SENI PERANG ALA JENGHIS KHAN
C. Mobilitas atau Kemampuan Bergerak
Pasukan
Setiap tentara Mongol biasanya memiliki
dan memelihara 3 atau 4 ekor kuda. Personil pasukan sering melakukan pergantian
kuda saat perjalanan dengan kecepatan tinggi selama berhari-hari tanpa
berhenti. Kemampuan mereka untuk bertahan hidup dari alam sekitarnya dan dalam
situasi yang ekstrim mereka mengandalkan hewan peliharaanya (terutama susu kuda),
membuat tentara Mongol jauh lebih sedikit dari ketergantungan kepada petugas
pemasok logistik kebutuhan pangan secara tradisional. Dalam beberapa kasus,
seperti selama invasi dari Hungaria pada awal 1241, mereka melakukan perjalanan
hingga 100 mil (160 km) per hari (24 jam), yang pada masa itu tidak pernah pernah
terdengar ada pasukan yang mampu melakukannya.
Kemampuan bergerak prajurit secara
individu memungkinkan untuk mengirim mereka pada misi untuk berhasil mengumpulkan
informasi intelijen tentang rute dan mencari daerah untuk medan perang sesuai
dengan taktik tempur yang disukai pasukan Mongol.
Selama invasi atas Kievan Rus,
bangsa Mongol menggunakan sungai beku sebagai jalur lintasnya. Musim dingin ini
seharusnya tahun-tahun dimana masa terlarang untuk setiap kegiatan utama karena
sungguh sangat dingin, tetapi bagi bangsa Mongol menjadi waktu yang digunakan
untuk menyerang.
Untuk menghindari hujan panah
atau senjata yang mematikan dari tentara Mongol, lawanya mengantisifasi dengan
cara menyebar atau mencari perlindungan, dengan memecah formasi membuat lawanya
lebih rentan terhadap incaran para pasukan ahli mengunakan tombak dari pasukan
Mongol. Demikian halnya juga kalau lawanya tergabung dalam satu induk pasukan
besar, mereka akan menjadi lebih rentan lagi terhadap serangan pasukan pemanah.
Setelah musuh dianggap cukup
lemah dan terpencar, para Noyan (panglima pasukan) akan memberikan isyarat. Maka
drum akan ditabuh dan diikuti isyarat dari bendera, ini tanda bagi para pasukan
yang ahli mengunakan tombak untuk memulai tugas mereka. Seringkali, kehancuran dengan
serbuan hujan panah pun sudah cukup untuk mengusir lawannya, sehingga pasukan
ahli-ahli tombak hanya diperlukan untuk membantu mengejar dan menyergap
sisa-sisa pasukan lawan yang pontang-panting kabur, menyelamatkan diri.
Ketika menghadapi tentara
Eropa, yang lebih menekankan bentuk formasi kavaleri berat, tentara Mongol akan
menghindari konfrontasi langsung, dan sebaliknya akan menggunakan busur mereka
untuk menghancurkan kavaleri musuh pada jarak jauh. Jika baju besi bertahan dari
serangan panah mereka, bangsa Mongol akan menyerang kuda-kuda para ksatri,
sehingga hanya meninggalkan seorang pria berat lapis baja dengan berjalan kaki
dan terisolasi dari yang lainya. Alhasil kesatria-kesatria itu menjadi
bulan-bulanan dan santapan lezat para pembantai yaitu pasukan Mongol
Pada Pertempuran Mohi, tentara
Mongol membuka celah di barisan mereka, hal ini tentunya memikat orang-orang
Hongaria untuk mundur melalui celah itu. Hal ini mengakibatkan Hungaria yang terdiri
dari pedesaan yang telah dihancurkan sebelumnya menjadi tempat pelarian bagi
mereka yang melarikan diri dari pertempuran dan inilah saatnya bagi para pemanah
pasukan mongol yang bersembunyi dibalik gunung, yang hanya dengan memacu
kudanya secara serentak lalu menghabisi mereka, sedangkan pasukan ahli tombak
ditusuk menusuk dengan seenak hatinya. Pada pertempuran Legnica, para kesatria berkuda
Teutonik, Templar dan Hospitaller hanya sedikit yang mampu berdiri turun dari
kudanya yang terbunuh akibat diserang pasukan Mongol, dan tidak bisa berjalan
apalagi berlari dengan cepat. Jelas! Terang saja ketidakbebasan bergerak ini
akibat pakaian perang yang digunakan dan dengan demikian para pasukan pemanah Mongol
memastikan mereka dihabisi semua.
C.
Pelatihan dan Disiplin
Unit regu pasukan tentara
Mongol terus menerus berlatih baik menunggang
kuda, memanah, atau taktik formasi dan rotasi tempur. Pelatihan ini dikelola
dengan disiplin keras, tapi bukan berarti kasar atau pelatihan yang tidak masuk
akal, latihan yang manusiawi, tapi intinya yang membuat mereka tangguh adalah
displin akan latihan itu sendiri.
Pejabat teras seperti biasanya
diberi kelonggaran luas oleh atasan mereka dalam melaksanakan perintah yang
mereka jalankan, selama tujuan yang lebih besar dari rencana itu dilayani
dengan baik dan perintah segera dipatuhi. Sehingga tentara Mongol terhindar
dari disiplin yang terlalu kaku dan micro management inilah yang telah terbukti
menjadi momok untuk angkatan bersenjata sepanjang sejarah. Namun, semua anggota
pasukan harus setia dengan tanpa syarat atas satu sama lain dan terlebih kepada
atasan mereka, dan lebih jauh lagi terutama terhadap Khan, Kaisar Mongol. Jika
seorang tentara lari dari situasi bahaya dalam pertempuran, kemudian ia dan
sembilan rekannya dari arva (kelompok terkecil dari pasukan seperti disebutkan
sebelumnya) akan menghadapi hukuman mati bersama-sama.
Salah satu metoda pelatihan
unik yang orang Mongol gunakan adalah dengan cara melakukan berburu dengan
sekala besar, diselenggarakan setiap tahun di stepa (area daratan luas yang
terdiri dari semak belukar). Para penunggang kuda Mongol akan membuat lingkaran
besar, dan mengusir segala macam binatang kemudian digiring menuju pusat
perburuan. Hal ini melatih bergerak manuver secara dinamis yang sangat diperlukan
juga saat di medan perang, bangsa Mongol akan menjebak semua binatang dari
berbagai jenis dalam pengepungan mereka, dan atas perintah komandan mereka,
mulai pembantaian. Jika pemburu membunuh setiap makhluk sebelum waktu yang
ditentukan, atau jika ada satu binatang yang memungkinkan untuk melarikan diri
dari cincin lingkaran perburuan, mereka akan dihukum. Dengan demikian bangsa
Mongol mampu melatih, menikmati rekreasi berburu, dan sekaligus mengumpulkan
makanan untuk pesta besar-besaran.
D. Kavaleri atau Pasukan Tempur Berkuda
Enam dari setiap sepuluh
tentara Mongol merupakan pasukan kavaleri ringan, pemanah berkuda, empat sisanya
termasuk kavaleri berat berat karena berbaju lapis baja dan ahli bersenjata tombak. Boleh
dikatakan bahwa tentara Mongol adalah pasukan kavaleri ringan bahkan sangat
ringan dibandingkan dengan standar kavaleri kontemporer, yang memungkinkan
mereka untuk mengeksekusi taktik dan manuver yang akan menjadi tidak praktis
untuk musuh yang lebih berat (seperti ksatria Eropa). Sebagian besar pasukan
yang tersisa 2/5-nya adalah kavaleri berat dengan bersenjatakan tombak untuk
pertempuran jarak dekat setelah pasukan pemanah yang telah membawa musuh ke
dalam situasi kekacauan. Pasukan pemanah ini juga biasanya secara otomatis bisa
melakuan pertempuran jarak dekat dengan senjata pedang, kapak atau senjata
tempur jarak dekat yang lainya.
Pasukan tentara Mongol melindungi
kuda-kuda perang mereka dengan cara yang sama seperti yang dilakukan atas diri mereka
sendiri, menutupi mereka dengan baju besi pipih. Baju besi kuda dibagi menjadi
lima bagian dan dirancang untuk melindungi setiap bagian dari kuda, termasuk
dahi, yang memiliki plat khusus yang dibuat dengan cara diikat di setiap sisi
leher.
Kuda perang pasukan Mongolia
relatif kecil, dan akan kalah berlalri pada jarak pendek jika adu tanding balapan
dalam kondisi yang sama dengan kuda yang lebih besar dari daerah lain,
khususnya di Eropa. Namun demikian, karena tentara lawanya yang berjalan
perlengakapan perang yang jauh lebih berat, kuda pasukan Mongol masih bisa
berlari lebih cepat dari pasukan berkuda musuh dalam situasi pertempuran.
Selain itu, kuda perang pasukan Mongolia yang sangat tahan dikendarai lama dan
kokoh, yang memungkinkan pasukan Mongol untuk bergerak jarak jauh secara cepat,
terkadang lawannya sering dikejutkan dengan serangan tiba-tiba padahal mereka memprediksi
dengan perhitungan waktu mereka sendiri masih kisaran beberapa hari lagi atau
minggu kemudian atas kedatangan pasukan
Mongol. Hal ini memberi efek kejut yang luar biasa, itulah salah satu
keunggulan dari tentara Mongol.
Semua kuda yang dilengkapi
dengan sanggurdi (tempat menyimpan panah). Ini keuntungan teknis membuat lebih
mudah bagi para pemanah Mongol untuk mengubah tubuh bagian atas mereka, dan
menembak ke segala arah, termasuk ke belakang. Prajurit Mongol akan mengatur
waktu untuk setiap bilangan dari panah yang dilepaskan, dan dari ketinggian
kurang lebih antara 2-3 meter dari tanah, parajurit itu bisa mempredikisi jarak
dengan lawan dari mendengar derap kuda yang ditimbulkan sehingga mampu memastikan
baik sasaran tembak dengan mantap
Setiap prajurit memiliki dua
sampai empat ekor kuda sehingga ketika kuda yang dipakai sudah lelah mereka
bisa menggunakan yang lain dan itulah yang membuat mereka merupakan salah satu
tentara tercepat di dunia. Namun, ini juga membuat tentara Mongol rentan
terhadap kekurangan pakan ternak; terutama jika ekspedisi penyerangan dilakukan
di daerah kering atau hutan, dengan demikian membawa kesulitan tersendiri dan
bahkan di daerah padang rumput yang ideal pun, pasukan Mongol harus terus
bergerak untuk memastikan cukup persediaan rumput sebagai pakan untuk ternak
kuda yang begitu besar jumlahnya, 2-4 kali lipat dari jumlah pasukan meraka
sendiri.
Takjub memang dgn strategi yg dimilikinya, bahkan sampai beberapa bisnis ada yg coba terapkan strategi perang sebagai acuannya
BalasHapus