwa kitab itu asli dari zaman sejarah dan bukan hasil rekayasa, kesimpulan ini harus dilakukan pengkajian dan penyidikan ulang¸dan batal demi hukum
- Selanjutnya demi kepentingan hukum, dengan sendirinya kisah Ken Arok dan perang Bubat adalah kisah sejarah yang tidak benar, penuh kebohongan, dan rekayasa. Alat bukti sejarah tentang kisah perang Bubat sama sekali tidak ada, apakah itu prasasti-prasasti di Jawa Timur asal kerajaan Majapahit berdiri, atau prasasti-prasasti di Jawa Barat asal dari kerjaan Sunda Galuh berada, belum pernah ditemukan.
- Karena prasati-prasatilah yang menjadi alat ukur pembuktian hukum yang utama untuk setiap kebenaran sejarah di nusantara, karena memuat data dokumentasi tertulis dan mendapat segel yang tidak mungkin diubah keasliannya. Seandainya ada bukti lain tentang perjanjian antara kerajaan Sunda Galuh dengan Majapahit dan sekaligus menyangkal kejadian perang Bubat, itu lebih baik. Proses penyidikan akan diulang, seandainya ada alat bukti-bukti baru sejarah tentang perang Bubat juga, akan lebih berarti.
- Bahwa pengkisahan tentang Mahapatih Gajah Mada telah melakukan sumpah yang terkenal dengan nama supah Palapa adalah kejadian yang tidak benar (red, Sumpah Palsu),
- Logikanya, dalam hal memutuskan rencana invasi dan perluasan wilayah ke negara lain atau juga rencana perang, tidak mungkin hanya keinginan seorang manusia apalagi kedudukannya sebagai seorang patih, tentunya ini harus melalui keputusan bersama dari seluruh pejabat istana kerajaan Majapahit, serta mendapat dukungan luas dari masyarakatnya, tidak mungkin hanya didasari oleh sebuah sumpah, taruhannya terlalu besar.
- Isi sumpah Palapa tentang daerah-daerah yang mau ditaklukan pada saat itu, tidak mewakili daerah-daerah seluruh nusantara yang dikenal sekarang, dan ini juga merupakan sebuah alibi untuk pengkerdilan pengakuan nusantara sebagai tujuan tambahan dari motif pembuatan kita-kitab itu oleh pihak yang berkepentingan, dalam hal ini penjajah Belanda.
- Kitab Pararaton lebih terkenal dan masuk mempengaruhi nuansa alur sejarah bangsa Indonesia karena kekuatan kekuasaan dari para penjajah dalam mempublikasikan dan mempropagandakannya.
Akhir kata,
niat penulis melakukan penyidikan dan pembuktian atas kebenaran dari
kitab-kitab yang mempengaruhi alur sejarah Bangsa Indonesia ini, tiada lain
atas ketidakrelaan bangsa Indonesia terpecah belah, dan mencoba mengingatkan
bahwa alur sejarah yang sudah dianggap kebenaran umum, sebanarnya telah
dibelokan oleh para penjajah Belanda, yang telah menginjak-nginjak harga diri
bangsa Indonesia sekian lamanya, 350 tahun waktu bangsa ini dalam genggam
seenak udel mereka.
Bangsa ini
jangan sampai dijajah dengan jejak-jejak pikiran-pikiran mereka yang tersisa
untuk kedua kalinya, walau dengan cara yang berbeda. Waktu 350 tahun adalah
harga mati yang tidak boleh terulang lagi. Sisa-sisa jejak mereka pun harus
dihapus bersih dari tanah air Indonesia tercinta.
Kewajiban
dari para ilmuwan dan para serjana-lah, yang seharusnya memajukan pola pikir
bangsa ini, jangan sampai terkungkung oleh sesuatu yang tidak realistis dan
tidak masuk logika.
Semoga
Kemakmuran dan Kesejahteraan selalu milik Nusantara indahku, Bangsaku, dan
Tanah Air Tercintaku, serta rasa nyaman dipelukan Ibu Pertiwiku nan Elok lagi
Puji Bestari.
Salam Damai
Negeriku, Salam Sejahtera Nusantaraku
Wassalam
Penulis
Nb: Mohon
maaf penulis tidak sempat memohon izin atas semua saduran referensi dari
teman-teman, semoga hasil ini manfaat demi masyarakat luas dan bangsa tercinta.
Yakinlah, kebenaran itu pasti terungkap
Referensi :
- Http://www.parisada.org/
- Wikipedia online :
- C.C. Berg, 1927, ‘Kidung Sunda. Inleiding, tekst, vertaling en aanteekeningen’. BKI 83: 1 – 161.
- C.C. Berg, 1928, Inleiding tot de studie van het Oud-Javaansch (Kidung Sundāyana). Soerakarta: De Bliksem.
its nice to read a useful article for beginner like me. Some of points from this article are very helpful for me as I haven’t considered them yet. I would like to say thank you for sharing this cool article. Bookmarked and sharing for friends.
BalasHapus1992 Isuzu Trooper AC Compressor
I’m also a beginner in writing some articles like this, thanks for stopping by at my blog, if a part of this article is use for you, I am very grateful, but don’t believe in full, You must be many more references, I would like to say thank you too, if you want to be sharing my articles for the others...
BalasHapusbrilliant...
BalasHapusthanks, but please give me something for improvement...
BalasHapusSubhanalloh...hatur nuhun kang enjang..ini sangat bermanfaat.
BalasHapusAmin, thanks gan, coba kalo ada waktu baca tentang " Ken Angrok menggugat Mbah Google" ada sedikit kelanjutnya dengan artikel ini.
Hapuskang, ane masih bingung soal nama2 sunda dan jawa.bukankah dulu saat kedua kerajaan besar itu ada bahasanya sama juga dengan bali, tapi seiring berjalannya waktu jawa sunda bali mempunyai bahasa sendiri2 bahkan didaerahku juga bisa dibilang sub-javanese(brebes)karena tdk 100% jawa.beri pencerahan gan soale ane yg dari kecil ga percaya da perang bubat.
BalasHapusya, memang betul gan, bahasa yg ada sekarang bisa jadi berasal dari satu rumpun bahasa yg sama, tidak ada satu bahasa dimuka bumi ini yang independen, pasti terkena pengaruh bahasa ibunya dan campuran bahasa lain, liat Inggris, lebih dari 90% merupakan bahasa campuran dari berbagai bangsa.
Hapussansekerta bisa jadi bahasa Induk dari beragam bahasa yg ada di Nusantara, kpn mulai tercampuri dengan bahasa lain, ya ketika suatu kelompok bangsa sudah bercampur dengan bangsa-bangsa lainya.
Dalam kasus Pararaton, nama-nama yang ane curigai lebih kearah bahwa nama-nama tersebut adalah nama-nama masa kini, artinya Pararaton bukanlah dibuat pada masa kisaran abad 16 atau sebelumnya, tapi abad yg tidak begitu lama dengan masa hidup kita sekarang, misal Cucu Puranti, Cucu dalam bahasa sunda incu,level ke-3 keturunan dalam silsilah keluaarga, tapi dikalangan orang Sunda banyak beredar nama "Cucu"....apakah nama ini berlaku dijaman tempo dulu, kisaran abad yang ane sebutkan diatas...kayanya gak mungkin...tp bisa jadi mungkin...yang ane tahu nama itu nama masa kini, ane belum pernah tahu nama itu terdapat era masa lamapau, data sejarah masa lampau. sekian thanks gan
test
HapusMenarik. Terima Kasih atas pencerahannya. Meminjam istilah yang digunakan teman saya, bahwa Indonesia (atau Nusantara) ini terlalu banyak pemegang sahamnya, karena terlalu berharga. jadi harus dibuat rusuh supaya mudah dikendalikan.
BalasHapusSampai sekarang (dari obrolan kami beberapa minggu yang lalu) masih terasa sekali sentimen orang sunda terhadap orang jawa (kebetulan istri saya anak orang sudah dan saya anak orang jawa, hehehe)
Saya ingat ceramah seorang peneliti yang menyatakan bahwa sebenarnya suku daya dulunya muslim, tapi untuk kepentingan penjajahan, mereka diisolasi dan dikabarkan sebagai animisme. sehingga setelah ratusan tahun diisolasi dihutan-hutan, anak keturunannyapun menjadi kehilangan arah. Semoga banyak yang sadar dan menyadari bahwa sebenarnya kita sedang dipecah belah oleh para pemegang saham tersebut agar tidak bersatu dan menjadi kuat.
ya...tentunya tumbuhnya kesadaran itu harus dibarengi dengan usaha dari setiap kita yang pedulu ya gan...dan para ilmuwan atau siapapun harus berusaha memperjuangkan kesadaran tersebut....mksh gan
BalasHapusBagus sekali penjelasannya agan....saya sejak dulu emang sudah curiga sama buku2 sejarah yang ada selama ini,karena kebanyakan terbitan dari penjajah belanda...bisa saja mereka(penjajah belanda) dengan seenak hatinya mengubah isi dari kitab2 tersebut sekehendak hatinya,sebagai propaganda atau penumpasan terhadap gerakan perjuangan kita pada jaman dahulu...saya setuju kalo pemerintah sekarang membuat proyek penelitian untuk pelurusan sejarah bangsa kita dan hasilnya di gunakan untuk mengganti semua buku2 pelajaran sejarah yang di ajarkan disekolah2....dan kalo bisa pemerintah juga merayu ato meminta manuskrip2 peninggalan kita yang ada di musium2 di luar negeri...
BalasHapusteruskan pencarian sejarahnya pak... sampai kenegeri belanda dan cina... semoga Allah meridhai..
BalasHapusMembuktikan terjadinya Perang Bubat? gampang mas. Coba cari aja di daerah Babat, ada ndak sisa2 kerangka manusia atau senjata2 yg mungkin terpendam. Soalnya manusia prasejarah aja bisa ditemukan sisa kerangka2nya di Ngawi , Solo dan Tulungagung lengkap dengan kapak batunya. masa di Babat eh Bubat yg katanya perang besar (60.000 orang dari Sunda) ga ada bekasnya sama sekali? Atau mungkin bisa ga ada bekasnya kalau setelah selesai perang datang pengumpul besi tua yg menyerbu dan mengambili sisa2 peralatan perang tersebut??
BalasHapusMaaf kawan, sekedar intermezzo, tidak ada maksud SARA. Soalnya capek banget bacanya. Tapi saya akui, blog ini memberi pencerahan pikiran dibanding dg mainstream sejarah Indonesia. Salute buat Bang Ejang HR, teruslah berkarya meskipun mungkin penuh kontroversi. Ingat kata kuncinya : Sejarah hanya benar untuk pemenangnya (Penguasa)
Luar biasa... Alhamdulillah... blog ini mencerahkan sekali. semoga kang Enjang istiqomah dalam menyampaikan kebenaran dan keraguan akan sejarah.
BalasHapusMenarik analisanya begitu berani...tegas namun rumit dlm penyampaiannya..
BalasHapusluar biasa.. lanjutkan mas
BalasHapusSaya sangat menghargai dugaan awal tentang ketidakbenaran adanya Perang Bubat, Sumpah Palapa dan Kitab2 versi Belanda tersebut, namun selanjutnya saya berharap dapat ditemukan bukti otentik (seperti prasasti) ataupun bukti konkret/fisik lainnya, untuk mendukung dugaan ketidakbenaran diatas. selamat melanjutkan..
BalasHapusHebat....sudah lama nyari tulisan yg mengkritisi soal sejarah seperti tulisan kang Enjang ini...teruskan ya kang...sy yakin para leluhur kita orng2 yg BERBUDI LUHUR,penuh welas asih & TIDAK BODOH...bahkan sebelum masuknya agama2 impor ke negeri ini. Semoga kang Enjang dan keluarga diberkati dan dilindungi untuk terus menulis & MELURUSKAN SEJARAH nenek moyang bangsa kita aminnn.
BalasHapusSiippp mas Ejang..
BalasHapusMungkin sekedar info aja, dr blog sebelah..soal pasasti mula malurung:
http://indonesia-life.info/kolom2/msgview/11900/59805/no/59805.html
Di antara para raja di atas hanya Wisnuwardhana dan Kertanagara saja yang didapati menerbitkan prasasti sebagai bukti kesejarahan mereka. Dalam Prasasti Mula Malurung (yang dikeluarkan Kertanagara atas perintah Wisnuwardhana) ternyata menyebut Tohjaya sebagai raja Kadiri, bukan raja Tumapel. Hal ini memperkuat kebenaran berita dalam Nagarakretagama. Prasasti tersebut dikeluarkan oleh Kertanagara tahun 1255 selaku raja bawahan di Kadiri. Dengan demikian, pemberitaan kalau Kertanagara naik takhta tahun 1254 dapat diperdebatkan. Kemungkinannya adalah bahwa Kertanagara menjadi raja muda di Kadiri dahulu, baru pada tahun 1268 ia bertakhta di Singhasari. Diagram silsilah di samping ini adalah urutan penguasa dari Wangsa Rajasa, yang bersumber dari Pararaton.
Prasasti Mula Malurung
Mandala Amoghapāśa dari masa Singhasari (abad ke-13), perunggu, 22.5 x 14 cm. Koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.
Penemuan prasasti Mula Malurung memberikan pandangan lain yang berbeda dengan versi Pararaton yang selama ini dikenal
mengenai sejarah Tumapel.
Kerajaan Tumapel disebutkan didirikan oleh Rajasa yang dijuluki "Bhatara Siwa", setelah menaklukkan Kadiri. Sepeninggalnya, kerajaan terpecah menjadi dua, Tumapel dipimpin Anusapati sedangkan Kadiri dipimpin Bhatara Parameswara (alias Mahisa Wonga Teleng). Parameswara digantikan oleh Guningbhaya, kemudian Tohjaya. Sementara itu, Anusapati digantikan oleh Seminingrat yang bergelar Wisnuwardhana. Prasasti Mula Malurung juga menyebutkan bahwa sepeninggal Tohjaya, Kerajaan Tumapel dan Kadiri dipersatukan kembali oleh Seminingrat. Kadiri kemudian menjadi kerajaan bawahan yang dipimpin oleh putranya, yaitu Kertanagara.
:) (y)
BalasHapusIndonesia dijajah Belanda 350 tahun ? only mitos , kenapa anda yang kelihatannya pinter percaya begitu saja dengan mitos tersebut.
BalasHapusBriliant,,,,
BalasHapusCara mengupas sebuah teka teki sejarah tersebut meskipun saya belum bisa menerima atau pun menolak argumen diatas,,,
Ini semua juga hasil 'analisa pribadi' anda kan, jadi bisa saja salah. Dikatakan bahwa sejarah dibuat tergantung apa kepentingan dari si pembuatnya, dan hal ini juga berarti analisa ini dibuat sesuai dengan keinginan si penulis, mungkin ada maksud tersembunyi atau tujuan tertentu dibalik ini semua?
BalasHapusMakanya km jg nganalisis, lalu adu argumen sm mas Enjan utk bktikn klo dy pria penuh modus, ya minimal ksh tau lah kekurangan analisa dy (klo elu org ilmiah sih, sy sih gk yakin).
HapusJgn bacot berbau nuduh analisis org. Sy yakin org spt anda tdk bc dr awal & akhir, lgsg buat opini srta narasi sempit. Klo tdk bs/mau buat masukan atau analisa tandingan, sy lbh tmbh yakin lg klo anda org yg hobi mbacotin analisis org drpd menganalisa sndiri.
Para pejuang dan orang orangbesar dan luhur pasti dari keturunan dari pejuang tangguh dan orang orang yang luhur,,,ken arok siapa dia,,? Saya sudah curiga itu palsu di trowulan dan sekitrnya ssya sering juga mengatakan antara demak dan mojopahit tidak terjadi perang,itucuma karangan belanda saja,supaya terjadi perpecahan antara islam dan hindu,,,terus berkarya bos,,dan tolong menguak tabir sejarah antara demak dan mojopahit,,sebab teman teman ditrowulan masih banyak yg tidak tahu,,,suwun bos!!!
BalasHapusPara pejuang dan orang orangbesar dan luhur pasti dari keturunan dari pejuang tangguh dan orang orang yang luhur,,,ken arok siapa dia,,? Saya sudah curiga itu palsu di trowulan dan sekitrnya ssya sering juga mengatakan antara demak dan mojopahit tidak terjadi perang,itucuma karangan belanda saja,supaya terjadi perpecahan antara islam dan hindu,,,terus berkarya bos,,dan tolong menguak tabir sejarah antara demak dan mojopahit,,sebab teman teman ditrowulan masih banyak yg tidak tahu,,,suwun bos!!!
BalasHapusmantaapppp kang,,,,
BalasHapusAssalamu'alaykum,
BalasHapussemua itu gara2 Belanda dan antek2nya yang banyak merekayasa. Belanda merampas bawa sembunyikan banyak sekali peninggalan2 buku2 kuno dan naskah2 kuno dari semua kerajaan2 di Nusantara. ᮛᮨᮔᮥᮀᮊᮔ᮪ ꦫꦼꦤꦸꦁꦏꦤ꧀ ᬘᭂᬦᬶᬓᬦ᭄