Halaman

Rabu, 27 Juni 2012

SENI PERANG ALA JENGHIS KHAN IV

SENI PERANG ALA JENGHIS KHAN

K.  Intelijen dan Perencanaan

Bangsa Mongol sangat hati-hati dan memata-matai musuh mereka sebelum melakukan invasi apapun. Sebelum invasi Eropa, Batu dan Subutai mengirim mata-mata selama hampir sepuluh tahun ke jantung Eropa, membuat peta jalan Romawi kuno, menetapkan rute perdagangan, dan menentukan tingkat kemampuan masing-masing kerajaan untuk melawan invasi. Mereka terdidik menebak keinginan dari setiap kerajaan untuk membantu pihak lain, dan memprediksi kemampuan mereka untuk melawan sendiri atau bersama-sama.

Juga, ketika menyerang suatu daerah, bangsa Mongol akan melakukan semua yang diperlukan untuk benar-benar menaklukkan kota-kota tersebut. Beberapa taktik yang dilakukan adalah mengalihkan jalur sungai-sungai yang mengarah kota-kota yang akan ditaklukan, menutup pasokan pangan dan menunggu penduduknya untuk menyerah, mengumpulkan warga sipil dari daerah terdekat untuk mengisi lini depan untuk serangan kota sebelum mendaki dinding atau tembok pertahanan, dan melakukan perampokan di daerah sekitarnya lalu membunuh beberapa orang, maka membiarkan beberapa yang selamat melarikan diri ke kota utama untuk melaporkan kerugian mereka kepada rakyat utama untuk melemahkan perlawanan, sekaligus menguras sumber daya dari kota karena dengan masuknya secara tiba-tiba para pengungsi.

L. Psy-War (Perang Psikologis) dan Tehnik Kamuflase (Tipuan)

Bangsa Mongol berhasil menggunakan perang psikologis dalam banyak pertempuran mereka, terutama dalam hal menyebarkan teror dan ketakutan ke kota-kota lainya. Mereka sering memberi kesempatan kepada musuh untuk menyerah dan membayar upeti, daripada kota mereka tersebut dijarah dan dihancurkan. Mereka tahu bahwa penduduk dengan populasi menetap tidak bebas untuk lari seperti populasi nomaden dan bahwa penghancuran kota-kota bagi mereka adalah menjadi kehilangnya terburuk. Ketika kota-kota tersebut menerima tawaran itu, mereka terhindar dari bahaya, tetapi diperlukan pengorbanan lain yaitu support untuk mendukung tentara Mongol menaklukkan daerah lainnya dengan suplai tenaga kerja, persediaan bahan makanan, dan layanan lainnya yang diminta oleh pasukan Mongol.

Sebaliknya. Jika tawaran itu ditolak, Mongol akan menyerang dan menghancurkan kota-kota tersebut, tetapi memungkinkan warga sipil melarikan diri dan beberapa diantaranya menjadi alat menebar teror dengan melaporkan kerugian mereka. Laporan-laporan tersebut adalah alat penting untuk menghasut rasa takut pada orang lain. Namun, kedua belah pihak seringkali memiliki kepentingan yang sama jika berbeda motivasinya dalam melebih-lebihkan dahsyatnya peristiwa tersebut. Bisa jadi dengan melaporkan itu reputasi pasukan Mongol itu akan meningkat bisa juga laporan teror mereka tersebut untuk meningkatkan semangat tentara melawan pasukan Mongol.

Untuk itu, data spesifik (misalnya jumlah korban) yang diberikan dalam sumber-sumber kontemporer perlu dievaluasi dengan hati-hati, lihat segi motivasi dari pemberitaan itu.

Bangsa Mongol juga menggunakan taktik tipu muslihat dengan sangat baik dalam perang mereka. Misalnya, ketika mendekati tentara lawan yang bergerak akan dibagi ke dalam tiga atau lebih kelompok tentara, masing-masing berusaha untuk mengepung dan mengejutkan lawan mereka. Hal ini menciptakan skenario battlefield, banyak lawannya mengira bahwa pasukan Mongol tampaknya akan bisa muncul entah dari mana saja dan kelihatanya lebih banyak dibanding kenyataan sebenarnya. Mengapit dan atau pura-pura mundur jika musuh tidak dapat diatasi dengan mudah adalah salah satu teknik yang paling sering dipraktekkan. 

Teknik lainnya yang umum digunakan oleh pasukan tentara Mongol benar-benar perang psikologis dan digunakan untuk menarik memancing musuh ke posisi rentan dengan menunjukkan diri dari sebuah bukit atau beberapa lokasi yang telah ditentukan sebelumnya, maka menghilang seger ke dalam hutan atau di belakang bukit sementara tentara Mongol yang lainya akan mengapit dengan strategi muncul tibatiba seolah-olah bisa datang entah dari mana saja baik sisi dari kiri, kanan dan atau dari belakang mereka. Selama awal untuk memulai pertempuran di medan perang, saat berkemah di dekat lokasi musuh-musuh mereka maka di malam hari berpura-pura menunjukan keunggulan jumlah pasukan memerintahkan masing-masing unit pasukan untuk menyalakan sedikitnya lima tempat kebakaran, yang akan terlihat untuk para pengintai musuh atau mata-mata bahwa kekuatan mereka diperkirakan lima kali lebih besar dari jumlah sebenarnya.

Pasukan Mongol juga melakukan trik kamuflase dan teror, dengan cara mengikat cabang-cabang pohon atau daun di belakang kuda mereka dan membiarkan kuda-kuda itu menarik dedaunan dibelakangnya sehingga menyapu tanah; dengan melakukan perjalanan disertati dengan pergerakan yang sistematis dan serempak pasukan Mongol bisa menciptakan badai debu di balik bukit, hal ini dalam rangka menciptakan rasa takut dan juga kamuflase supaya tampak bagi lawan jumlah pasukan mereka jauh lebih besar dari kondisi yang sebenarnya, sehingga memaksa lawannya untuk menyerah. Karena setiap tentara Mongol seperti disebutkan sebelumnya memiliki lebih dari satu kuda, mereka akan membiarkan para tahanan dan warga sipil juga untuk naik kuda mereka untuk sementara waktu sebelum konflik pertempuran berlangsung, dan tujuannya yang pastinya yaitu kamuflase dari keunggulan jumlah pasukan itu tadi.

M.   Rekrutmen Pasukan Lawan Yang Menyerah

Pasukan Mongol mulai menaklukkan wilayah-wilayah yang lain, sembari merekrut para laki-laki untuk dijadikan bagian dari pasukan tentaranya jika mereka hanya menyatakan menyerah, terutama misalnya bangsa Turki dan bangsa lainnya, seperti Armenia, Georgia dan lainnya, siap-siap saja berada dalam bayang-banyang kehancuran total apalagi menantang perang, pasti digebuk habis Karena itu, sebagai mereka memperluas ke daerah lain, jumlah pasukan mereka meningkat karena cara perekrutan tadi dari bangsa-bsangsa yang menyatakan takluk, termasuk di dalam serangkaian penaklukan mereka, cara seperti itu yang dilakukan seperti halnya invasi dan pertempuran di Baghdad, tentara lokalan itu bahu membahu menyerbu Bagdad, alhasil pasukan Mongol termasuk pasukan multi nasional karena terdiri dari campuran berbagai bangsa dan berjuang di bawah kontrol dan kepemimpinan Mongol.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentarlah dengan baik dan sopan. Pasti akan dibalas oleh pemilik. Mohon jangan mengandung unsur kasar dan sara, mari berbagi pengetahuan, silakan kritik karena kritik itu membangun dan membuat sesuatu menjadi lebih baik