Selasa, 29 Mei 2012

MARI BELAJAR SEJARAH DARI FILIPINA I

MARI BELAJAR SEJARAH DARI FILIPINA
 
BAHAN MATERI TENTANG KEPALSUAN SEJARAH FILIPINA

Pada tahun 1996, The National Historical Institute (NHI) di Filipina, negaranya Aroyo dan Markos, kedua nama itu sebutan untuk presiden yang terkenal di negara itu, mengeluarkan pernyataan bahwa Kalantiaw, Sikatuna, Limasawa adalah bentuk kepalsuan sejarah. Yang pertama adalah tipuan, Hoax. Yang lain adalah produk dari kebodohan. Yang terakhir adalah hasil dari logika yang salah.

Pertama, Kalantiaw yang dimaksud ditujukan untuk Code of Kalantiaw (Kode Kalantiaw), isinya merupakan hukum terhadap berbagai hal yang menyangkut pidana, isinya mengerikan, sadis dan menimbulkan pertentangan agama, silakan baca di link ini tentang isi Kode Kalantiaw. Kedua, Sikatuna yang dimaksud ditujukan atas Ordo Sikatuna yang dibentuk berdasarkan keputusan pemerintah (sebut saja kepres) Filipina yang ditandatangani oleh Presiden Elpidio Quirino pada tanggal 27 Februari 1953. Dan masih dengan keputusan pemerintah tentang peringatan perjanjian Filipina dengan negara asing, yang kemudian pada era kepersidenan Gloria Macapagal Arroyo keputusan pemerintah ini dibatalkan, dengan alasan telah terjadi kesalahan sejarah.

Ketiga, Limasawa yang dimaksud ditujukan nama Pulau yang diduga menjadi bagian tidak terpisahkan dari Mindanau berdasarkan hipotesa yang dikisahkan oleh seorang seorang misionaris Jesuit, Fr. Francisco Combes ,SJ, bahwa Limasawa adalah tempat pertama yang dikunjungi oleh Magellan dan armadanya yang berlabuh dari 28 Maret - 4 April Maret 1521 ditandai dengan adanya acra Misa pertama kali pada jum’at Agung 1521.

Yang jadi masalah sejarah tentang Limasawa adalah apa yang digambarkan Fr. Francisco Combes ,SJ tentang Limasawa adalah sama dengan pelabuhan Mazaua tempat Magellan pertama kali berlabuh. Sedangkan secara data geologi, geografis, geomorfologi, arkeologi, kategori histriographic dan yang seperti dijelaskan oleh saksi mata berdasarkan kronik sejarah dari Antonio Pigafetta, Gines de Mafra, Francisco albo, Pilot Genoa, Martín de Ayamonte, serta perhitungan dari Antonio de Brito, Andrés de San Martín, Antonio de Herreray Tordesillas, dan Transylvanus Maximilianus bahwa Mazau adalah pelabuhan tempat Magellan berlabuh, dan dsinilah letak kontroversi sejarahnya, bukan Limasawa, tentunya setelah ada kajian ilmiah tentang Mazaua, tapi sebelumnya sejarah Filipina menerima apa yang disampaikan bahwa Limasawa adalah Mazaua yang dimaksud.

Masa 36 tahun sebelum pernyataan The National Historical Institute (NHI) diatas muncul sebuah kajian dan penelitian atas Kode Kalantiaw, kode yang pertama kali muncul di Legenda Kuno dari Pulau Negros terdapat pada sebuah buku atau kitab yang dianggap berasal dari seorang biarawan fiktif bernama José María Pavon tetapi sebenarnya adalah pemalsuan oleh José E. Marco (sekitar 1877 sampai dengan 1963) yang mengklaim telah menemukan kode Kalantiaw tersebut pada tahun 1913, selama masa itu hampir tidak ada yang mempertanyakan keasliannya, kode Kalantiaw bertahan selama lebih dari 50 tahun sampai seorang sejarawan, William Henry Scott, menyatakan bahwa kode itu merupakan sebuah penipuan sejarah, tahun 1968.

Datu Kalantiaw  adalah seorang yang disebut Bendahara Rajah Kalantiaw (red, Rajah=Raja), Kalantiaw kadang-kadang dieja Kalantiao, Mitos sejarah Filipina yang dikatakan telah menciptakan kode hukum pertama di Filipina, yang dikenal sebagai Kode Kalantiaw, dibuat pada 1433.

Kode Kalantiaw itu termuat dalam salah satu dari lima naskah yang diperoleh dari Jose E. Marco pada tahun 1914, yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Filipina.

Kode Naskah Antiguas Leyendas salah satunya (bagian dari Kode Kalantiaw) dijadikan sumber sejarah oleh Sejarawan William Henry Scott dan ditegaskan dalam tesis PhD-nya (doktoral) mengenai “Critical Study of the Prehispanic Source Materials for the Study of Philippine History” (Studi Kritis Bahan Sumber Prehispanic untuk Studi Sejarah Filipina). Tesis dari William Henry Scott menegaskan bahwa tidak ada bukti bahwa penguasa Filipina dengan nama Kalantiaw pernah ada atau bahwa setiap kode Hukum Pidana Kalantiaw lebih tua dari tahun 1914.

Scott, sebut saja begitu namanya, supaya cepat, berhasil mempertahankan tesis pada tahun 1968 di depan sidang panel sejarawan terkemuka Filipina, seperti sejarawan: Teodoro Agoncillo, Horacio de la Costa, Marcelino Foronda, Nicolas Zafra, dan Gregorio Zaide.

Tesis ini diterbitkan oleh University of Santo Tomas Press pada tahun 1968. Para Sejarawan Filipina setuju untuk menghapus dan menyebutkan Kode Kalantiaw untuk rujukan tentang sumbaer sejarah Filipina dimasa depan.

Pada awalnya seorang sejarawan bernama Josue Soncuya, memperkuat tentang Kode Kalantiaw dengan menerbitkan terjemahan Bahasa Spanyol dari kode Kalantiaw pada tahun 1917, dan menulis tentang hal itu dalam bukunyaHistoria Prehispana de Filipinas(Sejarah Prehispanik dari Filipina). Soncuya menyimpulkan bahwa Kode ini ditulis untuk Aklan karena kehadiran dua Aklanon bukan kata-kata Hiligaynon dalam teks, dan kata-kata Aklan, Pulau Panay ditambahkan kemudian ke versi terjemahan Soncuya itu ("Echo en al ano 1433 - Calantiao-3 Regulo").

Penulis lain sepanjang abad ke-20, dan sampai hari ini, mengakui bahwa mitos dari Kode Kalantiaw tidak lagi menjadi bagian dari sumbar sejarah untuk teks-teks sejarah standar di Filipina, meskipun mitos itu begitu, hoax, tapi masih tetap dipercaya oleh sebagian masyarakat terutama oleh sebagian besar kaum Visayans, Mindanau, Filipina tengah.

Data sejarah lain yang dipalsukan adalah tentang legenda yang sangat terkenal di Filipina yaitu Legenda Maragtas. Legenda yang berasal dari buah pikiran (terlalu kasar kalau disebut hasil halusianasi hehehe) Pedro A. Monteclaro, di Iloilo pada tahun 1907. Berdasarkan legenda tersebut maka lahirlah peringatan tentang Ati-atihan, yang merupakan festival dari sebuah karnaval yang dirayakan setiap tahunnya oleh masyarakat di Kalibo, Filipina pada hari raya Santo Nino, ditampilkan dengan cara para peserta memakai pakaian aneh-aneh, tubuh dilumuri cat warna-warni, tarian liar dan diringi nyanyi-nyayian di sepanjang jalan.

Legenda Maragtas ini menceritakan tentang proses migrasi penduduk dari Kalimantan sekitar abad ke-13, ada yang menegaskan kisaran tahun 1250 masehi, terdiri dari sepuluh datu yang mencari kebebasan alih-alih menghindar akibat pemerintahan yang kejam dari seorang Raja yang bernama Makatunaw di Kalimantan. Rombongan kesepuluh datu, tentunya dengan para pengikutnya, dipimpin pula oleh sepasang suami istri yaitu Ati Marikundo dan Maniwantiwan, Makanya nama perayaan Festival Ati-atihan diambil dari nama tersebut.

Legenda Maragtas ini sendiri sejatinya dipercaya sebagai awal mula terbentuk atau lahirnya bangsa atau penduduk Filipina, dan itu sudah terpatri dibenak masyarakatnya, bahkan sampai saat ini kepercayaan dan keyakinan itu masih dianut oleh sebagian kaum, dibeberapa daerah Filipina. Adalah para ilmuwan seperti H. Otley Beyer, Robert B. Fox dan F. Landa Jocano, juga yang lainnya yang mencoba melakukan kajian dan penelitian terhadap kebenaran tentang legenda tersebut.

Legenda Maragtas intinya menerangkan tentang teori migrasi dan para ilmuwan secara jelas menolak ide migrasi dari Legenda Maragtas tersebut, mereka menyatakan bahwa teori migrasi yang berdasarkan Legenda Maragtas terlalu sederhana, sedangkan menurut penelitian dari bukti-bukti sejarah, jauh sebelum tahun yang ditunjukan oleh legenda tersebut didapat bahwa penduduk Filipina telah terbentuk. Berdasarkan teori migrasi hasil kajian dan penelitian mereka menyatakan bahwa proses terbentuknya bangsa Filipina sangatlah komplek, terlahir dari proses asimilasi budaya yang beraneka ragam, tidak bisa dijelaskan secara sederhana oleh sebuah legenda yang nyata-nyata adalah hasil karya imagenier dari sesorang yang bernama Pedro A. Monteclaro.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarlah dengan baik dan sopan. Pasti akan dibalas oleh pemilik. Mohon jangan mengandung unsur kasar dan sara, mari berbagi pengetahuan, silakan kritik karena kritik itu membangun dan membuat sesuatu menjadi lebih baik

Creative Commons License
MENGUAK TABIR SEJARAH NUSANTARA by Ejang Hadian Ridwan is licensed under a Creative Commons Attribution 3.0 Unported License.
Based on a work at menguaktabirsejarah.blogspot.com.
Permissions beyond the scope of this license may be available at http://menguaktabirsejarah.blogspot.com.