TEORI PEMBENTUKAN
NUSANTARA
Tentang Jenghis Khan
Nama gelaran panglima besar
atau kaisar dari pasukan tentara mongol itu tiada lain yaitu Jenghis Khan (raja
diraja) atau Sang Penakluk, yang terlahir dengan nama Temüjin, anak sulung
Yesügei, pemimpin suku (klan) atau ketua suku Kiyad (Kiyan). Sedangkan nama
keluarga dari Yesügei adalah Borjigin (Borjigid). Temujin dinamakan seperti
nama pemimpin suku musuh yang ditewaskan ayahnya.
Jenghis Khan (bahasa Mongolia: Чингис
Хаан), juga dieja Genghis Khan, Jinghis Khan,
Chinghiz Khan, Chinggis Khan, Changaiz Khan, atau sesuai pelafalan dari bangsa-bangsa
lain untuk sebutan namanya, nama asalnya, Temüjin, juga dieja Temuchin atau TiemuZhen,
(lahir sekitar 1162 masehi sampai kematianya tanggal 18 Agustus 1227 masehi)
adalah khan (kaisar atau raja) Mongol sekaligus Panglima besar pasukan tentara
perang yang menyatukan bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa didaratan Mongolia
yang kemudian mendirikan Imparium kekaisaran Mongolia dengan menaklukkan
sebagian besar wilayah di Asia, termasuk utara Tiongkok (Dinasti Jin), Xia
Barat, Asia Tengah, Persia (kesultanan Kwarizmi), sebagian Eropa dan diawali
dengan penaklukan suku-suku bangsa Mongolia itu sendiri.
Temujin lahir di daerah pegunungan Burhan
Haldun, dekat dengan sungai Onon dan Herlen. Ibu Temujin, Holun, berasal dari
suku Olkhunut. Kehidupan mereka berpindah-pindah layaknya seperti penduduk
Turki di Asia Tengah. Saat Berumur 9 tahun, Temujin dikirimkan keluar dari
sukunya karena ia akan jodohkan kepada Borte, putri dari suku Onggirat. Ayah
Temujin, Yesugei meninggal karena diracuni suku Tartar ditengah perjalanan
tepat pada saat ia pulang setelah mengantar Temujin ke suku Onggirat.
Temujin pun dipanggil pulang untuk menemui
ayahnya. Yesugei memberi pesan kepada Temujin untuk membalaskan dendamnya dan
menghancurkan suku Tartar di masa depan. Kehidupan Temujin bertambah parah
setelah hak kekuasaannya sebagai penerus kepala suku direbut oleh orang lain
dengan alasan umur Temujin yang masih terlalu muda, tapi alasan sebenarnya
adalah dendam dimasa lalu.
Temujin dan keluarganya diusir dari sukunya
karena ia ditakuti akan merebut kembali hak kekuasaannya atas suku Borjigin.
Hidup Temujin dan keluarganya sangat menderita. Dengan perbekalan makanan yang
sangat terbatas, Ia dan adik-adiknya hidup dengan cara berburu. Pada saat ia
menginjak remaja, kepala suku Borjigin mengirimkan pasukan untuk membunuh
Temujin.
Temujin berhasil tertangkap dan ditawan oleh
musuhnya, namun ia berhasil kabur dari tahanan dan dengan pertolongan dari
orang-orang yang masih setia kepada Yesugei. Pada saat menginjak dewasa,
Temujin berjuang dan mengumpulkan kekuatannya sendiri.
Temujin mempunyai teman baik yang juga merupakan
saudara angkatnya, yang bernama Jamukha. Ia pernah berkali-kali ditolong oleh
Jamukha, yang merupakan keturunan dari suku Jadaran. Bersama-sama dengan
saudara angkatnya, Temujin berhasil merebut kembali hak kekuasaannya atas
sukunya dan juga perserikatan Mongolia yang didirikan ayahnya dahulu. Waktu
demi waktu, wilayah Temujin menjadi semakin besar, yang dilakukan dengan cara
menghancurkan musuh-musuhnya dan menggabungkan suku-suku dalam perserikatan
Mongolia.
Musuh terbesar Temujin dalam sejarah ternyata
adalah saudara angkatnya sendiri, Jamukha, yang sering mengadu-domba Temujin
dengan suku-suku lainnya, termasuk ayah angkat Temujin sendiri yang bernama
Wang Khan. Setelah Temujin berhasil menyisihkan musuh-musuhnya dan melaksanakan
perintah almarhum ayahnya, Yesugei, ia kemudian juga berhasil membalaskan
kematian nenek-moyangnya, yang dibunuh oleh kerajaan Jin. Temujin kemudian
diangkat menjadi Khan dengan gelar Jenghis Khan; yang artinya "Khan
dari Segala-galanya" (raja diraja).
Jamukha sendiri tertangkap oleh pasukan Tumujin,
tetapi tradisi dan janji persaudaraan yang telah Temujin dan Jamukha buat
semasa remaja yaitu Tumujin mengangkat Jamuka sebagai “anda”(melebihi ikatan
saudara sendiri) yang membuat Tumujin tidak bisa mengambil hukuman mati untuk
Jamukha.
Tapi Jamukha seorang kesatria tentara Mongol
yang pemberani, dia meminta kepada Tumujin untuk menghukum mati dirinya dengan
syarat tidak setetes darah pun mengalir, karena keyakinan pada saat itu jika
jasad tidak mengalirkan darah maka sejatinya manusia itu spiritnya masih hidup,
pada dasarnya Jamukha memang mempunyai cita-cita dan ambisi yang serupa dengan
Tumujin tapi dengan prinsip dan cara yang berbeda, Temujin sangat paham akan
hal itu, dan karena peran andil dari Jamukha sehingga terbentuklah Temujin yang
seperti saat itu. Jamukha dihukum mati dengan cara dicekik dan jasad Jamukha
dimakamkan dengan upacara militer sesuai tradisi militer tentara Mongol pada
saat itu.
Nenek-moyang kerajaan Jin berasal dari suku
Jurchen. Suku Jurchen berhasil menguasai wilayah utara Cina selama lebih dari
100 tahun. Hal ini akan menjadi kesulitan besar untuk Jenghis Khan dalam
menunaikan tugasnya. Kerajaan Jin memiliki jumlah pasukan yang hampir mendekati
jutaan jiwa (lebih dari 10 kali lipat dari pasukan Jenghis Khan pada waktu
itu). Mereka hidup aman dibalik tembok kerajaan yang besar dan susah untuk
diserang. Jenghis Khan berhasil meruntuhkan semangat perang dan kekuataan
kerajaan Jin dalam berbagai peperangan.
Salah satunya adalah perang di Tebing Serigala
Liar, dimana Jenghis Khan yang hanya memiliki pasukan tidak lebih dari 100.000
tentara berhasil membabat pasukan musuh yang besarnya lebih dari setengah juta jiwa.
Kejayaan Jenghis Khan terbukti dari keberhasilannya dalam merebut ibukota
kerajaan Jin, Dadu, yang sekarang ini menjadi Beijing. Para ilmuwan, seniman,
ahli sastra, ahli senjata (terutama ahli senjata berat/siege weapon),
selain yang utama yaitu barang berharga, semuanya dibawa ke Mongol sebagai pekerja
pembantu dengan alih-alih sebagai hasil dari rampasan perang bagi sang
pemenang.
Dan itulah salah satu strategi perang Jenghis
Khan dimana pun peperangan itu terjadi, bagi para penguasa negeri-negeri yang
menyerahkan diri, bukan hanya wajib memberikan upeti tahunan tapi wajib juga
mengirim sejumlah pasukan yang ditentukan oleh Kekaisaran Mongol kalau hal itu
tidak disepakati berarti tandanya menyatakan perang dan selanjutnya pasti
dibumi hanguskan, tapi bagi mereka yang mengirimkan pasukan, pasukan yang
dikirim itu tadi harus berada digaris depan peperangan dan dibawah kendali
pasukan utama tentara Mongol. Kebijakan itu selain mengindari ada pengumpulan
kekuatan dari negeri-negeri bawahan Kekaisaran Mongol untuk suatu saat
menyerang balik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarlah dengan baik dan sopan. Pasti akan dibalas oleh pemilik. Mohon jangan mengandung unsur kasar dan sara, mari berbagi pengetahuan, silakan kritik karena kritik itu membangun dan membuat sesuatu menjadi lebih baik