SENI PERANG ALA JENGHIS KHAN
N. Taktik Pertempuran Darat
Para tumen biasanya akan maju
di garis depan, lima baris melebar. Tiga baris pertama akan terdiri dari pasukan
pemanah berkuda, dua baris terakhir terdiri dari pasukan akhli tombak. Setelah
pasukan musuh berada dalam jarak jangkau senjata panah, pasukan Mongol akan
mencoba untuk menghindari serangan frontal berisiko atau sembrono (kontras
dengan lawan-lawan mereka dari Eropa dan Timur Tengah). Sebaliknya mereka akan
menggunakan serangan pengalih perhatian untuk mengacaukan dilokasi pertempuran
utama, sementara pasukan utama mereka berusaha untuk mengepung atau
mengelilingi musuh. Sekenarion pertama, para pemanah berkuda akan memberikan
sebuah serangan cepat dengan panah api. Suplai panah terus ditambahkan dengan
cara dibawa oleh unta-unta yang mengikuti dari jarak dekat untuk memastikan
suplai amunisi.
Tehnik Menjepit atau mengapit
Dalam semua situasi medan
perang, pasukan akan dibagi ke dalam formasi yang terpisah mulai dari kelompok
per 10, 100, 1.000 atau 10.000 prajurit tergantung pada situasi dan kondisi
medan tempur serta formasi pasukan lawan. Jika pasukan memecah diri dari
kekuatan utama dengan jumlah yang signifikan seperti 10.000 atau lebih prajurit
kearah depan atau menyamping maka para komandan yang berada diatas bukit akan
memberikan isyarat supaya pasukan berikutnya melapisi dengan jumlah yang sama
juga Para pemimpin pasukan Mongol umumnya akan memberikan taktik yang digunakan
untuk menyerang musuh. Misalnya dalam penyerbuan sebuah kota dengan memecah
pasukan supaya mengepung dari sebelah kiri dan kanan masing masing 500
prajurit, maka perintah itu akan diterjemahkan dengan disampaikan kepada 5 unit
dengan masing-masing unit berjumlah 100 tentara dan pasukan yang diperintahkan
akan mencoba mengepung dan melakukan penyerangan dari kedua sisi itu.
Pengepungan dan pembukaan
Alasan utama untuk pengepungan
ini adalah untuk mengepung kota sehingga lawannya tidak ada yang bisa
meloloskan diridari kedua sisi. Jika terlihat situasi memburuk pada salah satu
bidang atau sisinya, pemimpin pasukan dari bukit akan mengarahkan tentara
lainya untuk mendukung serangan tadi. Jika tampak bahwa akan ada masalah yang
menyebabkan kerugian yang cukup lumayan dipihak pasukan sendiri, pasukan Mongol
akan mundur untuk menyelamatkan diri dan akan mencoba lagi pada hari-hari
berikutnya, atau bisa jadi bulan depan setelah mempelajari taktik pertahanan lawannya
dalam pertempuran pertama atau bahkan mengirim pesan lagi supaya pihak lawan
menyerah, tentunya setelah menimbulkan beberapa bentuk kerusakan dan sabotase
terhadap kota yang mau ditaklukan.
Tidak ada ketetapan kapan dan
di mana unit-unit pasukan harus dikerahkan, tapi itu semua tergantung pada situasi
selama pertempuran berlangsung.
Kelompok-kelompok pasukan
memiliki kewenangan penuh pada apa yang harus mereka lakukan pada saat
pertempuran terjadi seperti mendukung pasukan pada sisi-sisi lain atau
melakukan kamuflase dengan pura-pura mundur pada kondisi yang tepat dalam kelompok-kelompok
kecil 100 sampai 1000 selama pertempuran sudah dimulai sesuai dengan arahan
umum dan lawan dapat dieliminasi jumlahnya.
Pura-pura Mundur dan Kabur
Pasukan Mongol biasa mempraktekan
siasat pura-pura mundur, yang mungkin merupakan taktik medan perang yang paling
sulit untuk dilakukan. Hal ini karena kemenangan pura-pura bila berhadapan
dengan pasukan terlatih sering dapat berubah menjadi kemenangan yang nyata jika
pasukan lawan mampu menekan secara sempurna. Berpura-pura berantakan dan mengalami
kekalahan dalam panasnya pertempuran yang sedang sengit-sengitnya, secara tiba-tiba
dalam sekejab pasukan Mongol dapat berubah panik dan berbalik lalu kabur, pada
saat poros tengah pasukan lawan bisa ditaik keluar, kemudian dengan segera
pasukan Mongol menghabisi pasukan lawannya di saat pasukan lawan lengah karena
asik menyerang.
Jika taktik mudur itu diketahui
pihak lawanya, maka pasukan Mongol dengan sabar memperpanjang mundur
pura-puranya selama beberapa hari atau bahkan bisa dalam hitungan mingguan, hal
ini bertujuan untuk meyakinkan pemburuan palsu bahwa mereka benar-benar telah dapat
dikalahkan, dan setelah dirasa bahwa lawanya tidak lagi memperketat pertahanan
seperti semula. lalu kemudian pasukan yang tadinya mundur dengan cepat akan
kembali dan bergabung lagi dengan formasi pasukan utama.
O. Terakhir! Semangat Juang
Berperang tanpa semangat juang
apalah artinya, mati konyol itu pasti! Semangat juang yang dibangun oleh
Jenghis Khan, Sang Kaisar Agung, Sang Penakluk, pada dasarnya sama dengan para
pemimpin yang lain. Menggunakan semangat spiritual.
Ide dasarnya adalah nuansa
religius atau nilai-nilai spiritual dari kepercayaan yang mereka anut. Jenghis Khan berhasil membina
karakter pasukannya berdasarkan nilai-nilai itu. Dan sama juga penokohan atas
tokoh spiritual itu jatuh pada Jenghis Khan yang dianggap sebagai wakil dari
Sang Pencipta.
Nilai-nilai inilah yang terus
dikembangkan, dipupuk dan dibina serta dipertahankan, sehingga menimbulkan nilai kepercayaan diri dan kerelaan
untuk berkorban. Jenghis Khan termasuk katagori manusia cerdas menggunakan
metode ini untuk memupuk dan menempa semngat juang pasukannya. Jadilah pasukan
Kekaisaran Agung Mongol, pasukan yang disetiap pertempuran menjadi bintang
lapangannya.
Kelebihan lain, Jenghis khan
melakukan kesemuanya itu dengan tauladan dari dirinya sendiri. Itulah
sebenarnya inti dari berhsilnya apapun yang dia terapkan terhadap para
prajurinya lebih jauh terhadap bangsa Mongol secara keseluruhan. Terlihat sekali
dari prosentase hasil rampasan perang yang dia ambil yang Cuma 10% untuk kas
negara dan sebagian dirinya selebihnya buat pasukan secara adil, kehidupan yang
merakyat alias penuh kesederhanaan dan nilai-nilai kekeluargaan yang dia
bangun. Lihat. Jika Seorang Kaisar Mongol meninggal, pasukan dimana pun berada pasti ditarik ke induk pasukan utama, sebagian besar kembali ke daratan Mongol untuk menghormati Kaisar mereka.
Memang bangsa yang Super
terdapat pemimpin yang Super didalamnya.
Sekian dan Terima Kasih. Semoga
ada manfaatnya...aminnn.
Salam damai Negeriku Salam
Sejahtera Nusantaraku
Wassalam
Penulis
Referensi :
- Oliver,Roland Anthony/Atmore, Anthony.Medieval Africa, 1250-1800 Cambridge University Press, 2001, pg. 17 ISBN 0-521-79372-6, ISBN 978-0-521-79372-8
- Amitai-Preiss, Reuven. Mongols and Mamluks: the Mamluk-Īlkhānid War, 1260-1281, Cambridge University Press, 1995, pg. 222. ISBN 0-521-46226-6, ISBN 978-0-521-46226-6
- Amitai-Preiss, Reuven. Mongols and Mamluks: the Mamluk-Īlkhānid War, 1260-1281, Cambridge University Press, 1995, pg. 217. ISBN 0-521-46226-6, ISBN 978-0-521-46226-6
- David Sneath-The Headless State: Aristocratic Orders, Kinship Society, and Misrepresentations of Nomadic Inner Asia, p.118
- George Lane - Daily life in the Mongol Empire, p.96
- Morris, Rossabi (October 1994). "All the Khan's Horses" (PDF). pp. 2. Retrieved 2007-11-21.
- George Lane. Genghis Khan and Mongol Rule. Westport, CT: Greenwood, 2004. Print. p.31
- George Lane - Ibid, p.99
- Genghis Khan and the Making of the Modern World - Jack Weatherford
- http://home.arcor.de/mustangace/sca_class_mongols.htm
- A History of Warfare - John Keegan
- Amitai-Preiss, Reuven. The Mamluk-Ilkhanid War, 1998
- Chambers, James, The Devil's Horsemen: The Mongol Invasion of Europe. Book Sales Press, 2003.
- R.E. Dupuy and T.N. Dupuy, The Encyclopedia Of Military History: From 3500 B.C. To The Present. (2nd Revised Edition 1986)
- Hildinger, Erik, Warriors of the Steppe: A Military History of Central Asia, 500 B.C. to A.D. 1700. Da Capo Press, 2001.
- Morgan, David, The Mongols. Wiley-Blackwell, ISBN 0-631-17563-6
- Jones Archer ., -- Art of War in the Western World [1]
- May, Timothy. "The Mongol Art of War." [1] Westholme Publishing, Yardley. 2007.
- Nicolle, David, -- The Mongol Warlords Brockhampton Press, 1998
- Charles Oman, The History of the Art of War in the Middle Ages (1898, rev. ed. 1953)
- Saunders, J.J. -- The History of the Mongol Conquests, Routledge & Kegan Paul Ltd, 1971, ISBN 0-8122-1766-7
- Sicker, Martin -- The Islamic World in Ascendancy: From the Arab Conquests to the Siege of Vienna, Praeger Publishers, 2000
- Soucek, Svatopluk -- A History of Inner Asia, Cambridge, 2000
- Verbruggen, J.F., -- The Art of Warfare in Western Europe during the Middle Ages, Boydell Press, Second English translation 1997, ISBN 0-85115-570-7
- Conn Iggulden., -- Genghis, birth of an empire,Bantham Dell.
- English Wikipedia Online
abis baca artikel disini jadi bikin kangen ma game Age of Empires II,, prajurit mongol dengan pasukan elite-nya pasukan Mameluk...
BalasHapuskeep posting gan.!!
mameluk itu kayaknya punya saracen. Mongol punyanya mangudai.
BalasHapusTangguhan mana coba...klu tentara mongol di adu sma tentara roma.
BalasHapusPada waktu itu mongol adidaya baru, jelas mongol paling di takuti. Sehingga roma di bawah paus pada saat itu memintabantuan mongol untuk menyerang bagdad. Mencegah kekuatan pasukan islam masuk ke palestine yg pada waktu jg sdg terjadi perang salib.
HapusPantas saja mereka mampu menahlukan sepertiga dunia .
Hapusroma vs mongol? Jelas mongol lah, roma pernah dikalahkan oleh atila the hun, dan bangsa hun juga cikal bakal bangsa mongol. Pertahanan absolut rima yg disebut tetsudo ga mampu menahan hujan panah terus menerus oleh horse archer hun/mongol, disisi lain pasukan mongol sulit dijangkau atau dikejar karena taktik hit and run mereka, apalagi cavalrynya ringan sedangkan rata2 cavalry eropa adalah cavalry berat yg lambat. Terbukti pada saat mongol menghancurkan kerajaan2 di eropa timur seperti walakia,hungaria,polandia yg dibantu oleh knight templar dan hospitaler dengan cepat dibantai oleh mongol yg dipimpin oleh subutai, batukhan dan ogudei.
HapusHorn bow/horse bow mereka lebih efektif dan efisien serta flexible dibandingkan dengan longbow. Dan kelak panah mereka diadopsi oleh utsmani menjadi turkish bow yg lebih mematikan ditangan janisary sebelum mereka menggunakan senapan matchlock.
BalasHapusNice info, thanks for share, oh ya saya mau berbagi, baru saja saya menemukan Video Viral orang minum Kopi Terbaik pake Dompet Original mau Paid Promote untuk Jual Akik Gambar dengan corak Batik Tulis
BalasHapus