HAYAM WURUK PUN HOBBI BERNYANYI
MAKNA NYAYIAN HAYAM WURUK
Ternyata nyayian dan candaan
dalam bentuk pagelaran langsung atau acara-acara kumpul bersama sudah menjadi
tradisi dalam lingkungan keraton Majapahit, ini terlihat jelas dari berita yang
disampaikan oleh Nagarakertagama pupuh 91. Para lurah (red, mungkin maksudnya
para kepala prajurit), para pembesar istana, bahkan seluruh para mentri kerajaan
mampu melakukan tarian, nyayian dan candaan atau lawakan. Bisa jadi kemampuan itu bagi
mereka adalah sarana untuk menunjukan status sosial dan menujukan perbedaan
strata pendidikan atau derajat ilmu pengetahuan.
Begitu juga Hayam Wuruk sebagai
seorang raja, tentunya kemampuan sastra merupakan kemampuan penting yang harus
dimiliki supaya dia kokoh dan bisa membaur dalam lingkungan pergaulan istana.
Kemampuan Itu ditunjukan jelas bahwa ketika Hayam Wuruk bernyanyi mendapat
sorak pujian, ya bisa jadi benar bahwa apa yang dilantunkan itu bagus atau
sorak itu hanya karena penghargaan terhadap seorang raja, kedua kemungkinan itu
bisa saja terjadi.
Lagu “Manghuri Kandamuhi”,
mungkin sejenis kakawihan, yang sangat digemari oleh khlayak dan para pejabat,
bahkan Hayam Wuruk pun ikut menyayikannya. Kelihatannya Manghuri Kandamuhi itu
lagu wajib yang setiap pejabat harus hapal dan bisa melantunkanya. Bisa jadi
dinyanyikan estafet. Hanya penulis, mohon maaf, tidak bisa menjelaskan detail
tentang apa itu jenis lagu atau nyanyian “Manghuri Kandamuhi”, soale gak punya
datanya hehehe.
Diselingi oleh acara
minum-minum, baik minuman keras atau minum biasa. Jenis minuman keras biasanya
disaat itu terkenal seperti tuak nyiur, tal, arak kilang, brem, tuak rumbya,
Itulah hidangan minuman yang utama, Wadahnya emas berbentuk aneka ragam,
Nagarakertagama pupuh 90 bait ke-2. (wooowww!!!??? wadahnya dari emas.....habis
minum wadahnya diumpetin atau dibungkus hehehe, emangnya kiteee mas broww....).
Tradisi minum ini seakan-akan
mendunia. Lihat di jepang. Tradisi minum teh yang sangat melegenda diantara
para samurai dan pejabat kesogunan bahkan para pejabat kerajaan di Cina pun sama melakukannya, sama
juga ditambah tarian dan lawakan atau candaan. Memang minuman seolah-olah
ditakdirkan untuk mendampingi semua acara yang nyantai-nyantai, suka ria dan
lain sebagainya. Merokok tiada afdolll (pake f atau pake p ya? hehehe) kalau tidak diiringi dengan secangkir
kopi....(aiii....sedap nyooooo mang....hehehe). Kalau minuman keras, ya jangan
diceritakan lagi, sebagian besar acara perkumpulan dalam berbagai bentuk yang
mengarah ke hura-hura atau pesta biasanya diiringi dengan minuman sejenis itu.
Disemua tempat dibelahan bumi ini pasti melakukannya. (don’t try this at home. Right?)
Tapi intinya itu alat atau
sarana. Sarana pergaulan yang diperuntukan sebagai kemasan dalam sebuah acara
perkumpulan dan perjamuan, maka minuman dan makanan itulah yang menghiasi acara-acara
tersebut...alangkah garing-nya kalau
sebuah acara perkumpulan merayakan kebahagiaan, acara kebersamaan ataupun
pesta-pesta kalau tanpa makanan dan minuman, coba bayangkan sama pembaca jika
hal itu terjadi. Pasti pada mayun! Hehehe.
Kalau mengikuti apa yang
disampaikan Nagarakertagama, sudah jelas bahwa Hayam Wuruk selain seorang raja
dia juga berlaku layaknya sebagai selebritis kondang dengan kemampuan sastra luar
biasa, seorang vokalis yang mumpuni dengan kiasan Hayam Wuruk yang bersuara
merdu seperti “madu bercampur gula terlalu sedap manis, meresap dan mengharu biru
kalbu bak desiran buluh perindu”, Nah lho siapa artis sekarang yang mampu
seperti itu? Jawaban pembaca “Gak gue, gak kebayang nyanyinya juga kaya gimana,
genre juga gak jelas, aliran musiknya gak dikenal apa jazz, keroncong, rock, metal
atau pop? Jangan-jangan dangdut huahuahahahaha. Just joke! jangan lebay lah.....
Makna seorang raja bernyanyi,
tidak jauh berbeda dengan seorang presiden bernyanyi, kalau dibandingkan dengan
jaman sekarang. Seperti sudah disampaikan diatas bahwa ide seperti ini membuka
peluang bagi pihak yang lain, maksudnya bawahannya dan lebih luas masyarakat
kerajaan bahwa Hayam Wuruk adalah raja yang dekat terhadap masyarakat. Bukan seorang
raja sangar, yang mampunya memerintahkan untuk menghukum orang, mengambil hak
orang atau menyuruh perang. Tapi sosok Hayam Wuruk yang seolah-olah membawa
misi perdamaian didalam negeri sendiri dan membuka ruang komunikasi dengan masyarakat.
Kalau diperhatikan, semua hukum
dan perundangan yang dibuat pada masa itu dibuat dalam bentuk syair, karena peradaban
untuk sistem pencatatan belum dimiliki secara kolosal, hanya bisa berupa
prasasti dari batu atau lempengan tembaga yang jumlah serta kapasitasnya pun
terbatas. Maka syairlah yang menjadi medianya. Sekaligus agar mudah dihapal dan
mudah disebarkan. Tidak heran kalau para pejabat atau bangsawan lainnya harus
siap dengan hapalan syair atau pun bahasa satra yang lainnya. Jadilah ini
sebagai suatu kebiasaan yang membudaya disaat itu.
Sebenarnya bukan di Majapahit
saja, mungkin untuk kerajaan lainnya pada masa itu atau sebelumnya atau sebelum
diketemukannya sistem pencatatan kolosal, metode sastra khususnya syair inilah
yang menjadi alat komunikasi. Bukan hanya di Jawa, ditanah sebrang semisal di
Arab pun demikian. Ingat Al’quran dan kitab-kitab yang lahir ditimur tengah
semuanya dalam bentuk syair.
Tidak hanya sebagai sarana
komunikasi, makna lain dari kebiasaan tersebut, lebih dari itu menunjukan
tingkat sastra yang maju karena didukung oleh para pejabat kerajaan.
Acara nyanyi, lawakan dan lain sebagainya dilakukan Hayam Wuruk bukan hanya di Istana kerajaan, tetapi disetiap daerah yang dia kunjungi, bahkan sampai diarena perburuan pun mereka lakukan.
Ini tiada lain adalah cara
Hayam Wuruk untuk melakukan pendekatan terhadap masyarakat kerajaannya, dan
secara tidak langsung ini merupakan publikasi kenegaran dalam menyatakan keadaan
aman, tentram selamat dan sentosa. Suatu hal yang tidak mungkin kalau keadaan
sebaliknya, yang ada adalah masyarakat dicekam rasa ketakutan, kemelaratan dan
kebajiban berkorban bela negara.
Sekali lagi, diawal sudah
disebutkan bahwa masa-masa pemerintahan Hayam Wuruk adalah masa-masa penuh
kedamaian. Dengan ini pula bisa dipastikan bahwa pada masa-masa itu tingkat
kesejahteraan masyarakat dan lain sebagainya sangat terpenuhi. Ini terlihat dari
sekian lamanya waktu yang digunakan Hayam Wuruk untuk melakukan kunjungan
kenegaraan, mengelilingi daerah kekuasaannya di Tatar Jawa. Tidak sedikit pun
dalam Nagarakertagama dikisahkan peperangan, mobilisasi pasukan secara
besar-besaran dan lain sebagainya yang mengindikasikan negara dalam situasi
siaga perang. Negarakertagama sungguh menyajikan hubungan yang harmonis antara
kepala pemerintahan dengan masyarakatnya.
Sekian dan Terima Kasih
Salam Damai Negeriku, Salam
Sejahtera Nusantaraku
Wassalam
Penulis
data refensi menyusul.......
data refensi menyusul.......
mohon ijin copas
BalasHapusTerima kasih infonya, bisa buat referensi saya dalam pembuatan novel berlatar belakang majapahit.ini sangat bermanfaat untuk saya yg sedang mencari referensi tentang musik dan seni sastra di era hayam wuruk
BalasHapusPrabu Hayam Wuruk memang seniman sejak muda. Penari ulung, seorang dalang, juga pelawak. Multitalent. People darling banget lah.
BalasHapus