SENI PERANG ALA JENGHIS KHAN
H. Senjata Perang
Busur panah
Senjata utama pasukan Mongol
adalah busur Mongol. Itu adalah busur recurve terbuat dari bahan komposit (otot
kayu dan tanduk), dan pada saat yang tak tertandingi untuk mencapai akurasi,
kekuatan, dan pencapaian. Geometri busur memungkinkan untuk dibuat relatif
kecil sehingga dapat digunakan dan menembak ke segala arah dari kuda. Quivers
berisi enam puluh anak panah yang diikat di punggung pasukan kavaleri. Paukan
pemanah Mongol adalah pasukan pemanah yang sangat terampil dengan busur dan
dikatakan bahwa mereka mampu membidik burungtepat pada sayapnya.
Kunci kekuatan busur Mongolia
adalah konstruksi laminasi, dengan lapisan tanduk rebus dan untuk menambah otot
kayu. Lapisan tanduk berada di bagian muka karena tahan kompresi, sedangkan bagian
lapisan muka otot berada di luar karena menolak ekspansi. Semua ini memberi
kekuatan busur besar yang membuat sangat efektif sekalipun terhadap baju besi.
Busur Mongol bisa menembakan panah keatas sejauh 5 kilometer (0,31 mil). Target
tembakan itu mungkin pada kisaran 200 atau 230 meter (660 atau 750 kaki),
menentukan jarak dekat taktis yang optimal unit pasukan kavaleri ringan.
Tembakan balistik bisa memukul unit pasukan musuh (tanpa menargetkan sasaran
secara individu tentara) pada jarak hingga 400 meter (1.300 kaki), berguna
untuk mengejutkan dan menakut-nakuti tentara dan kuda lawan sebelum memulai serangan yang
sebenarnya.
Pemanah pasukan Mongol
menggunakan berbagai macam panah, tergantung pada target dan jarak. Chainmail dan beberapa baju besi logam
bisa ditembus dari jarak dekat dengan menggunakan panah berat khusus.
Pedang
Mongol adalah pedang pedang
sedikit melengkung yang digunakan untuk memotong serangan tetapi juga mampu
memotong dan menusuk, karena bentuk dan konstruksi, sehingga lebih mudah untuk
digunakan dari kuda. Pedang dapat digunakan dengan pegangan satu tangan atau
dua tangan dan memiliki pisau yang biasa panjangnya sekitar 2 kaki (0,61 m),
dengan panjang keseluruhan pedang sekitar 3 kaki (0,91 m) dan mungkin tidak
pernah lebih 1 meter (3 kaki 3 inchi).
I.
Taktik Perang “Pengepungan”
Catapults dan mesin pengepungan lainnya
Teknologi adalah salah satu
aspek penting dari Mongolia peperangan. Misalnya, mesin pengepungan adalah
bagian penting dari perang Jenghis Khan, terutama dalam menyerang kota-kota
berkubu atau mempunyai benteng pertahanan. Mesin pengepungan tidak dibongkar
dan dibawa oleh kuda dibangun kembali di lokasi pertempuran seperti tentara
Eropa. Sebaliknya rombongan pasukan Mongol akan melakukan perjalanan dengan
insinyur-insinyur terampil yang akan membangun mesin pengepungan dari bahan di tempat
pertempuran.
Para insinyur membangun mesin
direkrut diantara para tawanan, sebagian besar dari Cina dan Persia. Ketika pasukan
Mongol membantai seluruh populasi, mereka sering terhindar yaitu insinyur dan
teknisi, secara cepat diasimilasi mereka ke dalam tubuh pasukan tentara Mongol.
Kharash
Sebuah taktik yang umum
digunakan adalah penggunaan apa yang disebut "kharash". Selama
pengepungan Mongol akan berkumpul dengan kerumunan penduduk setempat atau
tentara yang menyerah dari pertempuran sebelumnya, dan akan menyuruh mereka
maju dalam pengepungan dan pertempuran. Ini sejenis "papan hidup"
atau "perisai manusia" sering menjadi korban ujung panah lawan, sehingg
para prajurit Mongol dibagian posisi lebih aman. Kharash itu juga sering
dipaksa didepan untuk mendobrak dinding pertahanan.
J. Strategi Menjaga Sang Panglima Perang
Taktik pasukan Mongol di medan
perang adalah kombinasi hasil ahli pelatihan dengan komunikasi yang baik dan
disiplin dalam menghadapai kekacauan pertempuran. Mereka dilatih untuk hampir
setiap kemungkinan terjadi, jadi ketika itu terjadi, mereka bisa bereaksi dengan
menyesuaikan diri. Tidak seperti kebanyakan lawan mereka, Pasukan tentara Mongol
juga dilindungi perwira mereka dengan baik. Pelatihan dan disiplin memungkinkan
mereka untuk melawan tanpa memerlukan pengawasan atau intruksi terus menerus
dan berantai, yang sering menempatkan posisi komandannya dalam situasi berbahaya.
Bila mungkin, komandan pasukan Mongol
harus menemukan dan menempati tanah tertinggi yang tersedia, di mana mereka
bisa membuat keputusan dan kesimpulan taktis didasarkan pada pandangan terbaik
dari peristiwa yang terjadi di medan perang. Selanjutnya, keberadaannya di
tempat yang tinggi memungkinkan pasukan mereka untuk mengamati lebih mudah
perintah yang disampaikan oleh isyarat bendera daripada perintah itu
disampaikan dilevel ketinggian yang sama. Selain itu, komandan tinggi di tempatkan
ditanah tertinggi membuat mereka lebih mudah untuk menjaga dan mempertahankannya.
Tidak seperti tentara Eropa, yang sangat besar menekankan pada keberanian
pribadi, dan dengan demikian ketika pemimpin mereka mati oleh orang-orang yang cukup
berani untuk membunuh mereka, bangsa Mongol menganggap pemimpin mereka sebagai
aset vital. Sebuah hal yang umum seperti halnya Subutai, tidak bisa naik kuda
di bagian akhir dari karirnya karena usia dan obesitas, pasti akan diejek
keluar dari hampir semua tentara Eropa waktu itu. Tapi di Mongol dia masih diakui
dan dihormati atas kekuatan insting dan strategi militernya, yang telah menjadi
salah satu bawahan yang Jenghis khan yang paling mumpuni dan disegani, jadi dia
nyantai aja walau diangkut di dalam gerobak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarlah dengan baik dan sopan. Pasti akan dibalas oleh pemilik. Mohon jangan mengandung unsur kasar dan sara, mari berbagi pengetahuan, silakan kritik karena kritik itu membangun dan membuat sesuatu menjadi lebih baik